[ Oneshoots ]
!! Be a wise reader
❝ Jungkook itu ada untuk Lisa dan Lisa juga ada untuk Jungkook. Sekiranya itulah yang mereka percaya, meski banyaknya pahit-manis yang menyertai.❞
~ Ini hanya kisah di berbagai universe yang berbeda, dimana Jungkoo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
+++
Warnanya dominan cokelat pastel, menguarkan aroma kopi tercampur akan alkohol samar - samar---yang menguar ke segala penjuru ruangan, sebuah tempat yang luasnya mampu menampung puluhan orang. Seperti sekarang.
Panggung itu terlihat cocok, tidak terlalu besar atau terlalu kecil untuk seorang Lalisa, gadis berusia dua puluh lima tahun yang malam ini dengan sukarela menyumbangkan suaranya untuk sekedar bernyanyi.
Lisa berdiri di atas, tersorot lampu dan menjadi pusat utama. Tangannya beralih memegang standing mic, membiarkan tubuhnya tergerak menikmati musik yang mengalun perlahan---mengiringnya untuk mulai bernyanyi. Menyuarakan suara merdu yang sedikit bergetar. Ia bernyanyi dengan berurai air mata, demi satu persembahan lagu untuk teman lama yang Lisa cintai, Jeon Jungkook.
🎵
I still remember third of December
Me in your sweater, you said it looked better
On me, than it did you, only if you knew
How much I liked you, but I watch your eyes
As she walks by
🎵
Lisa tersentak tatkala Jungkook mengusak rambutnya lembut.
"Kau manis sekali."
Wajahnya bersemu malu - malu, selayaknya bunga mawar merah mekar. Tangan kanannya perlahan naik memegangi dadanya sendiri yang terbalut jaket kebesaran milik Jungkook, berujar dalam hati agar jantungnya tidak mengeluarkan suara berisik.
"Terima ka-"
Dan kala Lisa menoleh dengan mata penuh harap, yang dilihatnya adalah Jungkook yang tengah berlari dengan langkah lebar, menuju seorang Kim Jisoo dengan mata berbinar. Tatapan yang tak pernah Jungkook berikan untuknya, serta langkah seringan kapas yang tak pernah Jungkook lakukan ketika menemuinya. Perlahan ia menunduk; memandang sepatu kets yang kusam. Entah kenapa, tapi hati Lisa berubah nyeri.
🎵
What a sight for sore eyes
Brighter than the blue sky
She's got you mesmerized
While I die ~
🎵
Meski menangis, itu tak menghalangi suaranya yang terdengar merdu. Beberapa orang yang duduk menontonnya, ikut berkaca - kaca. Berusaha mengabadikan dalam ingatan suara emas gadis ini.
Lisa membuka matanya perlahan, mendapati pengunjung yang semakin menaruh atensi terhadapnya. Mata bulat itu mengedar pelan, sebelum akhirnya terhenti pada tengah ruangan. Dimana Jungkook berdiri, dengan tangan melingkari sebuah pundak sempit. Seorang gadis yang tak lain lagi adalah Jisoo, wanita cantik itu melempar senyum ke arahnya. Lisa kembali menutup matanya.
🎵
Why would you ever kiss me?
I'm not even half as pretty
You gave her your sweater, it's just polyester
But you like her better
Wish I were Heather
🎵
"Jungkook suka tidak ya?"
Tanyanya pada diri sendiri, menatap harap pada kotak yang terbalut kertas kado merah, ditempeli pita berwarna hitam. Dua warna yang Jungkook sukai. Lisa kemudian berjalan riang, sembari berfikir bagaimana reaksi Jungkook nantinya.
Kaki kecil Lisa menepuk - nepuk pada tanah yang dipijaknya. Sesekali memandangi bingkisan yang ia letakan rapih tepat di dalam tas jinjing bergambar matahari.
Kepalanya selalu menoleh, entah itu ke kanan atau kiri demi mendapati atensi Jungkook yang selama ini ia nanti - nanti.
Hingga lima meter dari pandangan, sosok tegap berlari kecil menghampirinya. Melambai dengan raut wajah begitu bahagia. Lisa ikut tersenyum melihatnya.
"Hai Jungkook... selamat ulang tahun!" Ujar Lisa ketika Jungkook berdiri tepat didepannya.
Pemuda itu tersenyum manis, ia mendekat selangkah dan dengan gerakan cepat mengecup kening Lisa yang tertutup poni, sontak saja Lisa membeku. Jiwanya serasa ditarik, perutnya bergejolak seperti ada kupu - kupu berterbangan.
Perasaan meletup - letup menguasai dirinya. Bahkan kakinya berubah lemas ketika Jungkook memeluknya, rasanya ia ingin menangis bahagia saat itu juga.
"Jung... aku menyuk-"
"Astaga, aku senang sekali." Ujarnya seraya menarik diri, memandang Lisa dengan lekat. Bibir Lisa langsung mengatup rapat. Gadis itu memiringkan kepalanya.
Jungkook seketika mengembangkan senyum, ia kembali memeluk Lisa lebih erat."Lisa aku menyayangimu, kau tahu? Jisoo!... dia menerimaku!"
Deg!
Hingga ia hanya mampu tersenyum, berujar selamat dengan suara bergetar. Meremas tas jinjingnya agar tak menangis saat itu juga.
🎵
Watch as she stands with her, holding your hand
Put your arm 'round her shoulder, now I'm getting colder
But how could I hate her? She's such an angel
But then again, kinda wish she were dead
🎵
Lantunan musik masih mengalun, namun tidak dengan suara Lisa. Gadis itu menutup mulutnya seraya berjalan mundur; menghindari sorot lampu. Lisa menangis, menahan isakan.
Ia perlahan mendongakan kepala, bertemu tatap dengan Jungkook yang berdiri di bangku tengah, balas memandangnya dengan berurai air mata, perlahan ia menangkap sebuah kata ketika bibir tipis itu terbuka.
---maaf
hanya itu, sampai - sampai pertahanannya hampir runtuh, dengan cepat ia membungkuk hormat kemudian turun dari panggung, menyisakan penonton yang memandangnya bingung.
Lisa berlari sekuat yang ia bisa. Menyuarakan tangisnya pada dunia yang berusaha mempermainkannya.
Karena sekuat apapun ia mencoba, pada akhirnya Jungkook memanglah bukan untuk dirinya.
'Jungkook-ah. Kenapa dari sekian yang aku puja, harus kamu yang membuatku terluka?'