***
Sore hari sekitar pukul lima, Lisa terlihat bergegas. Yoongi yang sedari tadi tengah sibuk dengan tumpukan kertas di meja depan tv merasa risih dengan suara grasak - grusuk yang adiknya ciptakan di dapur, pemuda berkulit pucat itu hanya sesekali melirik Lisa yang bolak - balik sudah semacam setrika, entah mencari apa, tapi terlihat begitu tergesa - gesa..
dan panik."Apa yang kau cari?"
Tak ada sahutan karena Lisa telah menghilang dibalik pintu kamarnya yang ditutup dengan tenaga. Yoongi hanya menghela nafas, melanjutkan urusan pekerjaan yang sempat tertunda.
"Kak! Tolong ya, bilang pada ibu kalau aku pergi keluar! Mobilmu juga kupinjam!"
Hanya itu yang terakhir Yoongi dengar, setelahnya hanya ada suara pintu yang lagi dibanting kuat, menghasilkan suara gebrakan menggema kemudian hilang seketika. Yoongi menghela nafasnya panjang, ia bahkan belum sempat mengatakan pendapatnya. Tapi adiknya keburu menghilang. Akhirnya bahunya terangkat naik, agaknya Lisa memang tidak menginginkan pendapatnya barang satu patah kata.
"Terserah saja lah."
+
+
+
Lisa mengendarai mobil dengan kecepatan sedikit tinggi. Terlukis sebuah kekhawatiran dalam air wajahnya, hingga ia mengigit bibir bawah tanpa sadar. Lisa menggenggam erat pada setir mobil, seolah berusaha mengingatkan diri bahwa ia masih mengendarai dan tidak kalut akan rasa khawatirnya sendiri.
Sampai di tempat tujuan, Lisa segera memarkirkan mobilnya. Gadis berponi itu segera turun tergesa, kedua tangannya terlihat penuh dengan dua kantong kresek berukuran sedang; yang separuhnya berisi bahan makanan dan air mineral botol. Mobil kepunyaan sang kakak segera ia kunci, berikutnya Lisa segera berlari meski sedikit tergopoh, dengan cepat memasuki lift dan memencet tombolnya dengan susah payah.
Gadis berambut hitam legam itu sesekali menjilati bibir bawahnya, mengetuk ujung sepatu pada lantai marmer dan memandangi lift yang perlahan-lahan mulai naik untuk menuju lantai ketujuh apartemen.
Ting!
Lisa segera keluar, berjalan beberapa saat di lorong sepi dengan langkah kecilnya kemudian berhenti di sebuah pintu apartemen, ia menekan sandi dengan cepat.
Ceklek!
Setelah berhasil masuk, mata Lisa menjumpai isi apartemen yang tetap sama; rapi dan bersih. Senyumnya sedikit tertarik naik. Bahkan dapat dilihatnya figura yang seminggu lalu ia letakan masih mengkilap dan ada di tempat yang sama. Lisa kemudian membawa kakinya ke arah dapur, meletakan kedua kresek di meja pantry, lalu beralih menuju sebuah kamar dengan pintu berwarna putih krem. Dibukanya tanpa diketuk diikuti mata yang menelisik ke segala penjuru ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part | Lizkook
Fanfiction[ Oneshoots ] !! Be a wise reader ❝ Jungkook itu ada untuk Lisa dan Lisa juga ada untuk Jungkook. Sekiranya itulah yang mereka percaya, meski banyaknya pahit-manis yang menyertai.❞ ~ Ini hanya kisah di berbagai universe yang berbeda, dimana Jungkoo...