Part 18; Sei la mia vita

815 95 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Lisa sudah terbiasa mencintai begitu lama. Menaruh perasaan pada sahabatnya sendiri; Jungkook.

Kalau tidak salah mungkin sudah empat tahun berlalu, sebagian hati Lisa masih terasa kosong ketika sosok yang dicintainya berada jauh dari mata, Jungkook sedang ada di pulau yang berbeda untuk melanjutkan pendidikan.

Lisa rindu? Jangan ditanya. Jawabannya pasti iya.

Lisa juga jadi ingin tahu kapan Jungkook bisa kembali meskipun itu hanya sekali, meskipun itu untuk sekedar menyapa dirinya yang sudah tertelan rasa rindu serta rasa tidak pasti.

"--sa!"

"Lisa to earth!"

Mata berdiameter lebar itu mengerjap, mendapati sebuah telapak tangan berada beberapa senti di depan wajahnya, Lisa menoleh ke samping dan menjumpai Rose sedang duduk, memandangnya dengan alis yang nyaris menyatu, tercampur akan khawatir dan kesal.

"Kau melamunkan apa, sih? Sampai tak sadar sudah kupanggil berkali-kali."

Lisa tampak linglung, seolah kesadarannya masih mengambang di atas udara. Jadinya Lisa hanya jawab omelan Rose dengan tawa ringan karena tidak tahu harus berujar bagaimana. Melihat respons dari Lisa membuat Rose mendengus, gadis blonde itu segera meraih satu keresek sampah yang tadi ia letakkan di atas lantai dengan tangan kirinya.

"Telefonmu terus bergetar dari tadi, aku hanya mau mengatakan itu. Karena kau sekarang sudah sadar...." Rose membenarkan letak tas selempangnya. "Aku pulang dulu."

Lisa mengangguk satu kali.
"Hati-hati, Rose."

Kemudian gadis berambut blonde itu berlalu, meninggalkan Lisa di cafe tempat dimana mereka berdua bekerja, yang tampak sepi karena sudah tutup, akan tetapi Lisa masih belum melepas seragamnya karena terus-terusan bengong dari tadi.

Akhirnya ia mulai bangkit dari duduk kemudian beres-beres. Setelah itu, Lisa keluar dari cafe sambil menghirup aroma kota Seoul dan baru teringat tentang handphonenya.

"Ah, benar."

Lisa merogoh handphone dari tas kecilnya kemudian menyalakannya, seketika Lisa rasakan denyut jantungnya seolah berhenti untuk sesaat. Sebuah pesan yang ia tunggu-tunggu kini tergambar jelas di layar itu, tangannya sampai bergetar samar ketika menekan-nekan layar untuk memastikan apakah ia tidak salah lihat.

Kemudian layar itu langsung dipenuhi dengan dering telefon masuk, Lisa sudah tidak ada pikiran untuk menjawab ketika langkah kakinya ternyata lebih dahulu melebar untuk membawanya segera pulang.

+

+

+

Hati Lisa berdegup lebih kencang tatkala kaki jenjangnya menapak di lantai putih mengkilap rumahnya. Netra kelam Lisa langsung saja menjumpai sosok pemuda tegap yang sedang duduk di sofa panjang ruang tamu dengan wajah khawatir.

Best Part | LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang