Part 5; Hanya untuk Jungkook

1.9K 188 9
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Jangan pernah sekalipun kau bertanya, pada seorang Lalisa perihal bagaimana seorang Jungkook dalam sudut pandangnya. Maka anak gadis itu akan berbicara hingga kupingmu panas keluar asap.

Ini hanya kisah awal semester baru, berlatarkan sekolah menengah atas kelas sebelas, dengan angin Januari yang menyisakan sisa - sisa rindu dari Desember akhir yang telah sirna.
Genap sudah setengah tahun, perjalanan kisah cinta Lisa, walau dirasa sedikit bertepuk sebelah tangan, tapi tak apa.

Sudah tak asing maupun jarang di dengar. Mengenai seorang Lalisa yang mengagumi seorang Jungkook. Hingga akhirnya Jungkook menerima ajakan menjadi pasangan Lisa, walau sudah menjalin hubungan, Jungkook tetap jauh untuk digenggam.

Pemuda dengan perwatakan tenang selayaknya air, pemilik senyum hangat dengan rambut hitam sekelam malam serta obsidian karamel yang selalu menatap tajam. Itulah Jungkook di mata Lisa.

Selama ini usaha Lisa menjadi kekasih Jungkook tak jauh dari sekedar mengikuti, membantu Jungkook semampu yang ia bisa.

Terkadang ia akan memberi kotak bekal setiap istirahat menjelang yang kemudian menerima siulan berisik dari sekawan Jungkook. Pipi Lisa pastinya memerah malu. Perihal bekal, itu adalah sekotak sarapan yang rela ia buat setiap dini hari. Dengan kemampuan pas - pasan yang hanya tahu sekedar nasi goreng telur, meskipun rasanya terkadang sedikit asin namun jika ia tambah kecap maka rasanya akan enak. Kendati begitu Lisa berusaha belajar lebih, bermodalkan internet demi sebuah sarapan dengan rasa baik dilidah. Hanya untuk Jungkook.

Atau tak jarang Lisa akan duduk dibawah terik, menemani kekasih hati yang berada di lapangan yang bermain penuh peluh. Tanpa diminta Lisa dengan senang hati menyisihkan waktunya dengan duduk diam ditemani botol air mineral serta handuk dalam genggaman. Meninggalkan waktu bermain dan belajarnya. Hanya untuk Jungkook

Bahkan ia pernah rela, mengurangi waktu tidurnya, demi menunggu sang kekasih hati yang waktu itu terbaring menyedihkan di ranjang rumah sakit, Jungkook itu nakal kalau sudah terlewat batas, Lebam keunguan di wajah serta tangan penuh goresan itu ada di tangannya. Lisa benci itu, jujur. Namun ia tak ada hak dalam mengatur lebih. Lisa berusaha tenang, merawat Jungkook agar cepat sembuh. Rela dimarahi sang kakak karena waktu itu jarang pulang. Lisa melakukannya, Hanya untuk Jungkook.

Rutinitas yang terus berlanjut, seiring hari berganti, seiring bunga yang meluruhkan kelopaknya pada tanah. Begitu juga Lisa, hatinya telak dijatuhkan semua, hanya dan hanya untuk Jungkook seorang. Walau si pemuda yang kerap memalingkan wajah, Lisa masih dapat tersenyum tegar. Ia tahu, Jungkook perlu waktu.
Ia siap menunggu kapan saja hingga Jungkook berlari ke arahnya. Lagi dan Hanya untuk Jungkook.

Tapi, sampai kapan?

Jawabannya hari ini, malam kemarin ia menerima sebuah pesan, agaknya Tuhan mendengar sebait dari doa yang ia haturkan. Hingga berakhirlah ia berada ditaman belakang sekolah. Lisa duduk di sebuah bangku kayu yang termakan waktu.

Ia menunduk memandangi kakinya yang tengah menyisir rumput liar yang tumbuh sampai sebatas mata kaki, hampir tak pernah dilirik pihak sekolah untuk diperbaiki, namun ia senang - senang saja berada disana----karena ada seseorang yang ditunggu.

Derap langkah kaki mendekati, bersamaan dengan degup jantung tidak karuan, derap itu selayaknya alunan melodi karena bersisihan dengan gesekan rumput pada sepatu berwarna hitam, yang kini berdiri bersama pemiliknya dua langkah dihadapan Lisa. Seketika gadis itu mendongak, wajahnya berubah berseri - seri.

"Apa kau sudah lama menunggu?"

Lisa menggeleng cepat, ia berdiri dari duduknya, menyuguhkan satu senyuman manis.
"Jungkook, ada apa mengajakku bertemu?"

Benar, dia kekasih hatinya. Tanpa ada angin maupun hujan, kemarin mengirim pesan singkat tiba - tiba, hanya tiga kata tidak lebih dan itu mampu membuat seluruh sendi Lisa luluh bagai tak ada penyanggah, kepalang senang dengan hati menggebu - gebu, sampai ia sulit tertidur.

Mata Jungkook mengerjab cepat akan pertanyaan Lisa, terlalu to the point menurutnya.
"Uhm, itu... ada yang harus kukatakan."

Darah Lisa berdesir tatkala angin berhembus, ia menatap berbinar setengah berharap. Menyiapkan kedua telinganya pada apa yang akan kekasih hatinya ucapkan,
"Ya. Katakanlah, aku mendengarkan."

Seperti kata orang - orang, kenyataannya hidup memang tak seindah yang kita bayangkan. Dunia ini hebat dalam memutar balikan. Karena, ketika lontaran itu terhatur dari mulut Jungkook, seluruh darah seolah tertarik dan tersedot dari wajahnya. Hatinya langsung merosot jatuh hingga ke perut. Dunia Lisa retak sebagian.

"Sejujurnya aku tidak nyaman dengan semua ini. Dengan semua yang kau lakukan, itu agak.." Jungkook menggaruk kepala bagian belakangnya. "....berlebihan dan merepotkan."

Lisa sempat tertawa dalam hati.
Berlebihan? Merepotkan?
Jadi yang selama ini ia lakukan untuknya, Jungkook anggap itu berlebihan? Dan membuatnya merepotkan?

Hei, Jungkook, kau terang - terangan sekali. Sampai lupa pada anak gadis yang kini berusaha tersenyum di hadapanmu. Kata - katamu terlewat pedas.

"Kurasa kita harus berhen--"

Lisa dengan cepat menginterupsi, ujaran itu terlalu tidak baik bagi jantungnya yang mulai kehilangan kendali.
"Uh? Benarkah? Kalau begitu, aku minta maaf, Jungkook." ujar Lisa diiringi kekehan hambar. Cintanya tentu telak tertolak. "Janji tidak begitu lagi. Jadi, ayo kita akhiri." Lanjutnya diikuti lirihan kata permisi dan Lisa melangkah pergi.

Kendati begitu Jungkook menatap resah pada punggung Lisa. Takut - takut ia menyakiti anak gadis tersebut, walau memang begitu adanya. Menyakiti hingga rasanya Lisa tak mampu untuk berdiri lagi.

Ternyata jawabannya kapan adalah hari ini, namun Lisa lupa membaca kata lanjutannya---- Kau harus menyerah.

Lisa melakukan semua untuk Jungkook, hanya untuk Jungkook. Maka ketika pemuda itu memintanya untuk mundur, Lisa juga akan melakukannya.

Hanya untuk Jungkook.

***













°°
Sedih - sedih mulu perasaan.
Maaf ya.. nanti - nanti saya coba buat yang manis.

Terimakasih sudah membaca<3

Best Part | LizkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang