⏸⏸⏸Hening menepi pagi hari itu, menyinggahi setiap sepi sebelum keramaian muncul dari kicauan orang-orang bumi. Sorot mata lelah (name) menatap tiap burung yang beterbangan tak jauh dari kepala, semoga saja tak ada hasil pencernaan yang jatuh diatasnya.
Langkah malas dan menguap lebar, selalu dilakukan setiap Senin pagi.
Ini sudah pertengahan semester 2, saatnya ujian. Tapi (name) belum mempersiapkan apa-apa, seperti ringkasan ataupun belajar.
Sistem kebut semalam.
Metode belajar yang sering kali dipakai (name), sejak sekolah menengah pertama sampai sekarang.
Sebab terlalu mengantuk, (name) tidak sadar di depannya ada seseorang.
Bruk
"Aduh-" ini (name) yang mengaduh.
"Astaga, kau tidak apa?" orang itu menawarkan bantuan, tangannya diulurkan.
Indra pendengaran (Name) langsung aktif secara total begitu suara ikemen tersiar. Gadis ini sedikit berharap, yang ditabraknya adalah idol yang selama ini ia kagumi atau-minimalnya orang tampan.
'Asiklah, adegan shoujo.'
Buru-buru ia menyambut pertolongan itu dan bangkit, senyum otomatis terukir sebagai pengiring permintaan maaf dan ucapan terimakasih.
"Maaf, terimakasih ju-"
"..ga." Rahang (name) terjatuh secara dramatis.
Pria itu tersenyum lebar sebisanya, tak lupa menyematkan wink untuk (name) yang mematung di tempat.
"Sama-sama, nak."
Suasana canggung menguasai pikiran (name), batinnya kalang kabut.
(Name) merasa kecewa dan kesal disaat bersamaan, yang ditemuinya bukanlah ikemen atau sesuatu seperti itu.
Gadis belasan tahun itu merasa tidak bisa menggerakkan barang satu pun bagian tubuhnya, barangkali tidak bisa membedakan lagi yang mana garis khayal dan mana yang nyata.
⏩⏩⏩
"Ehem ehem, ada apa (name)?""Ciyee, wajahnya bersemu merah."
"Khihihi~ senang ya diantar wakil kepsek?"
Dan beberapa godaan lain yang mengandung ejekan yang tersirat. (Name) ingin pulang saja jadinya, daripada menanggung segala perasaan yang campur aduk.
(Name) tidak bisa lagi duduk diam dikelilingi ocehan menggoda, ia merasa harus membela diri. Hei, tapi kata itu tidak keluar dari mulutnya. Ia malah terus saja menyembunyikan wajahnya dengan menaruhnya di atas kedua tangannya.
"Urusai."
Padahal hanya satu kata, namun mampu menggembok tiap mulut para penggoda.
(Name) mengangkat kepala, tak lagi mendengar perkataan mengejek. Kemudian ia menoleh, mencari tahu siapa yang membuat mereka semua berhenti berbicara.
(Name) terperangah.
Melihat lelaki jangkung kurus, dilengkapi rambut pirang pendek. Kulitnya nampak sedikit pucat dan alisnya juga kelihatan tipis. Kacamata bertengger dengan manis, menambah kesan anak rajin dan teladan.
Netra cokelat keemasannya bersinar, dalam pandangan (name), ada kostum superman yang membaluti badan ditambah otot besar juga.
(Name) berbinar, ia hendak berterimakasih. Pada pemuda pirang yang anehnya, terlihat magis.
Namun jantungnya terlalu berisik sekarang.
⏩⏩⏩
Istirahat pun berlangsung, beberapa teman (name) mengajaknya pergi ke kantin. Tapi gadis itu masih di mejanya, merenungi kalimat yang akan ia gunakan sebagai ucapan terimakasih untuk pria tinggi itu.
'Dia Tsukishima yang itu kan? Kayak pernah dengar ....' pikirmu mulai menjalar, ke arah hal-hal nakal yang seharusnya tidak kau pikirkan. Astaga, dasar cabul.
"(Name)-chan, ke kantin tidak?"
Gadis yang ditanya beranjak dari kursi sembari menjawab, "Maaf aku ada urusan~!"
(Name) berlari ke arah kelas 1-3. Ia berencana menemui temannya yang ada di kelas itu.
"Permisi," ucapnya dan langsung disambut anggukan oleh penghuni kelas. Mendapat izin untuk masuk, (name) segera menghampiri meja Kageyama, sedang tidur sepertinya.
"Hei, Kageyama." panggil (name), ternyata Kageyama tidak tidur. Ia hanya ngantuk saja katanya.
"Apa?"
Langsung saja (name) bertanya, "Kamu kenal Tsukishima?"
"Kamu tolol? Kan kamu yang sekelas sama dia." begitu kata Kageyama, dengan sedikit tersinggung (name) langsung berpikir.
"Tapi aku jarang ngobrol sama dia, kelihatan cuek gitu sih." (name) meraih kursi dan duduk disana, tepat di hadapan Kageyama sambil bersedekap.
"Oh,"
Awalnya (name) ragu mau bertanya ke Kageyama, soalnya dia seorang lelaki dan temannya Tsukishima. Bisa saja dia cerita ke Tsukishima lalu (name) disangka menyukai megane raksasa itu. Itu gagasan yang mengerikan, batin (name).
'Oh iya, ya.'
Dalam sekejap dia ingat, Kageyama kan bodoh dan tidak peka. Jadi tidak usah cemas, begitu pikirnya.
"Ceritakan soal Tsukishima dong!" pinta (name) bersemangat, sementara Kageyama menguap sekali lagi, malas mengindahi si gadis.
⏩⏩⏩
Saat masuk ke kelas, (name) bertemu Tsukishima. Inginnya sih berkata terimakasih, tapi tak mampu terucap.
Tapi gadis itu memalingkan wajah, seperti orang bodoh yang seolah-olah menyembunyikan semburat merahnya.
Padahal tidak.
'Mukanya bikin orang pengen meninggoy aja.'
▶️▶️▶️
-naru
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳T.kei [✔]
Fanfiction[Belum revisi] Sembari menekap mata dengan telapak tangan, buliran itu perlahan mengalir, melesat melewati sela-sela jari. Pada akhirnya, semua hanya terasa seperti lelucon pahit bagi Tsukishima Kei. Ada satu hal yang terus Kei sesali, sesuatu yang...