⏸⏸⏸
Hari demi hari dan pekan demi pekan pun berlalu, kejadian Tsukishima dan (name) bertemu di pusat perbelanjaan sudah sekitar 2 bulan yang lalu. Pada akhirnya Tsukishima mengenal siapa itu (fullname), dalam artian pernah saling berkomunikasi.
(Name) masih menyimpannya, perasaan suka itu. Ini bukan kali pertamanya menyukai temannya, saat smp dulu ia pernah menyukai Kageyama. Tapi tidak lagi, semenjak tau lelaki itu sudah memiliki pasangan.
Tentu saja pasangannya adalah susu kotak. Kalau dipikir lagi, ia merasa geli dirinya pernah menaruh rasa suka pada pemuda yang terobsesi dengan voli.
(Name) setiap hari bertemu dengan Tsukishima, tak pernah saling sapa tapi (name) selalu melempar senyum, lantaran terlalu malu untuk melontarkan kata.
Sebuah kesialan pada hari ini, (name) tidak membawa bekal. Biasanya ia akan membuat sendiri bekalnya, meski dengan lauk sederhana. Orang tuanya semakin sibuk, ada kabar sedang resesi ekonomi di pemerintah sentral sejak setahun terakhir. Membuat Ayah dan Ibunya mau tak mau bekerja ekstra dari biasanya.
Perutnya keroncongan, untung yang dengar hanya (name) seorang. Ia berharap, Tsukishima yang duduk di depannya tidak menyadari suara perutnya.
Iya, Tsukishima duduk di depannya. Walau sulit melihat yang dicatat di papan tulis, (name) tak keberatan sebab yang menghalangi adalah Tsukishima.
(Name) pernah bilang, "Ketampanan akan mengalahkan keingintahuan."
Abaikan saja, memang bucin sekali dia.
Tsukishima sadar kalau tinggi badannya menghalangi gadis di belakangnya, makanya ia sering memakainya sebagai bahan untuk mengejek (name).
Walau terkadang, Tsukishima meminjamkan catatannya untuk (name), sih.
Contohnya hari ini. Mata pelajaran terakhir adalah fisika, dan (name) teramat bodoh dalam mapel itu. Ditambah (name) sedang pada masa periodenya, plus perut berkeroncong riuh.
Bel pulang berbunyi, tapi (name) malah memakai kedua tangannya sebagai tumpuan kepala peningnya.
Awalnya Tsukishima tidak peduli, dan berniat langsung pergi ke gymnasium. Ia mengakui, kalau akhir-akhir ini sebuah teka-teki dan pemikiran menyeruak tiba tiba di benaknya.
Teka-teki macam, jantungnya yang berpacu cepat ketika melihat orang itu, atau menurunnya tingkat kefokusan terhadap sesuatu.
Tsukishima tak mendapat petunjuk apa pun, ia sama sekali belum bisa membuat diagnosis atau hipotesa.
Dan penyebabnya itu kini ada di belakang punggungnya, mungkin sedang terlelap pulas.
Beberapa teman (name) tahu, kalau gadis itu sedang masa periodenya. Jadi memilih opsi untuk tidak mengganggu adalah keputusan mereka.
Tsukishima tak bisa lagi hanya duduk diam, tapi ia harus mempertimbangkan sekitarnya dulu. Kala seisi kelas hanya diisi mereka berdua, Tsukishima pun beranjak.
Dengan sedikit malu dan malas ia berucap, "Hei, bangun."
Tsukishima sedikit terlonjak kaget dengan ucapannya sendiri, tak menyangka kata itu akan keluar untuk teman gadisnya.
Erangan kecil lolos dari mulut (name), seakan menolak dibangunkan. Tsukishima menghela napas malu dan duduk kembali, bedanya ia sekarang menghadap kearah (name).
Kebisuan itu menghantarkan Tsukishima pada rasa bosan, untung saja detik berikutnya perempuan di depannya mengerang kembali.
"A-astaga!" begitu mendapati Tsukishima menatapnya, (name) otomatis gelagapan.
"Ad-ada apa? Bel—um pulang?" tanyanya sembari menggosok mata, bintang-bintang kecil muncul setelah kegelapan hilang di penglihatannya.
"Aku baru saja selesai mencatat, baru akan pulang."
Pembohong kamu, Tsundereshima.
"Souka ... ka-kalau gitu aku juga pulang deh," volume suara (name) mengecil, pun terbata-bata. Sakit perut dan rasa peningnya kian menghilang secara berangsur.
Usai kata-kata itu (name) menyunggingkan senyum lembut, dan menggenggam erat tas nya. Bangkit dengan tidak anggun, pinggangnya menyenggol ujung meja belakang.
"Fuc—"
Ups, hampir saja (name) mengatakannya. Kalau saja Tsukishima tak ada disana, sudah pasti seluruh hewan kebun binatang lolos dari mulutnya. Sekarang umpatan hanya bisa disimpan dalam hati.
Tsukishima seolah lumpuh, tak mampu berpindah barang satu centi pun. Kenyataan bahwa ia terborgol kebohongannya, menghentikan sejenak otak cemerlangnya untuk berpikir licik.
Sedikit ragu, namun akhirnya terlaksana. Sebuah buku catatan mendarat mulus diatas meja (name). Membalalak tak percaya, "Ca-catatan fisika? Tapi aku tidak ketiduran saat pelajara—"
"Kau buta fisika dan tertinggal materi sejak seminggu lalu. Kalau tidak mau kembalikan!"
Semburat merah tipis menjalari pipi lelaki pirang itu.
'Sebentar ya, aku jantungan dulu.' ini (name).
Dan pada hari itu, Tsukishima meminjamkan catatannya untuk (name). Diam-diam ia juga menaruh beberapa camilan ke dalam tas (name) saat tertidur.Doakan (name) tidak mati karena perlakuan uwu Tsukishima, ya.
▶️▶️▶️
-naru
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳T.kei [✔]
Fanfiction[Belum revisi] Sembari menekap mata dengan telapak tangan, buliran itu perlahan mengalir, melesat melewati sela-sela jari. Pada akhirnya, semua hanya terasa seperti lelucon pahit bagi Tsukishima Kei. Ada satu hal yang terus Kei sesali, sesuatu yang...