🎶recommended song:
Anata wo suki ni natte
(Fujita Maiko)⏸⏸⏸
(Name) mondar-mandir di jalanan selama berjam-jam sore itu, menunggu Tsukishima melewati jalan tersebut untuk pulang.
Gadis belasan tahun ini sudah menyusuri setiap jalan yang biasanya dilewati Tsukishima. Ia kepergok Yamaguchi sedang memperhatikan Tsukishima, dan lelaki itu mau membantunya.
(Name) harus mempersiapkan hati supaya tidak baper dengan kerendahan hati Yamaguchi.
Lebih dari 3 bulan semenjak ia dihinggapi perasaan asing itu, perasaan yang kian menghangat kala diingat tiap keping memorinya.
Beberapa jam kemudian menjelang malam, dan salju mulai bertambah tebal dimana-mana. (Name) menyesali keputusannya memilih hari yang tidak tepat untuk menemui Tsukishima, dengan mengumpat untuk diri sendiri.
(Name) yang duduk di kursi toko Ukai, bergegas keluar dan menunggu di sebuah gang. Ia tak ingin ketahuan teman-teman Tsukishima, dia sudah minta tolong pada Yamaguchi untuk dipertemukan dengan Tsukishima.
Terdengar samar suara Hinata, Tanaka, Nishinoya dan lainnya.
(Name) makin gugup dan panik.
Disaat bersamaan, sebuah jari mengetuk pundaknya.
Wajahnya nampak lelah dan sorot matanya menggambarkan hal yang sama, rambut pirangnya juga berantakan. Namun pundaknya kokoh, menahan rasa lelah untuk menuruti perintah Yamaguchi dan keinginan (name).
"Ada apa?"
Pipi (name) memanas, semburat merah pasti muncul disana.
(Name) berpikir cepat. Ia hanya punya beberapa detik untuk melakukan atau mengatakan sesuatu, supaya Tsukishima bisa mengetahui perasaan suka nya.
(Name) datang tanpa persiapan, berharap perkataan spontan nya mampu menjadi penolong pada hari itu.
"Nee.. Tsukishima.." bisikan (name) nyaris tak terdengar, "aku suka kamu."
Tidak ada perubahan signifikan pada gerak gerik maupun raut wajah Tsukishima. Yang ada malah, pemuda itu berkacak pinggang. Seakan, dari posturnya saja, (name) tau Tsukishima akan menolaknya.
"Dengar ya," Tsukishima mengambil jeda, "aku tidak punya waktu untuk hal itu."
Jawaban Tsukishima mampu membuat perasaan (name) mencelos.
Gadis itu menengadah.
Selama beberapa detik, dua orang di gang sempit itu hanya saling memandang tanpa berucap satu patah kata pun setelahnya. Kelopak mata (name) bergetar, sudah siap untuk mencurahkan air mata.
Yah, (name) pikir walau Tsukishima akan menolaknya, jawabannya tidak akan seperti itu.
Perasaan Tsukishima melunak, memandang wajah sendu milik gadis di depannya. Lelaki ini tidak ingin dirinya dihinggapi perasaan rumit, yang dapat mengacaukan ritme bermain volinya.
Tsukishima akhirnya menyerah, dan mengalah. Membiarkan rasa suka menggerogoti benaknya.
"Berapa lama kamu bisa menunggu?" Tsukishima memberikan teka-teki baru untuk (name), dengan cepat gadis itu menjawab, "Paling lama lima menit."
Tsukishima kelihatan puas sekali, tapi dia menggelengkan kepala dengan lesu dan memutuskan jawaban akhirnya.
"Mungkin.. jika kamu menunggu selama 1 bulan. Kita bisa saja ...." Tsukishima menggaruk belakang kepalanya, merasa jawaban pertamanya terlalu kasar setelah melihat reaksi (name).
(Name) tau jika Tsukishima memberinya kesempatan namun, "Kenapa sangat lama?"
Ekspresi Tsukishima menegang, memaksa dirinya sendiri untuk bertahan. "Memang harus selama itu."
Kekecewaan menghantam (name) dan Tsukishima bisa melihatnya dengan jelas. Makanya dia menambahkan, "Itu kalau kamu mau."
Tsukishima menatap mata (name) lekat-lekat. Tatapannya seolah memohon permakluman, bagai Tsukishima memintanya untuk mau menunggunya, memohon supaya (name) mengerahkan kata-kata terbaiknya.
Tsukishima memandang (name) lagi. Lalu keterkejutan menjalari seluruh tubuhnya, rasanya seperti siuman dari kritis yang sangat lama.
Lelaki berkacamata itu menggamit tangan (name), dengan erat.
Menyalurkan segala kehangatan lewat genggaman tangannya.
"Aku ... mohon."
Tsukishima merasa kehilangan akalnya, malam ini ia jadi sangat emosional. Kala melihat wajah (name), perasaannya mengendur.
Gadis itu balas menggenggam tangan besar Tsukishima dengan erat, "Baiklah, aku akan menunggu."
Kini, bayangan bahagia menyapu wajah Tsukishima. Senyumnya mengembang, menghantarkan kehangatan seperti datangnya musim semi setelah panjangnya musim dingin.
(Name) mencampakkan segala rasa sungkan, mengingat hari ini adalah hari terakhirnya bisa bertatapan langsung dengan Tsukishima.
"Psst.. boleh aku memelukmu?"
Iya, (name) malu sekali mengatakannya.
Tapi Tsukishima menyeka air mata (name) yang menggenang di sudut mata. Kemudian dalam sekejap (name) merasa hangat berkali lipat. Segala perasaan aman dan nyaman mengalir lewat rengkuhan itu, mengantarkan tiap kata menyenangkan tentang indahnya malam itu.
"Bye bye."
Keesokan harinya, Tsukishima berangkat ke Tokyo.
▶️▶️▶️
Pihak3 bentar lagi dtg🤝
-naru
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳T.kei [✔]
Fanfiction[Belum revisi] Sembari menekap mata dengan telapak tangan, buliran itu perlahan mengalir, melesat melewati sela-sela jari. Pada akhirnya, semua hanya terasa seperti lelucon pahit bagi Tsukishima Kei. Ada satu hal yang terus Kei sesali, sesuatu yang...