¹⁷》rasanya sesak

409 76 6
                                    

🎶broken-Anson Seabra

⏸⏸⏸


Pagi harimu tak lagi dimulai dengan langkah produktif. Malah sebaliknya, kamu tak termotivasi lagi untuk menjalani seutas benang kehidupan.

Minatmu akan sekolah berkurang.

Pukul delapan pagi, masih jam pelajaran pertama. Dan kamu masih diatas kasur dengan lengan yang menutupi mata.

Nyalimu ciut menghadapi orang-orang, penyakit sosialmu muncul kembali. Terlebih ketika tak ada satupun orang yang bisa kau andalkan.

Tidak ada bening air mata, atau isak berkesinambungan.

Hanya ada kehampaan yang mengarungi sudut-sudut jiwa.

Tangan-tangan panjang menjijikkan mencekik kewarasan.

Tubuhmu pegal sana sini, hari-harimu hanya berupa tidur sepanjang waktu, tanpa merawat diri sedetik pun.

Beban di pundakmu masih disana, tak berkurang maupun bertambah.

Penyesalan bergerombol di hatimu, menyeruak lebih dalam ke relung batinmu.

Kamu bahkan tidak memiliki tenaga untuk sekedar beranjak dari tempat tidur.

Pandangan netramu kian mengelabu, sulit membedakan hitam dan putih maupun warna lainnya.

Area sekitar alismu berdenyut ringan, nyeri kamu rasakan di sekujur tubuh.

Ah, kapan ya terakhir kali kamu keluar kamar? Mungkin cuma untuk buang air. Kapan ya, terakhir kali kamu makan? Rasanya sudah lama sekali terlewati..

'Kapan ya.. terakhir kali ada sarapan diatas meja? Atau sapaan pagi.. atau Kei dan Yamaguchi yang menghampiriku atau anak kelas yang mengajakku berangkat bersama, karaoke..'

'Kemarin aku ditinggal di kelas.. yang lain ke cafe baru di dekat sekolah mungkin kalau aku ngomong ke guru bakal didengerin ah– Kei aja ngga mau dengerin curhatanku ....'

Racaumu dalam hati, tak jelas.

Untuk pertama kali dalam hidup, seluruh waktu di malam hari kamu habiskan untuk merenung.

Sesekali kamu akan mengeluh, mendesah, atau mengerang tanpa tujuan yang jelas.

Semua hal itu merepresentasikan kegelapan yang menikam dari dalam kepalamu sendiri.

Benakmu mengagitasi opini, terjadi distorsi besar-besaran akal.

Hilanglah sudah arah dan tujuan hidup, kamu berhenti berjalan ketika ribuan simpangan menghilang, hanya tersisa jalan buntu.

'Apa, apa yang harus aku lakukan.' Tanyamu, dan kamu tak bisa memutuskan jawaban yang tepat atas pertanyaan itu.

Pertanyaan transendental membekap tangis, menekan luapan emosi.

Perenunganmu pada malam hari seringkali diakhiri pada kesimpulan; apapun yang aku lakukan, kematianlah hasil akhirnya.

Dan kamu benar-benar mengakhirinya dengan pintaan; wahai Tuhan pemilik alam semesta, bawalah aku ke pelukanmu.

▶️▶️▶️


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kok rasanya aneh ya
nulis chapter yg kaya gini ....

-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳T.kei [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang