🎶recommended:
anata no koto ga sukidananteienai desu
(kobasolo)⏸⏸⏸
(Name) baru saja mengalami sesuatu yang sungguh misterius, yang akan terus membara selama berbulan bulan.
Ada sebuah perasaan yang tak terjelaskan, menyelusup begitu dalam pada kubangan perasaan hampa milik (name).
Rasanya aneh, kata (name). Perasaan asing itu membuat fokusnya mudah terpecah dan teralihkan hal lain.
(Name) baru saja selesai makan malam, ia berniat belajar. Tapi sebelum itu, ia merebahkan dirinya ke kasur. Ia mulai menyetel ulang kejadian hari ini, dan menilainya satu persatu.
Bagi (name), Tsukishima adalah orang asing.
Keberadaan lelaki itu di kelas hanya sekedar mengisi absen dan mendapatkan pembelajaran, tak lebih. (name) juga sering bertanya-tanya, mengapa ia jarang sekali melihat Tsukishima saat jam istirahat.
"Tsukishima bagaikan tokoh dalam suatu dongeng yang indah, namun dia berhasil menemukan jalan masuk ke realitas duniaku, oh! barangkali dia punya suatu misi ...."
"...misalnya menjadi jodohku—"
Lepas terkekeh ria, (name) kembali terkesima.
Betapa dunia adalah sebuah tempat yang indah, mendatangkan perasaan euphoria pada segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
(Name) terkurung dalam dunia kecilnya sendiri, kadang terjebak dalam delusi yang ia buat demi menyenangkan diri kala rasa penat menyambangi.
Mungkin saja, (name) adalah bagian dari dongeng hebat yang dibawa Tsukishima. Ia tak tahu, sampai kapan perasaan asing yang membuncah itu akan menetap.
Tanpa aba-aba wajah (name) memerah, membayangkan wajah Tsukishima yang tanpa diminta lewat begitu saja di benaknya.
Padahal ia sendiri tak yakin, Tsukishima mengenalnya atau tidak.
Sulit untuk menggambarkan sensasinya dalam kata kata sederhana. Yang pasti ....
(Name) sedang dimabuk asmara.
⏩⏩⏩
Keesokan harinya (name) berangkat bersama Ayahnya dengan bus. Meski seorang anggota kabinet pemerintah, pria satu ini lebih mengutamakan keselamatan bumi dengan tidak mengonsumsi produk kendaraan pribadi.
Tujuan (name) hari ini adalah pusat perbelanjaan, ia akan membeli sesuatu untuk seseorang. Siapa lagi kalau bukan Tsukishima. Pemuda itu telah bermayam dalam bilik perasaan (name).
"Bye bye Ayah~!" (name) melambaikan tangan kearah Ayahnya dari balik jendela bus, ia sudah sampai di halte bus yang ditujunya. Gadis ini bersemangat berlari, dengan seksama ia perhatikan jalanan supaya tak lagi menabrak orang non-ikemen.
Memasuki toko camilan sembari bersenandung, langsung menuju rak camilan gurih-asin, meski ia tidak tahu apa yang disukai Tsukishima.
Rambut pirang pendek yang dimainkan angin berhembus, mampu membuat (name) menyadari keberadaannya.
"Tsuk—"
(name) menahan suaranya, mencoba mengikuti pemuda itu dari belakang. Siapa sangka ia secara kebetulan bertemu Tsukishima di toko camilan. Tsukishima hanya datang sendirian, dia sudah membayar dan segera keluar dari toko. (Name) melakukan hal yang sama setelah memilih camilan, tugasnya hari ini adalah menguntit Tsukishima.
Terdengar konyol dan tidak senonoh, tapi kakinya sungguh berjalan dengan sendirinya tanpa diperintah.
Meski menabraknya beberapa orang karena ramainya mall kala itu, pandangan (name) tak teralihkan dari Tsukishima yang begitu menjulang.
Tsukishima berjalan keluar dari mall, dan (name) mengikutinya dengan jarak beberapa meter.
Salju mulai turun.
(Name) baru menyadarinya setelah butiran es membasahi mahkota pirang Tsukishima. Bahkan headset yang dipakai lelaki taksirannya itu juga dilepas.
'Apa aku harus menawarkan payung? kasihan rambut gantengnya,'
Iya, (name) sedang tahap bucin sekali. Tapi dia masih waras, terkadang cuma mau gali kubur saja kalau lihat ketampanan hakiki seorang Tsukishima Kei.
Lagi-lagi (name) berangan, Dewa Eros sedang kurang kerjaan dan menyadari perasaan (name) untuk Tsukishima, kemudian menembakkan panah cintanya pada perasaan Tsukishima, membuat tubuhnya berbalik dan menyapa keberadaan (name).
'Orang-orang akan menjadi gila saat jatuh cinta,'
Anggap saja (name) yang gila.
Karena persis sebelum langkah terakhir Tsukishima tiba di zebra cross, (name) menyusul lelaki itu. Gadis itu berlari, selangkah lebih cepat dari Tsukishima. Kemudian menoleh ke belakang dan berucap dengan gembira, "Halo Tsukishima!"
Otak dan hati (name) sedang berkontradiksi sekarang, merutuki sikap yang dikeluarkan.
Tsukishima kelihatan agak terkejut, atau sekiranya seperti itu. Dia tidak menyuguhkan senyuman, atau balasan kecil seperti "Yo." Atau semacamnya.
Tapi akhirnya Tsukishima bilang, "Selamat pagi." disertai anggukan kecil. Entah (name) yang terlalu peka atau Tsukishima yang menjadi soft boi, pemuda itu memperlambat langkah besarnya demi menyesuaikan langkah kecil (name).
(Name) sedikit terharu dan terhuyung.
"O-oi?" Tsukishima menoleh ke samping kirinya, tempat (name) berada.
"Hei—mimisan?!" Tsukishima sungguh bingung dengan kelakuan (name). Baru beberapa waktu lalu gadis itu menyapa dengan gembira, kemudian detik selanjutnya mimisan sambil tersenyum.
Tersadar dari tingkah bodohnya, (name) menggosok mata dan mengedar pandang. Ia menemui wajah tampan Tsukishima berjarak beberapa cm darinya, yang pasti (name) mendongak.
"Tidak apa, sungguh! Aku cuma kedinginan ...." ucapan (name) mulai bergetar. Ada dua hal penyebabnya, pertama karena kedinginan, kedua karena rasa malu mengerubungi dirinya.
(Name) mengambil tisu dan membersihkan darahnya.
Tapi namanya Tsukishima, tidak luput dari salty.
"Haa beberapa orang ceroboh memang biasanya tidak lihat prakiraan cuaca kan?" tanpa membentuk seringai, kalimat itu sudah cukup menyakitkan.
(Name) bingung harus meleleh karena tuturannya, atau kesal sebab sindiran Tsukishima. Menepuk pipi dengan kencang seperti yang pernah dilakukan Hinata, (name) kembali pada sosok cerianya.
(Name) merasa harus mengatakannya sekarang juga, jika tidak, dia harus bergegas berlari supaya rasa malu perlahan hilang.
"Nee Tsukishima, hontou ni arigatou !"
Itu, cerocos (name).
▶️▶️▶️
–naru
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳T.kei [✔]
Fanfiction[Belum revisi] Sembari menekap mata dengan telapak tangan, buliran itu perlahan mengalir, melesat melewati sela-sela jari. Pada akhirnya, semua hanya terasa seperti lelucon pahit bagi Tsukishima Kei. Ada satu hal yang terus Kei sesali, sesuatu yang...