⏸⏸⏸
"Terimakasih?" ulangnya.
Tsukishima masih berjalan lambat, mengikuti irama langkah kaki (name). Hembusan napasnya kentara, dua insan yang berjalan beriringan itu menghentikan sejenak kegiatan berkontak mata.
Keduanya menunduk.
"Te-tepat sekali. Aku berterimakasih."
Tsukishima berhenti, setelah mereka berdua sudah sampai di seberang jalan. (Name) tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan atau sedang dipikirkan lelaki di sampingnya. Yang pasti jantungnya berdetak lebih cepat, memacu batin (name) yang bergejolak.
Akan tetapi, kemudian Tsukishima menoleh ke arah (name) lagi, mata cokelat keemasannya menatap netra gadis itu dengan seksama.
"Itu kamu?"
Barangkali Tsukishima masih menimbang keputusannya, belum yakin siapakah orang yang ada di sampingnya.
(Name) berbinar, dia pikir Tsukishima tau ialah yang mengintip dari ventilasi gymnasium. Atau orang yang menitipkan terimakasihnya lewat Yachi.
Tsukishima melanjutkan, seakan mengingatkan dirinya akan sesuatu, yang membuat matanya terbelalak.
"Kamu yang diantar wakil kepsek kan?"
'Dahlah, mati saja.'
(Name) mengangguk dengan senyum tersipu, masih menunduk menyembunyikan jutaan ledakan rasa malu. Tsukishima memberi celah antar bibirnya, bersiap mengeluarkan kata.
"Betapa menyedihkan--"
"Dan sekarang orang menyedihkan itu ingin berucap terimakasih, pada orang yang menolongnya."
Tsukishima tertawa terbahak, seolah hal yang dikatakan (name) barusan mengandung humor yang begitu lucu.
Sedetik kemudian ia menyunggingkan senyum sederhana, yang anehnya, begitu manis.
"Yah, sama-sama."Lelaki pirang nan jangkung itu tersenyum hangat, bagai bunga sakura yang sedang bermekaran mengucapkan salam, kehangatannya bak salju yang baru muncul meleleh begitu melihat senyuman itu.
(Name) mendongak, dan pipinya memerah.
▶️▶️▶️
–naru
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳T.kei [✔]
Fanfiction[Belum revisi] Sembari menekap mata dengan telapak tangan, buliran itu perlahan mengalir, melesat melewati sela-sela jari. Pada akhirnya, semua hanya terasa seperti lelucon pahit bagi Tsukishima Kei. Ada satu hal yang terus Kei sesali, sesuatu yang...