Malam ini, di kamarku, setelah belajar, aku merapihkan Buku-buku pelajaran ku yang aku gunakan tadi, dan menaruhnya kembali ke meja belajar. Setelah menyimpan buku-buku ku itu, mataku menangkap beberapa lembar kertas kecil yang tergeletak di atas meja belajar ku. Aku mengambil kertas tersebut dan melihatnya. Ternyata itu adalah beberapa fotokopian dari kartu pelajar dan kartu Indonesia pintar milikku. Aku ingat, itu adalah sisa dari salah satu persyaratan untuk pencarian BSM (bantuan siswa miskin). Aku mengambil fotokopian itu untuk menyimpannya di meja belajar papa ku.
Meja belajar papa ku berisi semua data-data milik keluarga ku, seperti kartu keluarga, Akta kelahiran, ijazah, fotokopi KTP, dan sebagainya. Aku membuka laci meja belajar papa ku itu, dan mencari kumpulan berkas milikku. Setelah menemukannya, aku pun menaruh fotokopian itu. Aku memandangi berkas-berkas milikku itu sesaat. Aku tersenyum, ketika melihat beberapa sertifikat dan Piagam penghargaan dari beberapa LOMBA yang pernah aku ikuti. Namun, senyumku seketika luntur ketika mengingat sesuatu.
Flashback on
Hari itu adalah hari sabtu, tanggal 3 Maret 2018, atau tiga hari setelah aku mengikuti LOMBA stand up comedy di salah satu SMK. Aku berjalan menuju ruang kepala sekolah, karena kata salah seorang guru, beliau memanggilku, entah ada perlu apa. Waktu itu masih pagi, dan sekolah pun masih sangat sepi.
Aku memasuki ruang kepala sekolah dengan santai, setelah sebelumnya aku mengetuk pintu dan mengucap salam. Kepala sekolah ku sudah duduk manis di kursinya, dan mempersilahkan ku untuk duduk. Aku pun duduk di kursi yang sudah di sediakan.
“ ada perlu apa bapak memanggil saya? “ tanyaku tanpa basabasi.
“ kamu yang kemarin ikut lomba itu ya? “ dia balik bertanya, yang aku jawab dengan anggukan kepala “ saya dengar, kamu membawa pulang piala lomba kamu itu ya? “ sekali lagi aku mengangguk “ kenapa kamu membawa pulang piala itu? “
“ karena itu piala saya “ jawabku dengan santainya “ jadi saya berhak membawa pulang piala itu““ tapi, kamu ikut lomba itu atas nama sekolah, kamu daftar lomba itu pakai uang sekolah, jadi piala itu milik sekolah, bukan milik kamu “ kepala sekolah ku mengatakan itu dengan nada agak tinggi.
“ tapi yang ikut lomba nya saya “ jawabku berusaha tetap tenang “seandainya lomba itu bukan antar sekolah, pasti saya akan ikut lomba itu atas nama pribadi, dan waktu pihak sekolah meminta saya ikut lomba itu, saya sudah menolaknya karena saya sudah kelas sembilan semester dua yang sedang sibuk mempersiapkan ujian nasional, tapi pihak sekolah tetap memaksa saya “
Kepala sekolah menggelengkan kepalanya “ jadi kamu merasa kamu punya hak atas piala kamu itu, karena kamu yang ikut lombanya? “
“ jelas “ jawabku “ saya mempersiapkan lomba itu sendiri, tidak ada mentoring, tidak ada yang melatih. Pihak sekolah hanya mengurus pendaftarannya saja bukan, dan jika Anda bilang uang pendaftaran itu milik sekolah, saya mampu untuk menggantinya, asalkan seluruh hadiah lomba itu jadi milik saya “
KAMU SEDANG MEMBACA
LOMBA
RomanceCerita ini merupakan bagian kedua dari cinta anorganik. Setelah mendaur ulang cintaku, aku mendapatkan tantangan baru yaitu mengikuti lomba PMR yang diadakan di SMA paling favorit di Indramayu. Namun, kompetisi sebenarnya bukanlah lomba tersebut...