18. surat dari Elisa

17 23 0
                                    

Aku memasuki kelas ku, belum ada siapa-siapa selain aku di situ. Aku rasa itu wajar, karena ini masih terlalu pagi. Aku berjalan menuju tempat duduk ku, dan duduk di sana.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki yang berjalan memasuki kelas ku. Aku sedikit mendongakkan kepala ku untuk mengetahui siapa yang datang, dan setelah aku tau siapa yang datang tersebut aku langsung membulatkan mataku sempurna, itu adalah Eka. Saat melihatnya emosi langsung meluap, bukan tanpa alasan, itu karena memang dia penyebab semua masalah yang aku hadapi saat ini. Dan lagi, Tasya bilang Elisa dalam bahaya jika berada di dekatnya. Aku berdiri dari duduk ku dan berjalan mendekatinya yang tengah menuju tempat duduk nya, aku langsung menghadangnya.

“ gue mau ngomong sama lo” kata ku saat sudah berada di depannya.

“ ngomong apaan? “ tanyanya dengan ekspresi malas.

“ gue minta sama lo buat jauhin Elisa“ lanjutku to the poin.

Eka tersenyum kecut “ kalo gue gak mau, lo mau apa? “ tanyanya dengan nada meremehkan.

“ kalo lo gak mau, lo akan berurusan sama gue “ aku mengangkat tanganku dan menunjuknya.

Entah aku sudah gila atau apa karena sudah berani melakukan itu padanya, padahal aku tau dia adalah anggota geng motor, dan jika aku berurusan dengannya, maka aku berada dalam bahaya. Tapi, saat itu aku merasa bahwa rasa takut ku sudah tertutup rapat-rapat untuk nya. Mungkin aku hanya lebih takut jika Elisa harus berurusan dengannya.

Eka menangkis tanganku yang menunjuknya “ lo pikir lo siapa berani ngancem gue? “ tanyanya lagi dengan nada yang sama “ lo nggak tau siapa gue hah? “

“ gue nggak peduli siapa lo” ujarku tanpa rasa takut “mau lo anggota geng motor kek, apa kek, gue nggak takut “

“ lo bakalan nyesel karena ngomong kayak gitu ke gue“

“ gue nggak akan nyesel “

“ lo itu bukan siapa-siapa, jadi nggak usah soksokan ngelawan gue deh”

“ Jadi menurut lo gue bukan siapa-siapa? “ tanyaku dengan nada menantang “ FYI aja, gue itu orang yang lo serempet di jalan raya waktu itu “ lanjutku yang membuatnya membulatkan matanya “ kalo lo butuh bukti, motor sport keluaran terbaru lo itu ada lecet di bagian depannya, dan kalo lo butuh saksi, gue kenal kok sopir angkot yang berhenti di tempat itu waktu kejadiannya “

Sekakmat, Eka tak berkutik sedikitpun.

“ sekarang lo Cuma punya dua pilihan “ kataku lagi “ jauhin Elisa, atau lo berurusan dengan hukum atas kasus tabrak lari “ lanjutku “ kalo lo nganggep itu Cuma ancaman dari gue doang, gue kasih tau ke elo kalo gue gak pernah main-main dengan ucapan gue, ngerti lo? “

Setelah itu, aku pergi meninggalkan nya dan kembali ke tempat duduk ku. Dia pasti memperhatikan ku saat aku berjalan menuju tempat duduk ku. Kita lihat saja, apa yang akan ia lakukan nantinya.

                              *****

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi, suara terindah bagi para siswa. Aku berjalan di Koridor sekolah dengan santai, seolah tidak memiliki beban hidup sama sekali.

“ Wisnu? “

Sebuah suara terdengar memanggilku dari arah samping, lebih tepatnya ruang OSIS. Aku menengok untuk memenuhi panggilannya, dan ternyata yang memanggilku adalah mbak hafizah.

“ kenapa mbak? “ tanyaku.

“ ada surat” ujar mbak hafizah sambil memberikan selembar kertas yang dipegangnya.

LOMBATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang