Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Aku berjalan di Koridor sekolah menuju kelas sepuluh IPA tujuh. Tentu saja tujuan ku adalah bertemu dengan Elisa. Selain untuk menjemputnya, aku juga ingin meminta maaf kepadanya atas kejadian semalam, aku benar-benar merasa bersalah kepadanya. Semalam aku sudah berusaha menghubunginya, tapi tidak ada satu pun pesan atau telfon ku di balas. Tadi pagi, aku berusaha menjemputnya, tapi kata ibunya, dia sudah berangkat duluan naik angkot. Waktu jam istirahat tadi aku sibuk, jadi aku tidak bisa menemuinya.
“ Elisa! “ aku memanggilnya dari luar kelasnya. Dia sedang memasukkan Buku-bukunya ke dalam tas. Aku melambai-lambai kan tangan ku kearah nya, dan memintanya untuk segera keluar. Setelah semua bukunya sudah masuk ke dalam tas, dia pun segera keluar.
Dia keluar kelas dengan senyum di bibirnya “ kamu mau jemput aku? “ tanyanya saat sudah berada di depan ku. Aku mengangguk sebagai jawaban “ tapi, aku pulangnya sore lagi “
“ ya aku tungguin lagi “ jawabku enteng.
“ nggak usah nu, kamu pulang duluan aja “ katanya “ aku udah minta mama buat jemput kok”
Aku berfikir sebentar, sebelum bersuara lagi “ kamu marah ya sama aku karena kejadian semalem?” Tanyaku akhirnya “ aku minta maaf ya soal itu “
“ gapapa kok nu, bukan salah kamu juga “ katanya “aku juga salah, karena gak bisa bantu kamu semalem “
“nggak sa, ini sepenuhnya salah aku”
Elisa diam. Hingga beberapa saat kemudian, handphone milik Elisa berbunyi, yang menandakan adanya notifikasi yang masuk. Elisa mengecek ponsel nya sesaat, lalu kembali menatap ku “udah dulu ya nu, aku ada rapat OSIS, aku harus pergi sekarang, kamu pulang aja ya “ Elisa langsung melenggang pergi, tanpa menunggu respon dari ku.
Aku melihat punggung Elisa yang sekarang sedang berlari menjauhiku, aku terus melihatnya, hingga dia benar-benar menghilang dari pandangan ku.
“ mungkin dia masih trauma atas kejadian semalam, aku harus mengerti itu, mungkin dia juga butuh sendiri “ hanya itu yang bisa aku katakan, itu pun dalam hati.
*****
Saat ini aku sudah berada di depan sebuah parkiran, tempat dimana aku memarkirkan motor ku. Saat aku sedang berjalan memasuki parkiran itu, fokus ku langsung tertuju pada motor CBR 150R racing red yang terparkir disana. Itu motornya Eka, batinku.
Aku mendekati motor itu. Aku harus memastikan, apakah benar dia yang menyerempet ku waktu itu atau tidak. Karena Setelah aku cek, hanya Eka yang memiliki motor dengan jenis, merek, dan tipe seperti itu di sekolah ku.
“ mau langsung pulang? “ sebuah suara berhasil mengejutkan ku. Aku menengok ke arah datangnya suara tersebut. Ternyata yang bertanya tadi adalah Om Asep, pemilik parkiran ini.
“ bentar dulu Om “ jawabku. Om Asep mengangguk, lalu melenggang pergi untuk mengeluarkan motor milik siswa yang lain.
Aku kembali fokus pada motor Eka yang saat ini sudah berada di depan ku. Mata ku langsung membulat sempurna, ketika mengetahui ada baret di bagian depan motor itu. Aku ingat, sebelum aku kecelakaan, aku sempat bertemu dengan Eka di parkiran ini, waktu itu dia memamerkan motornya, dan seingatku, waktu itu belum ada baret di depan motornya. ‘Jadi benar, dia yang menyerempet motor ku' batinku. Dan jika difikir fikir lagi, motor ini adalah motor keluaran terbaru, Eka pasti baru membelinya, dan motor baru tidak mungkin langsung ada baret nya. Ini benar-benar bukti, batinku.
“ Woi! Ngapain lo ngeliatin motor gue?! “ sebuah suara berhasil menyentak ku kembali ke dunia nyata. Aku langsung memutar tubuhku untuk melihat orang yang berbicara tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOMBA
RomanceCerita ini merupakan bagian kedua dari cinta anorganik. Setelah mendaur ulang cintaku, aku mendapatkan tantangan baru yaitu mengikuti lomba PMR yang diadakan di SMA paling favorit di Indramayu. Namun, kompetisi sebenarnya bukanlah lomba tersebut...