1.7 K A K A K

26 9 0
                                    

"Lyandra Putra Prastyo, dia... dia Mimpi buruk gue dan luka lama gue."

Cicit gue pelan, sambil menunduk menampilkan deretan rambut yang menutupi wajah gue.

Gue ceritain ke mereka semua, alasan kenapa gue bisa se benci dan keselnya diri gue ke Tio.

Gue nangis? Tentu tidak.
Air mata gue udah kering, lagian setelah gue pikir-pikir, buat apa gue nangisin orang yang merupakan biang dari phobia gue.

"Ava... Gue gak maksud buat ikut campur, gue tau betapa sakitnya batin Lo ketika orang yang Lo sayang harus pergi, tapi itu udah jadi benang merah mereka. Yang sekarang bisa Lo lakuin cuma doa." Ucap Satya menenangkan.

"Ay... Gue jadi inget bangat waktu mau makan lo harus di suapin sama teh Abel baru mau makan, tapi lo juga gak boleh terus-terusan ngebenci dia Ay... Perlahan lu coba nerima dia deh." Terang Dion.

"Bagaimanapun dia juga pernah buat masa kecil Lo bahagia kan." Sahut Wildan.

Sebenarnya ada benarnya juga perkataan mereka semua, apa gue yang terlalu lebay sampe gak pernah mau liat muka Tio?

Gue sadar, gue paham dan gue juga ngerti tentang kebencian gue dengan Tio. Di sisi lain, hati kecil gue masih belum bisa menerima bahwa Tio adalah kebahagian masa kecil gue.

-
-
-
-
-

Hari telah berganti tak terasa satu pekan telah berlalu, begitu pula tentang diri gue yang mulai menerima kehadiran Tio kembali.

"Mentemen... Keknya gue balik duluan gak apa-apa? Kakak gue balik hari ini soalnya." Terang gue saat mereka mau jalan menuju studio.

"Bang Arva balik hari ini? Lah kok lu ga bilang sih?" Jevan.
"Abang lu emang dari mana seh?" Dion.
"Asik leh-oleh... leh-oleh..." Anya.
"Lo punya kakak?" Wildan.

Throwback

"Ay... Minggu depan kakak sama Shan mau pulang, ntar kamar kakak beresin yak." Ujarnya di hujung sana.

"Lah tumben kak Shan ikut?"

"Kan mau ada sesuatu dek, kakak mau ngelamar."

"Ngelamar kerja? Lah bukannya pas habis wisuda kemarin kakak langsung di kontrak di sana?"

"Ada deh... Bocah ingusan gak usah kepo!"

"Abang adeknya udah SMA loh!"

"Udahlah... Nanti juga tau, itu kamar kakak rapihin yak! pokonya ntar kakak pulang kamar harus bersih, wangi, kinclong, semerbak membahana Ok." Bacotnya panjang lebar.

"Iyain aja deh... Kasian udah tua, bua buayyy" ucap gue dan langsung mematikan sambungan telepon.

Throwback end

"Atau kita libur aja dulu latihannya, kita sungkem sama bang Arva dulu yok." Seru Dion.

"Tapi kasian abangnya, habis terbang jauh kita recokin." Tolak Satya

"Gak apa-apa kok, Abang gue meski udah tua gak pernah ada kata capek di kamusnya!" Jawab gue dan langsung di iya-kan oleh mereka semua.

"Guys... Itu kata mamang grep nya udah ada di Deket gerbang, bang ntar bayar pake duit Lo yak." Ucap Brian sambil menyenggol bahu Jevan.

BEST PARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang