01

1.5K 86 3
                                    

Hujan deras mengguyur jalanan kota malam itu, seolah menjadi paket komplit kegegeran di sebuah keluarga konglomerat yang sedang di rundung masalah dengan rival yang bernotabene saudara tiri yang menginginkan kekuasaan harta turun menurunnya.

"Lindungi menantu, dan kedua cucu kembar ku!"

Perintahnya, pada salah satu bodyguard yang menjaga di Mansion mewah miliknya itu.

Mata yang terus melirik ponsel dan layar monitor pada komputernya, seakan rasa cemas yang bercabang ia rasakan semakin tidak karuan adanya.

Musuhnya, ingin menghabisi cucu kembar laki-lakinya yang merupakan kunci pewaris mutlak seluruh asetnya.

Begitulah ramalan dari keluarga turun temurun nya.

"Maaf tuan,"

"Adnan Kalingga mengarahkan anak buahnya menuju Mansion utama sekarang." kata salah satu anak buahnya, yang ahli dalam bidang IT itu.

"Shit!"

"Perintahkan seluruh anak buah yang berada di Mansion utama untuk membawa istri dan kedua putraku keluar dari sana!!"

Perintah seorang pria, dengan tatapan tajamnya pada para bodyguard tersebut.

"Baik tuan."

Yesaya Kalingga, pria yang terus menatap tajam kearah layar monitor dengan tangan yang mengepal itu, seolah ingin membunuh rivalnya setelah mendengar kabar bahwa kakak tiri dari sang Ayah yang merupakan seseorang yang menginginkan tahta itu, juga menginginkan lenyapnya kedua putra kembarnya.

"Yesaya, tetaplah tenang."

Pria itu menoleh menatap sang Ayah, "Bagaimana saya bisa tenang, Ayah?"

"Istri dan kedua putra saya sedang terancam keselamatannya!" Kata Yesaya, menatap manik mata sang Ayah.

"Semua akan baik-baik saja,"

"Istri dan putra kembar mu akan segera menuju kemari." kata sang Ayah menenangkan putra semata wayangnya itu.

Tak lama, suara HT dari genggaman tangannya mulai terdengar suara ringsikkan, yang menandakan seseorang di dalam sana akan mengabarkan sebuah informasi.

"Maaf tuan, musuh mengikuti mobil Nona muda dan kedua bayi kembarnya."

Kabarnya, yang semakin membuat Yesaya tidak tenang.

"Terus lindungi istri dan putra kembar ku!"

Perintahnya mutlak, sembari mengarahkan HT itu ke bibirnya.

"Shit!"



{°•°}


Ketakutan, tangan yang bergetar, dan hati yang tidak tenang, juga di rasakan seorang wanita cantik yang terus melihat kebelakang kala mobil yang di tumpangi nya melaju dengan kencang untuk menghindari sebuah mobil yang terus mengejarnya dari belakang.

Gladis Kalingga, wanita itu merasa cemas dan takut yang terus ia rasakan. Gendongan erat, serta mata yang terus melirik kearah bayi yang sedang terlelap di gendongan nya, membuatnya sedikit menghilangkan rasa cemasnya.

Walau hanya sedikit.

"Bibi, saya takut."

Katanya, pada seorang kepala pelayan yang turut serta dan menggendong salah satu bayi kembarnya itu, serta terus mengusap lembut punggung tangan sang majikan untuk menenangkannya.

"Semua pasti akan baik-baik saja Nona,"

"Tuan muda dan Tuan besar pasti akan melakukan segala cara untuk menyelamatkan kita semua." Lanjutnya, dengan senyum yang terus terpatri di bibirnya.

KALINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang