16 Oktober 2022
"Tampang lo jangan kayak orang tolol begitu dong, bego!"
"Sumpah— lo cerewet banget, demi apa." Taehyung menggerutu. Tangannya masih sibuk mengotak-atik dasi yang belum terpasang dengan benar.
"Duh anakku, sini nak— Papa bantuin," Jimin dengan telaten turut membenarkan posisi dasi milik Taehyung. "Gue ngomong banyak ke lo bukan tanpa alasan, Taehyung. Dunia kerja itu nggak segampang nyeduh pop mie. Terkadang orang-orang pada pake topeng, ada juga yang nyimpen pedang bermata dua. Lo nggak boleh selalunya baik. Ada kalanya lo harus egois demi mempertahankan citra yang lo punya,"
Taehyung hanya terdiam. Sedikit terkesima pada pola pikir Jimin yang semakin dewasa. Jimin diterima kerja lebih awal daripada Taehyung. Oleh karena itu, banyak wejangan yang Jimin sampaikan pada sahabatnya itu sebelum memasuki dunia bisnis yang sebenarnya.
Jimin yang dulu nakal, bajingan, dan selalu sarkas dalam bicara, kini menjadi sosok yang dewasa dan pengertian. Ucapannya semakin lembut dan pandai menenangkan orang-orang di sekitarnya. Taehyung rasanya senang sekaligus beruntung karena ia adalah penempat prioritas kedua dari urutan prioritas yang Jimin buat. Bahkan, kekasih Jimin pun kalah.
Tinggal berdua di rumah kontrakan sejak tiga bulan lalu memang bukan lagi hal baru. Sejak menengah atas, keduanya sudah menempati kost bersama. Namun, kali ini ada yang berbeda. Mereka menyewa kontrakan bukan karena jauh dari sekolah atau universitas, tapi karena tuntutan kerja yang jauh dari tempat tinggal. Sebagai lulusan muda jurusan ekonomi tentu jauh lebih mudah mencari lapangan pekerjaan di kota besar. Terlebih Jakarta— meski cukup sulit ditempuh jika tidak memiliki kecakapan yang memadai.
"Nah, gini kan ganteng. Bosen lihat lo pake kaos oblong bulukan." Celetuk Jimin setelah usai membenarkan penampilan Taehyung. Kemeja sederhana dengan dasi biru tua yang tergantung rapi di leher ditambah dengan celana bahan dan sepatu pantofel hitam. Jimin berkali-kali mengucap dalam hati, Taehyung bisa dengan mudahnya menjadi publik figur. Sahabatnya ini berbakat. Selain itu, wajahnya juga tidak bisa dibilang jelek. "Lo kenapa nggak jadi model aja sih, Tae?"
"Gue sampe bosen lo tanya begitu terus, Jim. Buset." Sanggah Taehyung sambil memasang ekspresi jengah. "Lagian ngapain gue susah-susah kuliah ekonomi kalo nantinya kerja jadi kayak gituan?"
"Iya deh, terserah lo aja," Kata Jimin. "Lo mau berangkat sendiri apa gue anter?"
"Sendiri aja. Males banget harus nemenin lo jemput Jeongyeon."
"Gue juga males nganterin lo sih sebenernya, hahaha," Jimin tertawa sembari melangkah pergi keluar dari kamar Taehyung. Ia lantas mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. "Gue berangkat dulu kalo gitu. Nasi bungkus ada di dapur!"
Taehyung hanya menyahut seadanya. Ia masih sibuk berkaca sambil menilai penampilannya pagi ini. Sedikit menggelikan karena ia tidak terbiasa berpenampilan rapi seperti ini. Rambut yang biasanya jatuh ke depan atau teracak, kini disisir rapi dengan belah tengah yang menampilkan dahinya. "Nggak pede gue. Jimin apaan banget sih, nata rambut kok gini amat,"
Namun, karena terlanjur malas, ia membiarkan penampilannya seperti itu. Sebelum keluar dari kamar, ia sempat mematikan lampu dan meraih kunci motor. Tempat kerjanya memang tidak jauh dari perusahaan tempat Jimin bekerja, tapi yang membuat Taehyung malas nebeng Jimin itu karena Jimin selalu berangkat bersama kekasihnya, Jeongyeon Evira. Jeongyeon memang bekerja di tempat yang sama dengan Jimin. Hubungan keduanya pun sudah lumayan lama. Nyaris setengah tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Fin] 3676 Mdpl | tk
FanfictionSemeru; ketinggian 3676, Ranu Kumbolo, dan Taehyung Alfanio. Please read these tags carefully!! [Local fanfic] BOYS LOVE; Boy x Boy | Taehyung x Jungkook from BTS | mpreg! Drama! Start: 1-08-20 Finish: 6-12-20