Tes tes
Air mata Jimin kembali menetes dengan deras kala melihat pesan itu lagi. Pesan terakhir dia. Orang yang menyuruhnya untuk selalu berbahagia.
Ini salah Jimin bukan? Seharusnya dimengikhlaskan Jungkook.
Tidak seharusnya dia bertingkah seolah dirinya yang paling tersakiti disini. Tidak seharusnya dia mengharapkan manusia berhati malaikat itu untuk secepatnya mati.
Ini salahnya! Walau dia tak tau, sampai Jungkook yang baru memberitahunya jika Yerin memiliki penyakit mematikan tingkat akhir.
Andai dia tidak ada fikiran untuk mengharapkan wanita itu mati, apalagi itu tertulis dilirik lagu heather yang dia nyanyikan Desember lalu.
Bukan kah Jimin penjahatnya? Dia pemeran antagonis disini?
Jimin terduduk lemas kala melihat makam Yerin Carina basah karena rintik kecil hujan yang seakan tau berita duka ini.
"Gimana gua bisa bahagia?" Ucap Jimin dengan nada paraunya. Tenggorokan nya cukup sakit untuk mengeluarkan suara, tapi dia ingin Yerin mendengar suaranya.
Dia tau, jika dia begitu menginginkan Jungkook. Tapi tak seperti ini, seharusnya tak ada kematian diantara mereka. Kenapa? Kenapa harus orang baik yang diambil Tuhan?
"Nak Jimin?" Wanita yang tampak berumur 40 tahunan memegang bahu Jimin dengan senyum manisnya.
"Berhenti menyalahkan dirimu, diriku yang kehilangan anak tapi kenapa kamu menangis begitu banyak?" Tanya wanita itu yang ternyata Ibu Yerin.
"Tak perlu ada yang disalahkan disini, jika pun memang harus ada ini semua kesalahan ku sebagai seorang ibu yang tak bisa menanggung kesakitan anakku"
"Yerin pasti kesal jika melihatmu menangis karena dirinya. Yerin bilang, dia sudah banyak membuat dirimu menangis karena sudah merebut Jungkook dari mu" perkataan ibu Yerin membuat tangis Jimin mereda sedikit demi sedikit sambil mendengarkan suara halus wanita itu.
"Tolong jangan menangis lagi sehabis ini, dan bahagia lah selalu. Tolong ikhlaskan kepergian anakku seperti kamu yang pernah mengikhlaskan Jungkook pergi. Sekarang waktumu berbahagia" kata Wanita itu mengelus punggung Jimin dan pergi.
Jimin yang masih setia untuk duduk disamping makam pun akhirnya disusul Jungkook yang akhirnya ikut duduk disamping Jimin.
"Hei" sapa Jungkook sambil membawa tangan Jimin ke genggamannya.
"Ji, mau dengar penjelasan gua?" Tanya Jungkook sedikit hati hati takut takut jika dia mengganggu Jimin.
"Tentu, tapi didepan Yerin ya? Gua belum sempat dekat sama dia"
"Okey gapapa. Ji, ini semua berawal dari kesalahan gua. Andai gua bisa tegas dalam mengambil keputusan dan mengetahui perasaan gua, andai saat itu gua bisa ngasih support ke Yerin tanpa embel embel jadi kekasih nya. Dan nyatanya gua makin ngebuat Yerin sakit karena Yerin tau kalo fikiran gua ga bisa jauh jauh dari lo" kata Jungkook yang didengar Jimin dengan seksama.
"Andai gua support Yerin dengan tulus sebagai teman maupun abang buat dia. Gua tau Yerin itu bakalan lebih kuat dan hidup lebih sehat lagi"
"Gua sayang sama lo Ji, dan Yerin tau itu" Jungkook menatap Wajah Jimin dengan keseriusannya. Jimin yang ikut menatap wajah Tampan Jungkook berdiam tak tau harus berbuat apa.
"Gua pengen kita mulai pendekatan dari awal, gua bakal jujur dan terbuka buat lo. Gak ada lagi yang harus gua sembunyiin dari lo tolong kasih gua kesempatan Ji" Jimin menggigit bagian dalam pipinya agar tak blushing.
"Ji, gua tau Yerin nyuruh lo buat bahagia kan? Dan kalo menurut lo bahagianya lo itu gua, lo bisa peluk dan terima gua tapi kalo memang bahagia lo bukan gua lo bisa lepasin genggaman tangan kita dan gua gak bakal ganggu lo lagi Ji. Serius ini terakhir"
Jimin menatap Genggaman Tangan Jungkook yang mulai berkeringat itu, tampaknya Jungkook sedang gugup. Jimin tersenyum tipis dan melihat kearah makam Yerin.
"Yer, gua boleh bahagia kan? Lo juga harus bahagia ya disana" gumam Jimin dan mulai tersenyum manis.
"Jung, gua lepas ya?" Kata Jimin yang membuat Jungkook menjadi lemas. Jimin mau melepaskan tangan Jungkook? Jadi Jungkook bukan bahagianya Jimin?
Jimin melepas tangannya dari tangan Jungkook dan langsung memeluk tubuh besar itu.
"Bahagiain gua! Kalo ngga nanti gua ngadu ke Yerin!" Gumam Jimin di telinga Jungkook yang dimana Jungkook sendiri masih bengong dan belum mencerna semuanya.
"Ihh lola kamu mah" kesal Jimin memukul dada bidang Jungkook.
"Jim lo serius kan?" Tanya Jungkook sekali lagi.
"Iya ih, cepat sini peluk" kata Jimin yang langsung saja dipeluk Jungkook dengan bahagianya.
"Makasih ji!" Jungkook tersenyum bahagia ke arah makam Yerin Carina.
"Bahagia disana ya Yer, disini gua bakalan buat Jimin bahagia kok. Makasih"
-jungkook Alfanero
Jimin melihat kearah teman temannya yang menunggu dirinya.
"Ji! Semangat!"
"Lo hebat banget!"
"Ji kita semua sayang sama lo, apalagi Jungkook yakan kook?"
Jungkook tersenyum lebar mendengar pertanyaan Deka.
"Sayang banget" jawab Jungkook sambil mencium pipi Jimin membuat dirinya disoraki teman temannya.
"Huuuuuuu Moduss"
"Yeu jamet kuproy bisaan aje cuih"
Jimin tertawa lepas mendengar sorakan sorakan temannya yang membully Jungkook.
Bahagia gua bukan Jungkook, bahagia gua kalian semua. Makasih udah mau balik ke dalam kehidupan kecil gua. Dan buat lo Yerin, makasih dan bahagia disana. Gua yakin Tuhan terlalu sayang sama lo sampai dia gak rela lo berlama lama didunia fana ini.
Sampai jumpa
-jimin Arkana
End.
Huaaaaaa udah ending nih (◕દ◕)
Tafhi tnang sobat, aku punya book baru lagi.
Kalau berkenan boleh mampir ke book aku yang ini yhaa(~ ̄³ ̄)~Thankyou udah mau support Complicated sejauh ini💖
Dan selamat hari I LOVE YOU 💖
I love you guys💖
Big Thanks for my reader💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated //Completed
Short Story"sorry i choose her" "jadi kenapa lo nyium gua?"