Empat

2.4K 369 41
                                    

"Yerim maafkan aku." Sooyoung menggenggam tangan Yerim yang terbebas dari tusukan jarum.

"Asal eonni baik-baik aja, aku tak masalah. Lagi pula sepertinya pihak club yang membawaku kesini." Yerim menenangkan Sooyoung yang masih menangis didepannya.

"Padahal aku sudah berjanji tak akan meningkalkan kamu Rim, tapi lihat sekarang."

"Aku baik eonni. Sepertinya nanti sore juga boleh pulang." Terang Yerim.

"Apa kau tak merasa aneh Rim?" Yerim yang mengerti arah pembicaraan Sooyoung mengangguk setuju.

"Rasanya janggal sekali, aku tak mabuk kan Rim? Tapi kenapa aku tak ingat apapun?" Sooyoung kini mengangkat pandangannya, menatap Yerim dalam.

"Aku juga merasa aneh, semalam aku juga masih bisa mendengar bartender itu dan eonni yang mengobrol, aku yakin masih bersamamu saat itu."

"Kau mau kita datang kesana lagi?" Tanya Sooyoung, Yerim mengangguk ragu. "Tapi sebelum itu eonni harus baikan dulu dengan Namjoon oppa." Jawab Yerim.

"Namjoon bukan hal yang penting sekarang. Apa ini ada hubungannya dengan kau yang merasa diikuti Rim?" Sooyoung bertanya dengan suara yang pelan.

"Tapi selama ini tak ada yang mengangguku, jadi bukannya itu cuma halusinasiku aja?" Sooyoung terdiam sejenak sebelum mengangguk.

"Kenapa kamu bisa masuk rumah sakit Rim?"

"Perawat bilang karena asma." Jawaban Yerim yang terdengar ragu sampai pada Sooyoung. "Dan kau tak tau tentang asma itu?" Sooyoung memekik kaget yang diangguki oleh Yerim.

"Aku tak pernah bermasalah dengan pernafasan. Kecuali saat berlari dari tempat kerja ke halte atau sebaliknya. Tapi bukankah itu wajar untuk orang yang tak pernah berolahraga?" Sooyoung lagi-lagi hanya mengangguk.

"Kita harus kembali ke club Rim, aku yakin ada sesuatu yang terjadi." Belum juga mengiyakan, pintu ruang rawat terbuka, datang Namjoon dengan plastik yang berlogo supermarket.

"Ini minum dulu." Sooyoung mengambil botol air mineral yang disodorkan Namjoon setelah membantu Yerim duduk.

Yerim tersedak saat tegukan pertama air mengenai tenggorokannya. "Pelan-pelan Rim."

"Maaf merepotkan Namjoon oppa." Ucap Yerim setelah selesai meminum cukup air. Namjoon membalas dengan gelengan singkat, menyuruh Yerim untuk ngga sungkan padanya.

"Oppa bisa berangkat ke kantor sekarang." Lanjut Yerim, dirinya merasa ngga enak kalo sampai Namjoon membolos dari kerjanya.

"Sooyoung, kalau butuh apa-apa telepon aku." Namjoon mengecup lama kepala Sooyoung, lalu berpamitan pada kedua wanita didepannya.

"Nah bukankah Namjoon oppa manis sekali?" Ledek Yerim pada Sooyoung yang diam-diam tersenyum malu.

"Jam berapa makan pagi datang? Kenapa lama sekali, ada pasien yang tengah kelaparan." Kalimat Sooyoung mengundang tawa Yerim.

"Padahal kulihat diruangan lain penuh Rim, hanya ruanganmu yang kosong." Suara Sooyoung tiba-tiba memecah keheningan. Yerim yang sedang sibuk bermain ponsel mendongak ingin tahu.

"Tadi aku sempat mengintip beberapa kamar sebelum Namjoon bertanya nomor kamarmu. Dan semuanya penuh." Yerim mengerutkan keningnya heran.

"Bertambah lagi keanehan yang terjadi disekitarmu Kim Yerim." Sooyoung ikut bergedik ngeri setelah dirinya berbicara.

"Oh! Bagaimana kabar tetanggamu itu?"

"Yang di bus?" Sooyoung mengangguk cepat.

"Aku masih tak memiliki keberanian untuk mengajaknya berkenalan. Auranya seram sekali."

end | Better RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang