Tujuh

2.3K 365 34
                                    

Sudut pandang pertama—

* * * * *

Aku terdiam kaku melihat 7 pria di depanku. Dengan 1 orang yang dijaga 6 orang lainnya, yang kini mulai berjalan mendekatiku, persis seperti penjaga yang seringku lihat di drama-drama. Stop Yerim! Focus! Ayo Yerim berpikir, apa benar kau tak pernah melihat orang ini selain di cafe? Kenapa dia seperti dendam denganmu Rim. Ayo berpikir!

"Ayo sayang, hidungmu mulai berdarah lagi. Waktunya istirahat." Aku menggeleng cepat kearah pria yang berada diposisi paling depan, mengabaikan rasa sakit yang kembali menyerang hidungku.

Aku menengok lagi kebelakang, melihat berulang kali lemari kaca yang kini terlihat jelas berisi figur-figur action. Aku mengetuk pelan kaca dibelakangku itu dengan pandangan yang kembali mengarah kedepan. Kacanya lumayan tebal, apa mungkin bisa dipecahkan? Tapi bukankah harus dicoba Rim?

Aku menyenderkan tubuhku sepenuhnya ke lemari agar kaca lemari ini mendapat tekanan besar dan lebih mudah dipecahkan. Ku angkat siku kiriku dan menghantamkannya sekuat tenaga hanya dengan satu kali hentakan.

Prang. Sekali dorongan dengan tenaga full kaca itu berhamburan.

Aku berhasil memecahkannya, beberapa figura berjatuhan disamping kakiku. Aku berbalik dan melihat potongan kaca melintang disamping kepalaku. Menarik sisi pecahan kaca itu, dan aku arahkan pecahan itu kedepan, menunjuk pada tujuh pria di depan sana.

"Biarkan saya pulang!" Teriakku lagi, kulihat kini para penjaga itu sudah kembali berhenti mendekatiku.

"Kau sudah dirumah sayang." Pria itu malah terlihat memperhatikanku. Tanganku yang menggenggam kaca kudorong-dorong kearah mereka.

"Kau boleh menusuk mereka." Pria cafe itu melirik orang-orangnya dengan santai. Apa orang ini gila?

"Mereka jelas gagal mengerjakan tugas, jadi kai boleh menusuk mereka dengan kaca di tanganmu itu." Mendengar lanjutan kalimatnya membuat tangan kananku yang menggenggam kaca mengerat lebih kencang, terasa tusukan di telapak tanganku. Kenapa orang ini terlihat santai?

"Jangan digenggam terlalu erat, tanganmu akan tertusuk lebih dalam sayang." Aku mengabaikannya dan semakin mengeratkan peganganku. Bagaimana ini? Kenapa pria itu tak takut dengan ancamanku? Gimana kalo ternyata aku beneran mampu mencelakai orang-orangnya? Ada dia tak merasa takut kehilangan orang-orangnya nanti?

"Ayo cepat." Tangan pria itu kembali mengarah padaku, seolah aku akan menerima uluran tangannya itu yang sejak tadi terus melayang.

Aku memandang lagi mereka. Ketakutan mulai mendominasi. Aku memandang bergantian kaca digenggamanku dan kumpulan pria didepan sana. Bunuh diri. Kenapa rasanya aku seperti pernah berada diposisi ini? Tiba-tiba kilatan kejadian entah dari mana muncul, aku melihat diriku yang terbaring lemas dilantai rumah sedangkan Ayah dan Ibu hanya memperhatikanku.

Lalu kilatan itu berganti lagi dengan aku yang terduduk sendiri di dalam kamar sedang menggenggam pisau kecil, lalu pintu dibuka kasar dan suara perempuan berteriak membuatku mendongak menghadapnya.

Entah apa yang terjadi, tapi benda dingin terasa mengores leherku. Aku menunduk dan melihat potongan sembarang kaca itu yang kini berlumuran darah ditanganku. Berbeda dengan kilatan kejadian yang tadi terlintas, aku yang sedang memegang pisau kecil tapi berhasil ditepis kasar oleh seorang perempuan.

end | Better RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang