Enam belas

1.7K 259 22
                                    

Yerim dengan kaku duduk di kursi makan, pelayan wanita yang di ketahuinha bernama Chaeyeon seperti biasa, tadi menjemput dan mengantarnya ke ruang makan. Saat dirinya sampai, Yerim sudah melihat Dokter yang 2 hari lalu ditemuinya. Duduk dengan tenang di kursi barisan kiri, membuat Yerim memutuskan untuk duduk di baris kanan, saling berhadapan.

Seharusnya saat ini Jungkook juga duduk bersama Yerim di meja makan, tetapi sesuatu terjadi saat ia sedang di perjalanan pulang 3 jam lalu. Menyebabkan absensinya untuk makan malam bersama dengan Yerim.

"Kau terlihat tegang." Yerim yang sejak duduk hanya memperhatikan mangkuk nasinya, mendongak ragu kearah suara yang mengajaknya berbicara. "Kau terlihat sehat." Yerim berdehem guna menetralkan kerongkongannya, matanya melirik ke ruang makan yang luas mencoba mencari keberadaan orang-orang Jungkook yang biasa ditempatkan sudut-sudut ruang dimanapun Yerim berada, kecuali saat Yerim di kamar tentu saja. Tapi matanya tak menemukan satupun penjaga.

"Ya aku sehat Dokter, bagaimana dengan Dokter?" Demi kesopanan, Yerim bertanya pada sang Dokter yang terlihat santai memperhatikannya, berbanding terbalik dengan Yerim yang semakin gugup.

"Kau bisa melihatku langsung, duduk denganmu disini. Memperhatikanmu yang terlihat gelisah, tegang dan gugup." Yerim mengeratkan sendok di tangannya, menyalurkan rasa tidak nyamannya.

"Kau tau..." Sungkyung masih memperhatikan tiap gerik gugup yang diciptakan Yerim. "atau kau tak ingin tau?" Sungkyung tersenyum makin lebar saat melihat wajah Yerim menunjukkan rasa keingintahuan.

"Nikmatilah hidup yang hanya tersisa hitungan hari." Pancing Sungkyung, dan sudah pasti Yerim tersangkut pada kailnya. "Apa maksud Dokter?" Karena setelahnya Yerim semakin memandanginya ingin tahu.

"Nikmati hidupmu yang hanya bisa kau nikmati hmmm...." jemari Sungkyung yang bebas dari sendok terangkat dan membuat hitungan pelan. "Dua atau tiga hari? Atau bisa saja hanya sampai malam ini." Kalimat itu sukses membuat Yerim kembali membeku, gugup yang sejak tadi menemaninya berganti menjadi rasa takut yang mulai menjalarinya.

"Kau terlalu bodoh Yerim. Sejak dulu kau selalu bodoh bukan?" Rasa takut itu menghadirkan mual yang mulai menyiksa perutnya, padahal Yerim baru berhasil memasukkan nasi sebanyak satu sendok kedalam lambungnya.

"Awalnya aku ragu, tapi melihat dimana dan bagaimana hidupmu sekarang menunjukkan seberapa bodohnya dirimu." Sungkyung mengangkat sendok di tangan kanannya, dan pandangan miliknya tak lepas dari mata Yerim yang berpendar takut. "Kupikir kau ikut mati bersamanya, ternyata kau malah menarik perhatian orang kaya ya?"

"Mati?" Yerim berhasil mengeluarkan satu kata diantara ribuan kata dikepalanya.

"Ah maaf aku lupa. Aku akan memberikanmu sedikit clue, 6 tahun lalu..." Sungkyung menghentikan kalimatnya saat Chaeyeon keluar dari arah dapur. "Danau..." sambungnya saat mata Dokter dan si pelayan beradu pandang. "Dan Kim Saeron."

"Saya bisa membantu anda keluar dari sini." Chaeyeon menuangkan air pada gelas dihadapan Yerim.

"Saeron?" Lirih Yerim mengabaikan tawaran Chaeyeon. "Kenapa namanya terdengar akrab di telingaku?" Berniat untuk tak mengeluarkannya, suara Yerim malah mengalun lirih terdengar oleh Sungkyung dan Chaeyeon.

"Nyonya." Yerim mendongak karena posisi Chaeyeon tepat disampingnya, masih menuang air dengan perlahan. "Saya bisa membantu anda keluar dari sini."

end | Better RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang