Jungkook mengulurkan tangannya ke depan, menghadapkannya pada Yerim yang pandangan matanya malah memandangi takut sekitarnya.
"Ayo sayang." Ujar Jungkook.
"Tolong." Namjoon bersuara lirih, mengharap penuh pengertian Yerim.
Suara tarikan pistol membuat Yerim melepaskan genggamannya di tangan Sooyoung. Membuat Leo juga menurunkan senjatanya dengan cepat, lalu mengarahkannya ke bawah untuk memastikan selongsong senjata kembali kosong.
"Aku minta maaf Jeon." Namjoon mengangguk singkat kearah Jungkook sebelum menarik paksa Sooyoung bersamanya. Yerim memandangi kepergian kedua orang itu dengan kaku. Jantungnya masih berdegub dengan kencang.
"Ayo sayang." Yerim masih berdiri diam di posisinya. Pikirannya berkecamuk penuh. Rencananya untuk kabur berakhir sia-sia, tanpa hasil apapun.
Harusnya kau rampas pistol itu Yerim! Tapi bagaimana kalau itu malah membahayakan Sooyoung eonni? Buat rencana Rim! Gunakan otakmu dengan maksimal! Yerim membalik badannya, berjalan ke kamar yang biasa di tempatinya dilantai 2, melewati begitu saja uluran tangan Jungkook dan sekumpulan penjaga.
Langkah kakinya sedikit bergetar, otaknya kembali bekerja ekstra untuk mencari jalan terbaik. Untuk saat ini, dirinya hanya bisa diam. Karena kini tak ada apapun rencana yang terputar di otaknya. Semua itu sirnah karena Yerim menyaksikan bagaimana dengan mudahnya orang menodongkan senjatanya pada orang lain yang tak bersalah. Membuat Yerim harus memikirkan semuanya secara matang. Ada masalah apa sebenernya dengan pria itu? Penagih hutang? Tapi mereka tak ada satupun dari orang-orang pria itu! Atau sebenarnya hanya kau yang tak terlalu memperhatikan Rim? Pria itu jangan-jangan memang ada sangkut pautnya dengan hutang orang tuamu? Yerim melenggang masuk saat penjaga di depan pintu kamar yang di tenpatinya membukakan pintu untuknya. Mendudukan tubuhnya di pinggir ranjang sebelah kiri, Yerim memandangi pemandangan luar yang terlihat gelap karena matahari berhasil terbenam beberapa saat lalu.
Kedua tangan di pahanya mengepal erat. Bagaimana bisa hidupku diatur oleh orang lain? Ini hidupmu Rim. Jangan jadi orang lemah! Cukup Ayah dan Ibu yang membuatku tak berdaya! Kepalan tangannya semakin erat saat pikirannya berkecamuk padat.
Di ruangan lainnya, Jungkook duduk di singgasananya dengan nyaman. Berhadapan dengan perempuan berwajah datar yang memandangi Jungkook tak kalah dinginnya.
"Kenapa bukan Suga?" Suaranya terdengar sama dinginnya.
"Dia menolaknya." Jawaban Jungkook membuat wanita itu mengangkat alisnya heran.
"Kapan kau akan memulainya?"
"Secepatnya."
"Biarkan aku bertemu dengannya lebih dulu." Jungkook mengangguk, lalu tangannya memencet tombol yang ada dimejanya. Tak berselang lama Leo dan Virgo masuk kedalam ruangan.
"Antar Dokter Sungkyung menemui istriku." Virgo mengangguk patuh, menunggu wanita berwajah datar bernama Sungkyung yang sedang sibuk merapikan roknya lalu keduanya berlalu saat Sungkyung sampai disisi Virgo.
"Pak." Leo menunggu Jungkook meresponnya, Bossnya itu hanya mengangguk singkat mempersilahkan Leo melanjutkan keperluannya.
"Beberapa petinggi mulai berulah, malam ini pertemuan di meja besar akan kembali di laksanakan." Menginformasikan pesannya, Leo kembali melanjutkan laporannya. "Alat medis akan datang sebelum Bapak pulang nanti malam." Leo berdiri kaku menunggu perintah Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | Better Run
Fanfiction"Ayo Yerim jalan lebih cepat!" Kalimat itulah yang terus Yerim ucapkan selagi kakinya terus menerobos keramaian jalan dengan cepat. "Bukankah menyenangkan, melihat dia berlari seperti itu?" *gambar pada cover cr. pinterest