Tujuh belas

1.7K 270 27
                                    

"Nyonya." Karina berdiri dengan kaku di sebelah ranjang yang di tempati Yerim. Sudah beberapa kali dirinya memanggil tuan rumah yang terlihat masih nyenyak dalam tidurnya itu.

"Nyonya." Kali ini Karina memberanikan diri menepuk dengan lembut lengan kanan Yerim.

"Nyonya." Karina mengulanginya lagi, dan kali ini mendapat respon gumaman lirih dari Yerim.

"Sudah waktunya saparan pagi Nyonya, Tuan berpesan bahwa Nyonya harus sarapan sebelum jam 7." Jelas Karina, tangannya masih beberapa kali menepuk lengan Yerim, sesekali mengguncangnya pelan.

"Hhmm aku bangun." Mengubah posisi tidurnya menjadi lurus, Yerim mengerjap-ngerjapkan matanya. Membiasakannya dari sengatan cahaya terang yang memenuhi ruang kamar karena gorden dibiarkan terbuka.

"Silahkan mandi, saya juga sudah menyiapkan perlengkapan mandi dan baju Nyonya." Karina belum juga beranjak dari posisi berdirinya, menunggu Yerim yang masih berbaring malas.

"Nyonya..."

"Ya, aku akan mandi sekarang." Dengan malas Yerim bangkit dan berjalan dengan langkah gontai kearah bathroom. Setelah memastikan Yerim masuk kedalamnya, Karina dengan cekatan membereskan ranjang yang sedikit berantakan.

Tangannya tanpa sengaja menyentuh sesuatu di sela ranjang dan hearboardnya. Berusaha menggapainya, Karina berhasil mengeluarkan benda yang ternyata ponsel. Meletakkannya dinakas, Karina menyerngit bingung karena menemukan dua ponsel dengan warna serta model yang sama.

"Karina." Karina menoleh kaget, bertemu pandang dengan mata Yerim yang melihatnya terbelalak.

"Bisa tolong aku." Yerim memandangi sekitarnya kikuk. "Aku perlu bantuan menggosok punggungku." Lanjut Yerim. "Dan tolong tumpuk ponsel itu menjadi satu. Tolong." Lirih Yerim, matanya memancarkan permohonan yang amat kentara.

"Ya Nyonya, silahkan." Karina menyatukan kedua ponsel seolah menjadi satu. Lalu dirinya menghampiri Yerim yang masih berdiri kaku di depan pintu, memepersilahkannya masuk lebih dulu kedalam bathroom.

"Terima kasih." Yerim akhirnya bersuara, setelah beberapa menit terlewati hanya sunyi. "Aku tak akan meminta bantuanmu lagi, tapi tolong sekali ini saja. Jangan beritahu pria itu." Karina menghentikan sejenak kegiatan menggosoknya di punggung Yerim.

Tanpa menjawab, Karina kembali melanjutkan gosokannya di punggung Yerim. Membuat perempuan itu khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dokter itu, apa niat dia sebenarnya? Apa maksud Dokter Sungkyung? Lamun Yerim, yang hanya terduduk diam di dalam bathtup. Kenapa nama-nama yang ia sebutkan masih berputar di kepalaku? Apa memang Dokter Sungkyung dan Pelayan wanita itu bisa membantuku? Pikirnya.

"Nyonya, sudah selesai." Yerim mendongak kaget, lalu mengarahkan pandangannya pada tangan dan kaki yang sudah bersih dari busa. Niatnya hanya untuk mengalihkan perhatian Karina, tapi malah dirinya berhasil di mandikan Karina. Wajahnya sontak memerah malu.

"Maaf aku tak sopan, terima kasih Karina." Yerim menerima uluran jubah mandi yang disodorkan Karina. "Aku bisa sendiri, terima kasih." Tahan Yerim pada Karina saat dirinya beranjak ke ruang sebelah dan pelayannya itu terlihat ingin mengikuti.

"Baik Nyonya, saya akan menunggu di depan."

Yerim memakai baju pilihannya dengan cepat, menyisir pula rambutnya dibantu pengering rambut agar kepalanya tak merasakan pening. Butuh 20 menit sampai dirinya siap, membuka pintu walk in closet, matanya langsung bertemu dengan Karina yang berdiri didepan pintu. Terperanjat kaget, Yerim berusaha menetralkan degub jantungnya yang berdetak diatas normal.

end | Better RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang