Sembilan belas

1.7K 273 28
                                    

Yerim terbaring di ranjang dengan alat medis yang masih menempeli tubuh mungilnya. Ruangan bernuansa cokelat dengan luas yang lebar dan terlihat luxury mengitari ranjang Yerim. Jungkook duduk bersandar dengan tenang di sisi kiri ranjang Yerim. Sudah lewat 2 jam sejak Yerim terbaring di ranjang besar itu, Jungkook masih terlihat enggan beranjak dari sana, terus memperhatikan irama nafas Yerim yang lemah. Yerim sempat tersadar saat dirinya dipindahkan dari brangkar keatas ranjang, tetapi istri Jeon Jungkook itu kembali memejamkan matanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Jungkook meletakkan tangannya di kening Yerim yang menyerngit dalam. Salah satu kegiatannya sejak 2 jam lalu, mengelus kening sang istri saat kernyitan dalam tercipta disana. Lalu kembali mengangkat tangannya saat kernyitan itu hilang.

Dering ponsel mengalihkan Jungkook, mengambilnya cepat untuk menghindari ganggun pada Yerim. Jungkook mengangkat panggilannya.

"Jeon, bagaimana keadaan Yerim?" Suara Seulgi menyapanya. Sepertinya kabar kekacauan disini berhasil sampai pada telinga Seulgi yang entah berada dimana saat ini.

"Baik."

"Jeon, jangan menghukum Sooyoung." Jungkook menegakkan posisi sandarannya saat suara Seulgi kembali terdengar.

"Kau tau dia orang baik. Ya aku paham dia membantu Yerim untuk kabur, tapi itu karena dia merasa kau terlalu kejam Jeon. Kau jelas tau orang-orang disekitar Yerim sangat baik, mereka yang selalu membantu dan menjaga Yerim. Aku saksinya. Jangan melukai mereka, terlebih Sooyoung. Sejak tadi Namjoon terus menekuk wajah jeleknya."

"Kau tak melihat wajah Namjoon."

"Aku melihat wajahnya! Well, sebelum menelponmu Jimin menghubungkan panggilan video dengan Namjoon." Balas Seulgi santai. "Yang jelas, mereka adalah orang-orang yang akan melangkah maju saat Yerim disakiti Jeon. Sudah ya, Jimin brengsek itu ribut sekali sejak tadi!" Jungkook hanya bergumam singkat menjawab Seulgi.

Bunyi ketukan pintu membangunkan Jungkook dari posisi nyamannya. Berjalan kearah pintu, Jungkook disajikan pemandangan Sungkyung yang berdiri di depannya dengan Leo dan Virgo mengikuti. Sebenarnya di depan pintu sudah lebih dulu berjajar setengah lusin penjaga. Berbalik, Sungkyung mengikuti Jungkook masuk ke dalam ruangan. Keduanya berjalan mendekati ranjang, Sungkyung kearah sofa single yang ada di samping kanan ranjang Yerim sedangkan Jungkook kembali duduk di tempatnya.

"Aku sudah mendengar detailnya dari Suga." Ujar Sungkyung. "Kau masih ingin memberikan terapi padanya?" Jungkook hanya mengangguk singkat.

"Aku bisa mulai setelah dia sadar, seharusnya dia sadar beberapa menit lagi." Jelas Sungkyung sambil memeriksa jam tangannya.

"Apa dia sudah mengucapkan sesuatu tentang masa lalunya?" Tanya Sungkyung, tangannya membuka folder yang dibawanya. Mengeluarkan pulpen dari saku snellnya, Sungkyung terlihat menulis diatas kertas berfolder miliknya.

"Dia hanya membuka mata sebentar lalu tidur lagi." Sungkyung mengangguk-angguk mengerti.

"Dokter Min sudah memberi tahuku juga tentang dosis yang dianjurkan, apa kau ingin aku mengikutinya?" Jungkook memandang datar Sungkyung, membuat yang dipandanginya menelan ludah gugup. "A-aku harus mengecek dulu kondisinya, j-jadi aku bisa memastikan berapa banyak dosis yang akan aku gunakan." Ujar Sungkyung gugup.

end | Better RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang