Sembilan

2.1K 327 57
                                    

Jungkook yang sedang terduduk di kursi kerjanya mendongak saat mendengar ketukan pada pintu. Posisi meja kerja yang berada di sisi kanan ranjang memudahkan Jungkook menggapai pintu kamarnya itu. Virgo mengambutnya saat pintu dibuka oleh Jungkook.

Menunduk hormat, "Nyonya Seulgi sudah sampai Pak." Virgo menyampaikan pesannya. Jungkook menoleh sebentar pada Yerim yang belum juga membuka matanya. Sudah lewat 2 jam sejak obat tidur disuntikan, tetapi Yerim belum juga terbangun. Jungkook jelas tau obat tidur apa yang digunakan dan seberapa banyak dosis yang dimasukkan. Harusnya Yerim sudah bangun 2 jam setelah obat itu dimasukkan melalui injeksi infusnya tadi.

Kakinya dilangkahkan keluar pintu, "Perintahkan Seulgi ke ruangan samping." Jungkook membelokkan kakinya kearah kanan, menuju ruang kerjanya yang berada dilantai 2. Berjarak 1 ruangan dari kamar utamanya.

Melewati 2 penjaga yang membungkuk hormat, Jungkook masuk dan berjalan cepat untuk sampai pada kursi kerjanya. Tangan kanannya menggeser kursor yang tertata rapi disamping keyboard. Layar terkunci terpampang saat telunjuk Jungkook menekan tombol kanan pada mouse. Camera yang berada diatas layarnya berkedip sebelum tampilan PC terbuka. Jungkook membuka satu-satunya aplikasi yang terlihat di layar depan. Mengetik beberapa kode, 6 buah kotak yang terbagi dilayar PC menampilkan keadaan didalam kamarnya.

Ketukan 2 kali pada pintu menyambut seorang wanita yang berjalan memasuki ruangan dengan kaku.

"Jangan kaku begitu Agent." Jungkook tertawa sinis saat melihat Seulgi berjalan mendekat.

"Kau mau mati!" Suara pria menyela keduanya saat Jungkook berniat menjabat tangan Seulgi.

"Jangan sentuh istriku!" Lanjutnya mendekati Jungkook dan wanita yang kini bersedekap malas.

"Kau yang mati lebih dulu!" Ketus si perempuan, sedangkan si pria balas mendengus malas karena yang disebutkan perempuan itu jelas benar.

"Hormat dulu dengan yang lebih tua." Pria itu kini menghadap kearah Jungkook, menodong sebal pada Jungkook yang hanya memandangnya malas.

"Diam Park Jimin!" Bengis Seulgi.

"Siap Nyonya Park Seulgi."

"Kenapa tiba-tiba membawa Yerim, Kook?" Si perempuan-yang menjadi tetangga serta 'teman' bus Yerim bertanya. Kakinya mengarah pada sofa yang memang tersedia di dalam ruangan Jungkook.

"Yerim lolos dari pengawasanku tiga kali. Toleransiku hanya pada kemarin dia yang berani datang ke club. Jadi untuk pelanggaran lainnya, tidak lagi." Jungkook ikut duduk di sofa, memilih sofa single karena di sebelah perempuan itu sudah duduk pria yang ternyata bernama Park Jimin itu.

"Apanya yang membangkang kalau dia saja tak kenal kau Jeon!" Celetuk Jimin yang dihadiahi delikan tajam Park Seulgi/Kang Seulgi-wanita yang digadang-gadang sebagai istrinya itu.

"Dia istriku, Jimin." Desis Jungkook tak suka. Sudah 2 orang hari ini yang membuatnya kesal, pagi tadi Namjoon dan siang ini Jimin.

"Hanya di dokumen. Bahkan kau tak pernah mengajaknya mengucap sumpah di gereja." Balas Jimin santai.

"Abaikan saja dia Kook. Tapi apa Yerim baik-baik aja? Ku dengar dari Seungwan dia menggores lehernya." Jungkook hanya memberikan anggukan singkat.

"Kook kurasa jangan pertemukan Seungwan dengan Yerim dulu." Kalimat Seulgi menarik perhatian Jungkook. "Seungwan bilang Yerim terus meminta tolong. Dan kau tau kalau Seungwan tak mengetahui perihal ini." Jimin yang memahami pembicaraan yang dilakukan istrinya dengan Jungkook ikut mendengarkan.

"Suga hyung tak bilang apa-apa." Jawab Jungkook.

"Seungwan pasti belum mengatakannya pada Suga oppa. Tapi lebih baik jangan pertemukan mereka berdua sebelum kau berhasil meyakini Yerim."

end | Better RunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang