9. Sebuah Petunjuk

2K 513 175
                                    

안녕하세요 여러분!
Assalamualaikum!

Cerita ini fiksi, tolong untuk tidak membawanya ke dunia nyata.

Mohon bijak dalam membaca:)

Happy Reading ....

****

Heeseung tampak duduk selonjoran di atas kasur kamar hotelnya sambil sesekali menoleh ke jendela, di luar sedang hujan lebat hingga membuat acara pergi ke puncak untuk melihat sunrise tidak dapat dilaksanakan hari ini.

Padahal melihat sunrise di puncak adalah salah satu hal yang Heeseung tulis di buku perencanaan liburannya.

Teringat sesuatu, Heeseung kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku hoodie yang ia kenakan. Ah ... masih ada ternyata, Heeseung pikir sudah hilang.

Secarik kertas.

Heeseung ingat, kemarin saat ia jalan-jalan sendirian mengelilingi kota, seorang nenek memberikannya secarik kertas kosong sebagai ucapan terimakasih karena Heeseung telah menolongnya membawakan belanjaan hingga tiba di rumah.

Tidak ada yang aneh sebenarnya, hanya saja ada tiga kalimat nenek tersebut yang membuat Heeseung kepikiran hingga sekarang.

"Simpan kertasnya baik-baik. Selamatin semua wisatawan yang satu kapal dengan mu kalau bisa. Saya tau kalian semua anak baik, kalian berhak hidup dan selamat."

Maksudnya apa ya? Heeseung juga tidak mengerti.

Heeseung menatap kertas kosong yang telah berisi itu lagi. Ah ... kertasnya memang kosong saat nenek itu memberinya pada Heeseung, tapi saat Heeseung membukanya kembali saat tiba di hotel kemarin, kertas putih tersebut tiba-tiba mempunyai tulisan.

Ah bukan tulisan seperti biasanya, tapi susunan angka dan ah Heeseung juga tidak paham.

639!+7! 5à3-67!

"Gue bodoh matematika, gimana dong?" gumamnya meskipun dia tahu jika susunan angka-angka tersebut bukanlah termasuk ke dalam matematika. Rumus apa yang harus digunakan coba?

"Bang Seung?!"

"Buset ngagetin aja!" Heeseung terperanjat saat tiba-tiba anak laki-laki berbadan berisi itu masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. Pintu kamar Heeseung memang tidak berkunci dan sedikit terbuka.

"Padahal Ta-Ki manggilnya pelan, idih." Ta-Ki mencibir, ia mulai naik ke kasur Heeseung, ikut duduk berselonjor di samping pemuda bermata bulat tersebut.

Heeseung dan Ta-Ki memang sudah kenal sejak awal tiba di hotel, alasannya ya karena kamar mereka berhadapan, jadinya sering bertemu.

"Y- e- o-, Yeo?"

Heeseung melirik Ta-Ki yang sepertinya sedang membaca tulisan di kertas yang ia pegang, ia mengernyit. "Lo ngerti?"

Ta-Ki mengangguk membuat Heeseung terkagum. Bagaimana bocah lima belas tahun kelas satu SMA bisa membaca tulisan absurd ini sedangkan dia yang mahasiswa saja tidak bisa?

Weliweli Island ft I-Land [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang