TIGA PULUH DELAPAN

33.7K 2.4K 96
                                    

Happy Reading❤
....................................

Eza berjalan menuju dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eza berjalan menuju dapur. Disana, ia melihat Ayah dan Omanya sedang fokus memasak. Eza pun segera menghampiri Ayahnya.

"Ayah" panggil Eza. Farhan pun menoleh kearah putranya.

"Ada apa nak?" tanyanya. Ia tersenyum kearah Eza.

"Eza cuma mau bilang, kalau Bunda pengen dibuatin jus apel sama sup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eza cuma mau bilang, kalau Bunda pengen dibuatin jus apel sama sup."

"Oke, sebentar yaa." Eza pun mengangguk.

"Bunda kamu udah bangun dari tadi Kak?"

"Sepertinya tidak Yah." Farhan pun mengangguk. Ia mengambil buah apel untuk membuat jus.

"Bunda ada dimana Kak?" tanya Farhan.

"Lagi duduk diruang keluarga Yah. Nemenin Ella dan Erik nonton tv."

Farhan pun mengangguk mengerti. Ia pun segera membuatkan jus apel untuk istrinya. Ia sudah hapal betul dengan istrinya. Pasti Anna selalu menambahkan sedikit garam ketika membuat jus. Katanya rasanya agar sedikit gurih. Farhan pun pernah mencobanya, rasanya lumayan enak. Sejak tadi, Dina hanya mendengarkan ucapan Ayah dan anak itu. Sedangkan Eza duduk dikursi dekat dengan Omanya.

"Dasar pemalas." gumam Dina. Eza menatap tajam kearah Omanya.

"Bunda tidak pemalas Oma! Bunda itu wanita yang spesial, ia pantas untuk diperlakukan bagaikan ratu." ucap Eza dengan sinis. Dina pun terkesikap dengan ucapan Eza. Padahal ia mengucapkannya dengan sangat pelan. Tapi kenapa cucunya mendengarnya? Sepertinya pendengaran Eza memang sangat tajam.

Farhan tidak mendengar ucapan Mamanya karna ia berada sedikit jauh dari Dina dan Eza. Lagi pula ia sedang memblender, jadi ucapan Dina tidak dapat ia dengar. Dina terdiam mendengar ucapan sinis dari cucu sulungnya itu. Tatapan Eza begitu terlihat menyeramkan, walaupun masih kecil ia memiliki aura kepemimpinan yang begitu kuat. Eza itu anak yang sangat tegas, pengertian dengan orang tuanya. Sepertinya Dina salah berbicara.

"Jangan sampai Eza denger Oma jelek-jelekin Bunda! atau Eza gak akan pernah mau dekat dengan Oma lagi." ucap Eza dengan serius. Dina bisa melihat raut wajah Eza yang begitu serius dan menatapnya tak suka. Sungguh, hatinya sakit melihat cucunya menatap dirinya seperti itu. Dina hanya terdiam mendengar ucapan Eza tanpa bisa membalas ucapannya.

Gypsophila (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang