LIMA BELAS

52.9K 3.2K 91
                                    

Happy Reading❤
...................................

"JANGAN PERNAH MENGHINA BUNDA KAMI!" Teriak Eza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"JANGAN PERNAH MENGHINA BUNDA KAMI!" Teriak Eza. Dadanya naik turun karna sudah emosi, tatapannya menajam. Nada bicaranya terdengar sangat dingin. Sontak saja mereka semua terdiam.

Eza terlihat sedikit menyeramkan untuk ukuran anak kecil jika marah. Belum pernah ada yang melihat Eza semarah itu. Bahkan mereka selalu abaikan cemoohan yang dilontarkan orang-orang kepada mereka.

"Jangan asal berbicara jika tak tau apa-apa tentang kami!" ucap Erik begitu dingin. Eza dan Erik sudah tak memikirkan sopan atau tidaknya. Mereka tak ingin Bundanya selalu dihina orang lain. Eza dan Erik menggenggam tangan Ella yang sedikit bergetar karna ketakutan. Mereka sama takutnya, namun hinaan yang dilontarkan orang-orang itu membuat ketakutannya menghilang.

"Huh dasar anak haram! Ibunya sudah salah masih saja dibela!" cibir wanita paruh baya itu lagi. Ia menekankan kata 'anak haram'.

Tak lama kemudian muncullah dua orang dari belakang triple E dengan raut wajah datarnya. Mereka adalah Anna dan Farhan. Para warga yang disana terkejut melihat Farhan.

Mereka kenal dengan Farhan, pembisnis terkenal yang sering muncul ditelevisi maupun majalan bisnis.

Anna dan Farhan merangkul pundak ketiga anaknya.
"Siapa yang kalian sebut dengan anak haram?" tanya Farhan dengan nada menusuk dan juga dingin.

"Siapa lagi kalau bukan ketiga anak itu." ucap salah satu wanita paruh baya yang terkenal dengan biang gosip itu. Dengan PDnya ia mengatakan seperti itu, dan di angguki oleh kedua temannya.

"Tapi kanapa anda ada disini Pak Farhan?" tanya teman salah satu wanita paruh baya itu.

"Apa Anna sedang menyewa anda Pak?" tanya wanita satunya dengan raut wajah merendahkan. "Huh dasar wanita murahan!" cibirnya lagi.

Mereka bertiga tak menyadari perubahan raut wajah Farhan yang semakin terlihat menyeramkan.

"Maaf Bu Anna, Pak Farhan telah mengganggu waktu istirahat kalian. Saya selaku RT disini mendapatkan laporan dari warga setempat, karna bapak menginap dirumah Bu Anna. Karna warga disini belum pernah melihat pria asing yang datang kerumah Bu Anna. Bahkan kami tidak mengetahui suami dari Bu Anna." ucap Pak RT itu dengan tak enak hati.

"Bahkan kita saja tak tau kalau Anna punya suami atau tidak. Bahkan statusnya saja tak jelas!" ucap wanita paruh baya itu lagi.

"BENAR ITU BU!" ucap mereka. Wajah Farhan semakin merah padam karna marah. Sebelah tangannya mengepal dengan kuat.

"Jangan pernah kalian menyebut anak-anakku seperti itu!" ucap Anna dengan nada dinginnya. Ibu mana yang tak sakit hati anaknya selalu dihina.

"Kalian boleh menghinaku semau kalian! Tapi ingat jangan pernah menghina anak-anakku! Apa aku menyusahkan mu ibu-ibu tua?!" ucap Anna sambil menunjuk ketiga wanita paruh baya yang sedari tadi menghina dirinya dan anak-anaknya.
Anna tak peduli sopan santun lagi, amarah sedang menguasai dirinya. Sedangkan warga yang lain hanya diam.

"Heh desar wanita ja*ang tak tau sopan santun! Jaga ucapanmu itu!" ucap salah satu wanita itu dengan wajah merah karna marah.

"STOP!!" teriak Farhan dengan lantang. Membuat warga disana semakin diam dan pucat. Triple E pun terkejut melihat Ayah mereka yang begitu marah. Triple E merapatkan tubuhnya pada Bunda mereka.

"JANGAN PERNAH MULUT MURAHAN KALIAN MENGATAKAN HAL HINA LAGI PADA ISTRI DAN ANAK-ANAKKU!!! APA SELAMA INI KALIAN SELALU MENGHINA KELUARGA KU?" wajah mereka semakin pucat pasi. Tentu saja mereka terkejut mendengar Farhan mengucapkan 'istri dan anak-anaknya'.

"Haha anda jangan bercanda Pak Farhan." ucap salah satu wanita itu lagi.

"KALIAN PERHATIKAN WAJAH SAYA DENGAN ANAK-ANAK SAYA TERUTAMA ERIK!" mereka pun melihat wajah Farhan dan triple E dengan teliti. Mereka baru sadar, banyak kemiripan diantara mereka terutama Farhan dan Erik.

"Itu masih belum cukup bukti Pak Farhan." bantah wanita paruh baya itu lagi dan diangguki kedua temannya. Pak RT disana cuma diam, ia malu melihat kelakuan warganya.
Farhan mengepalkan tangannya, ingin sekali ia menyumpal mulut tiga wanita tua itu. Ingin sekali ia menghubungi para bodyguard atau orang kepercayaannya untuk membereskan hal ini. Namun ia urungkan, kali ini ia yang akan turun tangan.

"Sayang, ambilkan buku nikah kita. Ambil punya aku didalam tas." bisik Farhan pada Anna. Anna pun menurutinya.

Tak lama kemudian Anna kembali dengan membawa buku dan surat pernikahan mereka. Farhan menunjukkan buku itu kepada warga.

"Kalian bisa lihat ini jika tak percaya! Saya dan Anna sudah menikah!" ucap Farhan dengan nada dinginnya dan tak lupa raut wajah datarnya.

Mereka pun akhirnya percaya, ketiga wanita paruh baya itu pun malu. Wajah mereka terlihat sangat merah.
Ella meminta kepada sang Ayah untuk menggendongnya.

"Makannya jangan suka nuduh orang! Dasar nenek lampir!" cibir Erik. Ia merasa aman karna ada Ayah dan Bundanya.

"Kurang-kurangi lah bergosip! Jangan merugikan orang lain lagi!" ucap Eza dengan sinis.

"Heyy kalian trio nenek lampir, ingatlah kalian sudah tua! Lebih baik banyak beribadah, jangan suka bergosip, gak tau dosa apa? Kalau gak tau Ella kasih tau yaa, sering lah datang kemasjid untuk mengaji, dengarkan ucapan Pak Ustad." cibir Ella. Ella mengalungkan tangannya dileher Ayahnya.

Farhan dan Anna tentu sedikit terkejut dengan ucapan ketiga anaknya. Namun mereka membiarkan saja, menurut mereka ketiga wanita itu pantas mendapat cibiran dari anak-anaknya. Para warga yang mendengarkan ucapan triple E dibuat gemas dan mereka menahan tawanya. Wajah ketiga wanita paruh baya itu pun semakin merah padam.

"Kalau begitu saya sebagai RT disini meminta maaf atas kejadian ini Pak, Bu. Saya akan memberikan peringatan lagi pada warga disini." Farhan dan Anna hanya mengangguk.

"Jika kalian berani menghina istri dan anak-anak saya lagi. Kalian akan menerima akibatnya! Saya tak akan main-main dengan ucapan saya!" para warga menelan salivanya dengan susah payah. Mereka tau siapa Farhan. Mereka menyesal telah percaya dengan ketiga wanita paruh baya itu.

"Saya pastikan saya akan membawa pergi keluarga saya dari sini. Saya tak akan membiarkan keluarga saya tinggal dilingkungan ini lagi! Dan buat kalian bertiga, tunggu saja akibat dari perbuatan kalian!" lanjut Farhan. Ia menunjuk ketiga wanita si pembuat onar itu. Mereka bergetar ketakutan. Ketiga suami mereka bekerja di kantor cabang milik Farhan yang ada di Bali. Mereka sudah berpikir negatif tentang apa yang akan terjadi nanti pada suami mereka.

"Kalau begitu kami masuk dulu, anak-anak kami sudah mengantuk." pamit Anna. Mereka pun bubar dan keluarga kecil Farhan masuk kedalam rumah untuk melanjutkan istirahat mereka yang terganggu. Ketiga wanita itu pun disoraki oleh warga lainnya. Mereka sudah salah mencari perkara dengan Anna dan anak-anaknya. Mau menyesal pun tak akan mengembalikan keadaan. Mereka hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi kedepannya.

TBC

Gypsophila (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang