TIGA PULUH ENAM

37.5K 2.5K 170
                                    

Happy Reading❤
..................................
Double Up!🔥

Dina semakin mendekat kearah Anna. Anna pun mencengkram erat baju yang digunakan Farhan. Farhan mempererat pelukannya pada Anna. Ia takut terjadi sesuatu pada istri dan calon anaknya.

Rasa sakit di hati Anna masih ada. Ia masih ingat betul saat ia pergi dari rumah itu. Setelah sebulan ia pergi, ternyata ia dinyatakan hamil. Semakin hari perutnya semakin membesar. Dan hal itu lah membuat para warga di sekitarnya mencaci dan menghina dirinya.

Sudah banyak kata-kata pedas yang selalu ia terima dalam hidupnya. Hingga menorehkan luka begitu dalam di hatinya. Ia juga sering menangis setiap malam memikirkan nasib anak-anaknya. Namun dengan keberadaan anak-anaknya ia harus kuat menjalani hidup. Ia punya alasan untuk bertahan hidup.

Anna bahkan pernah ingin mengakhiri dirinya namun semua itu gagal. Karna ia mengingat anak yang ia kandung. Anak yang selama ini ia tunggu kehadirannya bersama suaminya. Ia yang memutuskan pergi ke Bali dan sangat beruntung bisa bertemu Bu Ida, Pak Suryo, dan Nina. Merekalah yang menerima Anna dengan tulus. Merekalah yang selalu ada di samping Anna.

"Anna." gumam Dina dengan lirih. Matanya sudah memerah dan berkaca-kaca. Ia mendekat dan memeluk Anna. Triple E sedikit memberi ruang pada Oma dan Bundanya. Dina menangis dalam pelukan Anna. Anna hanya diam mencengkram tangan Farhan. Farhan mengusap tangan Anna. Mereka sudah mengurai pelukannya saat Dina mendekat kearah mereka.

"Hikss... Maafin Mama nak. Maafkan semua kesalahan Mama. Mama menyesali semuanya... Hiks..." Dina menangis tersedu-sedu. Anna hanya diam saja, tak menjawab ucapan Dina. Triple E manatap bingung kejadian di depannya. Bagaimana pun mereka masih anak di bawah umur. Belum begitu mengerti keadaan.

"Bunda gak maafin Oma?" tanya Ella dengan polosnya. Anna pun langsung melirik kearah Ella. Anna pun berdeham sejenak.

"Iya Anna maafin Mama." ucap Anna dengan raut wajah datarnya. Farhan memberi kode pada Papanya untuk membawa triple E pergi dari sini. Ikhsan pun mangangguk paham dan membawa triple E keluar dengan berbagai bujukan tentunya.

"Tapi..... Anna akan maafin Mama, setelah Mama tau rasa sakit di hati Anna." bisik Anna pada Dina. Dan hanya Dina yang mendengar bisikan itu. Dina jadi semakin merasa gelisah dengan ucapan Anna. Dina menghrai pelukannya, dan ia menatap Anna. Anna yang sekarang ia lihat tampak lebih menyeramkan.

Farhan juga merasakan ada yang berbeda dengan Anna setelah pertemuan Anna dengan Mamanya. Mungkin itu hanya perasaannya saja.

"Mas, bisa tinggalkan kami?" ucap Anna dengan lembut.

"Tapi, kamu..." Farhan takut meninggalkan Anna.

"Aku akan baik-baik aja. Kamu percaya kan sama aku?" Farhan pun mengangguk.

"Kamu bisa pergi dulu Mas. Aku ingin berbicara sama Mama." ucap Anna dengan memohon. Dengan ragu Farhan pun mengizinkannya.

"Mas keluar dulu, kalau ada hal penting kamu bisa langsung telpon aku." Anna pun mengangguk dan tersenyum. Farhan mencium kening istrinya sebelum pergi dari ruangan itu.

Setelah Farhan pergi dari ruangan Anna. Suasana pun menjadi hening, tak ada yang membuka suara. Anna berusaha untuk menguasai dirinya agar tetap tenang.

Anna pun menatap Dina dengan lekat, dengan raut wajah datarnya. Hal itu malah membuat Dina sedikit gugup. Anna yang ia kenal bukan seperti orang yang ada didepannya ini.

"Anna... Mama minta maaf. Mama banyak salah sama kamu. Mungkin kata maaf gak bisa mengobati luka di hati kamu. Tapi kali ini Mama benar-benar tulus meminta maaf sama kamu." ucap Dina dengan lirih. Tatapan bersalah itu dapat Anna lihat di mata Dina. Ada ketulusan disana. Dina menggenggam erat tangan Anna yang terbebas dari infus.

"Mama tau? Luka itu sudah menganga dengan lebar. Anna juga sudah berusaha melupakan semuanya. Tapi Anna tidak bisa melupakan semuanya dengan mudah." Dina terdiam dengan raut wajah begitu merasa bersalah. Ia menatap Anna dengan amat sangat menyesal.

"Anna akan maafin Mama." Dina menatap Anna dengan binar bahagia.

"Sungguh?" Anna pun mengangguk.

"Tapi, setelah Mama merasakan apa yang Anna rasakan."

"Kamu ingin balas dendam dengan Mama?" tanya Dina dengan menatap Anna tak percaya. Anna tersenyum manis pada Dina.

"Tentu saja tidak Mama. Tanpa Anna balas dendam pun, Mama akan mendapatkan semua balasan dari semua perbuatan Mama." ucap Anna dengan tenangnya.

"Bagaimana jika triple E mengetahui semuanya. Mereka akan memusuhi Mama. Mama tau? Mulut mereka sangat pedas dan lebih pedas dari Mama." lanjutnya.

"Jangan pernah kamu memberitau mereka Anna!" ucap Dina dengan sedikit mulai emosi. Belakangan ini Dina sangat mudah tersulut emosi.

"Kenapa Mama marah? Anna hanya mengatakannya saja. Apa Mama takut dengan apa yang Anna ucapkan barusan? Apa Mama sudah membayangkannya jika cucu-cucu Mama membenci Omanya sendiri?"

"Atau anak Mama yang akan semakin tidak menyukai Mama? Dan Mas Farhan akan selalu bersikap dingin pada Mama." ucap Anna dengan santainya. Dina bersiap untuk menampar Anna. Namun Anna dapat mencegahnya.

"Mama tidak mengenal dirimu yang sekarang Anna!"

"Anna juga tidak mengenal diri Mama saat lima tahun yang lalu. Saat Mama yang Anna kenal baik berubah dengan begitu kejamnya." Anna pun menghempas tangan Dina dengan kasar.

"Mama datang kesini hanya ingin meminta maaf denganmu." Anna terkekeh mendengar ucapan Dina. Dina menatap Anna aneh.

"Apa kamu benar-benar gila?" tanya Dina yang mulai sedikit takut.

"Apakah begitu cara meminta maaf pada seseorang Mama? Saya rasa triple E lebih tau bagaimana cara meminta maaf. Mama tidak perlu meminta maaf jika Mama belum bisa menerima Anna kembali."

"Kamu memang tidak tau diri Anna! Kamu memang pantas menderita!"

"Saya sudah cukup menderita selama ini Ma! Harus sampai kapan lagi saya menderita Ma? Mama tau? Selama ini saya harus bertahan hidup untuk memenuhi semua kebutuhan triple E. Mama gak akan tau rasanya sedang mengandung tanpa ada sosok suami disampingnya. Setiap hari selalu menerima hinaan dan cacian!" Air mata Anna menetes begitu saja. Dina diam dan tertegun dengan ucapan Anna. Hatinya juga ikut tersayat melihat keadaan Anna.

"Bodoh kamu Dina! Kenapa kamu bisa lepas kendali." batin Dina. Ia merutuki mulutnya dan dirinya.

"Harus berapa lama lagi Anna menderita Ma?!" tanya Anna dengan linangan air mata. Dina terdiam saat Anna mencengkram tangannya.

Dina pun memeluk tubuh Anna, bagaimana pun Dina itu orang yang baik. Hanya saja karna pergaulan dari orang yang ada disekitarnya membuatnya seperti itu. Anna menangis dalam pelukan Dina. Ia sudah lelah dengan semuanya.

"Anna sudah lelah dengan semuanya Ma." gumam Anna dengan lirih. Dina pun menggelengkan kepalanya.

"Maafkan Mama, Anna. Mama benar-benar minta maaf. Jangan katakan seperti itu. Maafkan Mama tidak bisa menjaga emosi Mama." Anna diam mendengarkan ucapan Mamanya. Ia merasa begitu lelah.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengarkan ucapan mereka dibalik pintu itu. Pintu itu tidak tertutup dengan rapat. Hingga orang itu mendengar ucapan Anna dan Dina.

TBC

Gypsophila (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang