DUA PULUH DELAPAN

43.2K 2.8K 136
                                    

Happy Reading❤
..................................

Farhan meminta izin kepada Anna untuk kedepan memanggil Ikhsan, Bu Ida, Pak Suryo dan yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farhan meminta izin kepada Anna untuk kedepan memanggil Ikhsan, Bu Ida, Pak Suryo dan yang lainnya. Anna pun memberi izin, karna ia merasa sangat kesepian jika harus berdua dengan Farhan di ruangan luas itu.

Tak lama kemudian, mereka pun masuk mengikuti Farhan. Bu Ida langsung mendekat kearah Anna dan memeluknya.

"Hikkss... Kenapa bisa terjadi sih! Hikkss... Udah berapa kali Ibu bilang, jangan ceroboh. Untung saja anakmu baik-baik saja." omel Bu Ida disela tangisnya. Ia mempererat pelukannya pada Anna. Anna pun juga memeluk Bu Ida.

"Maaf Bu, Anna kurang hati-hati. Anna janji akan lebih berhati-hati lagi." mereka pun melepaskan pelukannya.

"Dasar anak nakal, seneng banget kamu buat Ibu khawatir gini." Bu Ida mencubit gemas pipi Anna. Sesekali ia menyeka air matanya.

"Maaf Bu, Anna kan udah minta maaf." sahut Anna. Ia mengusap air mata Bu Ida yang turun membasahi pipi yang sudah mulai keriput itu.

"Ibu jangan nangis lagi dong." ucap Anna.

"Salah kamu, siapa suruh buat Ibu nangis gini. Seneng banget kamu buat gempar." canda Bu Ida. Anna hanya menanggapi seadanya karna badannya masih lemah.

"Bu, Anna baru bangun kok malah di omelin. Kasian anak Bapak itu."

"Bela terus saja anakmu itu. Dia memang harus diomeli Pak. Anak ini memang senang sekali buat kita serangan jantung." ucap Bu Ida dengan menggebu. Anna tau ibunya itu hanya bercanda. Bu Ida khawatir pada dirinya. Anna beruntung punya orang tua angkat seperti mereka. Bu Ida dan Pak Suryo pun memeluk Anna bersama-sama.

"Banyak istirahat ya Nduk, jangan kecapean. Ingat ada cucu kami didalam perutmu." ucap Pak Suryo sambil mengusap kepala Anna dengan pelan. Anna pun mengangguk mendengar ucapan Pak Suryo.

Farhan, Reno, Lina, Ikhsan, dan Nina duduk diam disofa sambil memperhatikan Anna yang sedang mengobrol dengan Pak Suryo dan Bu Ida.

"Reno." Farhan menatap Reno dengan serius. Ada sebuah amarah didalam mata Farhan. Tangannya bahkan mengepal sampai kuku jarinya memutih. Lina dan Nina bergidik ngeri melihat wajah Farhan yang terlihat sangat seram ketika marah.

"I...iya Pak." Reno juga sedikit takut melihat wajah Farhan.

"Lina."

"I... Iy..ya Pak." ucap Lina dengan sangat gugup. Kakinya saja sudah bergetar karna takut.

"Kalian berdua cari tau siapa yang beraninya mencelakai istri dan calon anak saya. Kumpulkan semua buktinya, saya pastikan dia menyesal telah berani menyentuh milik saya." ucap Farhan begitu dingin dan menusuk.

"Baik Pak."sahut Reno.

"Ba...baik Pak." sahut Lina dengan sedikit gagap. Ikhsan pastinya juga akan menghukum orang yang berani mencelakai calon cucunya dan menantunya itu.

Gypsophila (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang