TIGA PULUH LIMA

36.5K 2.5K 74
                                    

Happy Reading❤
..................................
Hallo apa kabar semuanya? Semoga kalian baik-baik aja.
Maaf baru sempet Update karna aku udah mulai masuk kuliah. Mohon maklum ya kalau aku lama update. Terimakasih udah selalu menunggu cerita-cerita aku.❤

Farhan melihat Anna yang mulai merasa tenang di dalam pelukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farhan melihat Anna yang mulai merasa tenang di dalam pelukannya. Ia juga melihat ketiga anak-anaknya yang begitu menyayangi Bunda mereka. Ia juga bisa melihat anak-anaknya sangat peduli, kasih sayang mereka begitu kuat untuk Bundanya.

Farhan merasa sedikit lega akan hal itu. Mereka lah yang selalu membuat Anna tersenyum. Ia begitu menyayangi keluarga kecilnya itu. Dina menatap mereka dengan pandangan sulit diartikan. Rasa bersalah itu hinggap di hatinya. Rasa penyesalan pun sudah tak ada gunanya.

Perlahan Dina mendekati ranjang pasien Anna. Anna menatap Ibu mertuanya dengan raut wajah datarnya. Kilasan masalalu tiba-tiba muncul dibenaknya.

#Flashback On

5 tahun yang lalu...

Semenjak lima tahun terakhir ini, Ibu mertuanya selalu berkata ketus padanya. Ia selalu disalahkan karna belum juga memberikan keturunan pada keluarga Adinata.

Padahal Anna dan Farhan sudah berkali-kali berkonsultasi pada dokter kandungan. Mereka bedua sama-sama sehat dan bisa memiliki keturunan. Namun, semua itu kehendak Tuhan. Mereka belum dipercaya untuk memiliki momongan.

Terkadang, Ibu mertuanya mengajaknya pergi ke dokter hanya berdua saja. Seperti hari ini, hanya ada Dina dan Anna dirumah itu. Semua pekerja sedang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Anna sedang duduk diruang keluarga sambil melihat beberapa buku tentang ibu dan anak.

"Ngapain kamu?" tanya Dina dengan nada sinisnya. Anna pun tersentak dan menutup buku itu. Ia pun berdiri dari duduknya mentap Ibu mertuanya dengan sedikit takut-takut.

"Duduk Ma." ucap Anna dengan lembut.

"Tidak perlu." jawabnya dengan sinis. Anna hanya mengangguk lemah. Ia mulai terbiasa dengan sikap Ibu mertuanya yang mulai bersikap sinis padanya. Padahal dulu Ibu mertuanya sangat baik padanya, namun belakangan ini Dina selalu bersikap sinis dan menatap tak suka padanya. Hanya karna ia belum memberikan cucu pada keluarga Adinata.

"Saya heran kenapa Farhan tidak menceraikan kamu saja dan mencari wanita lain saja. Bahkan sampai sekarang kamu belum bisa memberikan saya cucu." Anna hanya menunduk dan menahan tangisnya. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan itu. Ia dan Farhan juga sama-sama ingin mempunyai momongan. Tapi mereka memang belum diberi oleh Tuhan.

"Kamu itu jangan bermalas-malasan seperti itu! Kamu itu harus berusaha lagi! Saya ingin segera mempunyai cucu. Saya malu selalu di tanya oleh teman-teman arisan saya. Mereka kadang juga membawa cucu mereka."

"Iya Ma." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Anna.

"Jangan iya-iya aja kamu! Ayo, kamu ikut saya pergi kedokter!" Anna hanya diam dan mengangguk patuh. Dan kali ini ia kembali lagi untuk bertemu dokter dan memberinya beberapa pil untuk menyuburkan rahim. Sebenarnya rahimnya baik-baik saja. Hanya saja Tuhan belum memberikan kesempatan pada mereka untuk menjadi orang tua.

Gypsophila (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang