RUMAH SAKIT 2

43 20 0
                                    

Happy Reading


Knop pintu ruang rawat Sasa terbuka, di sana sudah ada Papa, Mama serta adik laki-laki nya.

"Kak, kok sampean iso diculik sih? Apa menariknya dari kamu?" ucap adik Sasa

Syafikri Antonio Galaksi adalah adik laki-laki dari Saturnus Almathea. Fikri hanya selisih usia 3 tahun dengan sang kakak, Sasa kelas 11 sedangkan Fikri kelas 8. Mengapa ia tak pernah kelihatan? Jawabannya, Fikri tinggal di Jawa, tepatnya disemarang.

Pletek

"Heh ngomong apa kamu? Ngene-ngene mbak mu iki ayu," ucap Sasa menjitak kepala adiknya

Sasa dan Fikri masih mempunyai darah Jawa dari sang kakek, pasalnya dulu Papa Sasa dan Fikri orang Jepara jadi mereka bisa sedikit bahasa Jawa.

"Aduh loro a mbak, loro ngono setilah," ucap Fikri

"Heh apa kamu, mentang-mentang baru balik ngatain orang sembarangan. Ngajak ribut?" geram Sasa

"Sasa, Fikri udah. Ini rumah sakit kalian malah ribut, gak enak sama kamar sebelah," lerai Tari

"Fikri yang mulai, Ma."

"NyeNye."

Keributan yang dilalukan keduanya telah usai, Surya tak heran dengan kedua anak nya ini. Pasalnya sering sekali mereka berdua bertengkar karena hal kecil.
Tak lupa di sana juga ada Triton dan juga Orion yang menatap bertengkaran kecil itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Oiya, Nak. Siapa yang menyelamatkan anak saya," tanya Surya

"Eh iya Om, itu teman kami yang menyelamatkan," jawab Triton

"Dimana orangnya?" tanya nya lagi

"Dirawat di ICU, Om," ujar Orion

"Kok bisa? Apa dia baik-baik saja?"

"Dia kritis, Om. Karena kehilangan banyak darah," ucap Orion

"Innalillahi, bisa saya bertemu dia?" ucap Surya

"Apa separah itu?" batin Sasa tak percaya

"Yah, aku ikut ya," ucap Sasa

"Kamu butuh Istirahat, Sa," ucap Surya

"Loyo ngono setilah, tengok-tengok ndak iso a," ucap Fikri

"Ngopo sih, cah cilik menang ae," sinis Sasa

"Emang kamu bisa jalan?" tanya Mentari

"Bisa kok, Ma."

"Hm yaudah ayo."

Sasa dengan kedua orang tuanya dan adiknya beserta Orion dan Triton menuju ruangan Piter. Sasa tak menggunakan kursi roda, sebab ia kekeh ingin jalan saja. Menurutnya memakai kursi roda terlalu berlebihan. Ia tidaklah sakit parah.

🍁🍁🍁

Setelah lumayan lama menunggu di depan ruang ICU, dokter pun keluar dari ruangan itu. Kedua orang tua Piter sudah sampai sejak 20 menit yang lalu.

"Bisa bicara dengan orang tua pasien?" tanya dokter itu.

"Saya ayahnya,dok. Dokter gimana keadaaan anak saya?" tanya Bagas-- ayah Piter.

"Lukanya sudah kami tangani. Tapi pasien kekurangan darah dan sekarang membutuhkan donor darah AB negatif. Apa dari kalian ada yang memiliki golongan darah sama dengan pasien?"

"Saya, dok. Ambil saja punya saya," perintah Bagas.

"Tapi, yah. Ayah kan ngga bisa. Tekanan darah ayah kan tinggi, ingat pesan dokter waktu itu," cegah Syifa--ibunda Piter yang sedari tadi menyimak pembicaraan suaminya dengan dokter dengan penuh kekhawatiran.

"Dokter apa stok darah disini tidak ada?" tambah Syifa.

"Untuk saat ini sedang kosong, bu."

"Ambil darah saya saja, dokter. Golongan darah saya B negatif. Bisa di transfusi ke AB negatif kan dok?" ujar Sasa uang tiba-tiba datang.

"Bisa. Tapi kondisi anda ..."

"Saya ngga papa dok. Ayok dokter jangan buang-buang waktu"

"Nak, ..."

"Ngga papa tan. Anggap aja ini tanda terimakasih saya kepada anak tante, Piter, yang sudah menyelamatkan saya," potong Sasa saat akan diprotes oleh Syifa.

Setelahnya, Sasa dan dokter menuju ruangan transfusi darah.

"Bagas?"

"Surya?"

Ucapan berbeda dari orang yang berbeda pula dalam waktu bersamaan.

"Sedang apa kau di sini? Siapa yang sakit?" Tanya Surya

"Anak ku sedang dirawat disini, Sur," ujar Bagas

"Jangan bilang anak mu lah yang menyelamatkan anakku?" Titah Surya

"Iya om, Piter lah yang menyelamatkan Sasa," potong Mars

"Maaf-in Sasa ya om, tan. Karena Sasa Piter jadi seperti ini," ucap sendu Sasa

"Ini bukan salah kamu sayang, ini musibah. Lihat keadaan kamu, kamu juga terluka kan?" ujar Syifa menenangkan Sasa

Kemudian Sasa memeluk tubuh Syifa dan terisak, lagi-lagi Syifa menengangkan nya dengan sayang.

"Sudah ya, sekarang doa-in aja semoga Piter melewati masa kritisnya." ucap Bagas

Sasa POV

"Bagaimana dok, apa bisa dimulai sekarang?" tanyaku

"Bisa, yasudah mari ikut saya ke ruangan," ucap Dokter

Aku tersenyum ke arah mereka, kemudian aku mengikuti Dokter itu menuju sebuah ruangan, ruangan bernuansa putih bersih disertai dengan berbagai alat medis.

"Silahkan duduk nak," ucap Dokter

"Terima kasih, Dok."

"Saya cek tekanan darah dulu ya," ucap Dokter

"Baik, Dok."

"Tekanan darah anda belum benar-benar stabil, apakah anda benar-benar serius mendonorkan darah anda?" ucap Dokter

"Saya serius dok, semua ini demi teman saya," yakin ku

"Baik lah kalau begitu."

30 menit kemudian, syukurlah transfusi nya berjalan lancar, semoga darah yang ku berikan bisa membantu memulihkan keadaan Piter.

🍁🍁

Keluarga Piter dan keluargaku masih setia berada di depan ruang ICU, kekhawatiran nampak jelas diwajah Om Bagas dan Tante Syifa. Mungkin ini salahku, seharusnya bukan dia yang mengalami ini semua tapi aku. Harus nya aku yang mengalaminya, maafkan aku, ini semua salahku.

"Ini bukan salahmu, mbak," ucap Fikri

"Kau seperti cenayang saja yang tau apa yang dipikirkan orang," balasku

"Benar kan kamu sedang memikirkan itu?"

"Sok tau kamu," elakku

"Sudah lah jujur saja pada adik mu ini, kau memikirkan dia kan? Tenang saja dia pasti cepat sadar. Doakan saja," ucap Fikri

"Terima kasih sudah menyelamatkan ku dan terima kasih untuk pengorbananmu."

Saturnus Almathea

JUPITER UNTUK SATURNUS (Haitus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang