Pancaran sinar cantik dari bulan sudah tergantikan dengan panasnya sinar matahari pagi yang katanya mengandung akan kekayaan vitamin D.
Jam menunjukkan pukul 06.23, dan Ashya sudah terbangun dari tidur nyenyak nya. Dengan nyawa yang sudah terkumpul, Ashya berdiri dan menyambar pakaian gantinya untuk mandi. Setelah selesai, barulah Ashya turun dari kamarnya yang ada di lantai dua, untuk membantu memasak dan sarapan bersama dengan keluarga.
Namun, saat Ashya sudah sampai di area dapur, ternyata seluruh anggota keluarganya sudah berkumpul di meja makan dengan sajian sarapan yang sudah tertata rapi di sana.
"Selamat pagi Ayah, Bunda, Abang," ucap Ashya menyapa dengan tak enak, karena tak ikut membantu memasak. Setelah itu Ashya duduk di kursi yang tepat ada di sebelah sang abang.
"Pagi juga," jawab mereka serentak.
"Hari ini jadi kan?" tanya Ashya sesudah mengambilkan makan untuk Renand dan dirinya.
Mata Renand melotot. "Mampus lu Rend!" gerutu nya dalam hati. Dan bahkan sepertinya Renand lupa kalau ada titisan 'cenayang' disini.
Ashya menoleh ke arah Renand. "Abang gak bisa ikut ya?" tanya Ashya menyembunyikan rasa kecewanya.
Adi dan Fara yang tengah fokus makan 'sepiring berdua' lantas menoleh ke arah Ashya yang tengah menatap Renand.
"Kenapa, Shya?" tanya Adi menghentikan sarapan paginya.
"Abang tadi bilang di dalam hati, dia dengus dengus mampus gitu yah," jawab Ashya yang seperti mengadu.
Dengan kikuk, Renand menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Renand angkat bicara dengan raut wajah bersalah, "Eee.. Renand gak ikut ya Yah, Bun, Shya. Maaf, Renand ada acara dadakan banget soalnya."
"Acara apa?" tanya Ashya menaruh curiga.
"Eee.. Renand ijin, m-mau jalan sama temen," ucap Renand dengan ragu.
"Maafin Renand Yah, Bun karena udah bohong, maafin Abang juga, Shya."
Ashya yang mendengar cicitan abangnya itu tersenyum simpul pura-pura tidak mendengar. Abangnya ini lupa akan kelebihan sang adik atau memang disengaja? Dengan yakin, Ashya bertekad untuk menanyakan kenapa Renand membatin, dan menanyakan kenapa ia berujar bahwa berbohong di dalam hati.
"Ehh!!" teriak Renand seakan tersadar akan sesuatu. "Kamu denger, Shya?" tanyanya.
"Gak usah diambil hati apa kata-kata abang barusan," bisik Renand..
Ashya masih tetap dengan pendiriannya. Pura-pura tak tahu dan akan menanyakannya nanti. "Iya. Abang gak bisa ikut kan karena mau jalan sama temen, kan? Gak apa-apa, Ashya maklumi kok. Nikmati aja masa muda abang." Ashya tersenyum simpul.
Renand mengerutkan dahi. "Bukan itu. Kamu denger abang ngebatin gak?" tanya Renand dan dibalas gelengan polos dari Ashya.
"Emang kamu ngebatin apa, Rend?" tanya Adi yang sedari tadi memperhatikan interaksi kedua anaknya.
"Enggak, Yah. Ya udah, Renand berangkat dulu Yah, Bun, Shya. Assalamu'alaikum." Setelah Renand mencium tangan kedua orang tuanya dengan khidmat, ia mencium pipi keduanya, dan kening Ashya. Dan setelah itu ia meninggalkan pekarangan rumah dengan mobil miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESHYA [End]
Teen Fiction[END. Proses Revisi] [fOLLOW dulu sebelum membaca🙏🏻] GENRE: KOMEDI-ROMAN Balveriel al-Adhyatsa, tampan, dingin, tinggi, ja- lebih singkatnya dia seorang most wanted di sekolahannya. Arashya Alviera, gadis 17 tahun berperawakan manis, pintar, da...