Kadikoy, musim dingin 2020
Tak terasa, tiga bulan aku menjalani hari-hariku di pondok sederhana ini. Betah? Tentu saja tidak! Ini bukan gaya hidupku, jauh dari kebiasaan hari-hariku. Akan tetapi, entah mengapa semakin hari semakin kutemukan kedamaian. Hatiku tenang, kepalaku sejuk. Apalagi bila mendengar lantunan merdu suara para Hafiz. Mata dan pikiranku seakan mulai terbuka memaknai hidup ini.
Aku baru sedikit mengerti tujuan dari perjalanan hidup di dunia ini. Andai aku mengenang kisah perjalanan sebelumnya, ternyata aku keliru. Aku tersesat! Banyak hal baik dan indah yang terlewatkan begitu saja. Hanya noda dan dosa yang tertinggal. Apakah aku bertaubat? Entah. Belum berpikir ke arah itu, juga tak berani mengikrarkannya. Keraguan akan diri membuat aku masih belum yakin. Aku hanya menjalani hari-hari untuk sekadar meraih dan menebar kebaikan. Itu saja. Karena aku sejatinya belum memahami sepenuhnya ajaran yang kuterima.
Demi dia? Aku bahkan mulai meragukannya pula. Bukankah aku melakukan semua ini karena gadis itu? Ya, betul. Tetapi ada hal lain disamping itu. Aku mulai mencintai apa yang kulakukan ini dengan ikhlas. Aku sudah tak lagi memikirkan karena dia. Tetapi benar-benar tertarik. Aku mulai ingin mengenal dekat dengan-Nya! Bukan karena dia semata. Tetapi kini karena Dia.
Hari demi hari aku semakin merasakan kerinduan yang tak kupahami entah kepada siapa, tetapi jika sudah bersujud, kerinduan itu seolah terbayar.
Benar apa kata Naz sebelum aku pergi saat itu. Ia berpesan bahwa kepergianku itu janganlah katakan demi dia. Tetapi Demi Allah! Demi meraih ridha-Nya. Hanya saja saat itu aku belum berpikiran seperti itu, karena yang kulakukan adalah murni suatu keterpaksaan.
"Besok kita kedatangan tamu. Ia Hafiz lulusan Mesir yang sekarang sedang meraih gelar Doktor di Ilahiyat Faculty, Marmara University Istanbul. Ia mengunjungi karena berencana membawa beberapa santri dari Indonesia untuk memperdalam ilmu Tahfiz di sini."
Syekh Sayyid Ali mengumumkan berita itu di mimbar setelah salat Jumat. Menurut beliau, tamu itu muridnya sewaktu di Mesir.
Aku tak begitu tertarik dengan pengumuman itu sebetulnya. Tetapi saat disebutkan dia akan membawa santri Indonesia, pikiranku mulai tergerak. Penasaran saja siapa orangnya yang begitu hebat memperjuangkan pendidikan putra bangsanya.
***
Tiga bulan meninggalkan perusahaan periklananku, ada sedikit kekhawatiran juga. Aku tak pernah menanyakan sesuatu yang terjadi di agency kepada Ferhat maupun Naz. Kupercayakan sepenuhnya kepada mereka berdua yang dibantu Burack dan Leyla. Namun kali ini, aku harus mencari tahu agar hilang kekhawatiran ini. Tak bisa kubayangkan jika tawaran proyek-proyek dari klien terlewatkan begitu saja tanpa berhasil direbut. Mau dapat keuntungan dari mana kalau tidak dari proyek-proyek itu. Perusahaan di ambang kebangkrutan disebabkan kekurangan order. Apalai saat ini seluruh dunia sedang diserang pandemi virus Corona yang berasal dari Wuhan China. Tak bisa dihindari, dengan pembatasan sosial yang diberlakukan pemerintah, otomatis akan berdapak terhadap ekonomi. Bagaimana bisa menggaji ratusan karyawan?
Selama ini aku cukup puas jika mendapat banyak proyek. Dengan begitu, bukan hanya memikirkan keuntungan perusahaan saja, tetapi banyak pegawai yang menggantungkan harapan. Mereka yang berjuang demi menghidupi keluarganya.
[Iyi akşamlar, Aşkim. Bagaimana kabar agency?]
Kulayangkan pesan melalui WhatsApp kepada Naz. Beberapa menit kemudian kuterima balasan darinya.
[Malam, Emir. Aku bingung harus bagaimana mengatakannya. Beberapa kali aku mengadakan presentasi, selalu gagal. Padahal klien sudah cocok dengan ide-ideku. Terakhir kita kehilangan proyek lagi karena pembatalan dari klien yang mendadak. Aku nggak mengerti, Emir. Ditambah lagi isu pandemi mempersulit hubungan langsung dengan para klien. Pemerintah Istanbul bahkan Turki sudah mengeluarkan perintah untuk tinggal di rumah, semua aktivitas dilakukan dari rumah. Gimana bisa kita melakukan presentasi?]
KAMU SEDANG MEMBACA
Merhaba, Aşkim! [Completed]
Romance"Menghapus tatto di tubuhku memang sakit, tapi tak seberapa pedih bila dibanding saat tak diterima oleh keluargamu. Apapun akan kulakukan meski harus menghafal 30 juz Alquran, demi mendapatkanmu." "I AM A TURKISH MAN, BROTHER! Seorang lelaki Turki...