DUA

7.3K 838 105
                                    

*Flo Pov*

Aku sengaja tidak membalas pesan Kak Sakha. Biarin ia yang bakal bosan sendiri dengan drama seperti ini.

Tapi ternyata niatku memang selemah itu, ketika tiba-tiba pesan dari Kak Sakha masuk ke ponselku.

"Jenuh habis try out. Nanti sore nonton yuk."

Aku sukses melongo.

Ini pertama kalinya ada cowok yang ajak aku nonton.

Ah, kalau saja aku tidak mengetahui akal bulusnya. Mungkin saat ini aku sudah jingkrak sampai ke langit ketujuh.

Tapi tidak ada salahnya mengerjai Kak Sakha. Apalagi ia sepertinya anak orang kaya.

Diam-diam aku mengetik balasan.

"Hmm.. Boleh.. Tapi gimana caranya? Kita kan backstreet. Kalau nanti ada yang lihat? Kakak pasti malu sendiri kalau ke-gap lagi jalan sama aku."

"Nggak bakal ketahuan. Otak gue lagi benar-benar butuh refreshing, Love."

Mendadak aku jadi jijik dengan panggilannya. Ia pasti sengaja pengen bikin aku baper.

"Aku lagi pesan tiketnya online. Jadi mau nonton genre apa?"

Beneran nih Kak Sakha mau ajak nonton? Jangan Ge-eR wooy... Kamu cuma jadi bahan pertaruhan aja Flo.

"Action aja Kak."

Padahal aku senang nonton genre romance comedy. Biarlah aku akan pura-pura jadi orang lain supaya Kak Sakha tidak mengenali sifat asliku. Ia akan mengingatku sebagai sosok yang menyebalkan.

Aku juga punya strategi baru. Tadi siang pas keluar dari kamar mandi, aku berpapasan dengan Kak Edwin. Sohibnya Kak Sakha.

Dari situ kami bertukar nomer telepon dan aku bertanya hobi serta kesukaan Kak Sakha.

"Sakha beruntung banget kamu dah bucin duluan sama dia, Flo."

Kak Edwin seperti ingin mengacak gemas puncak kepalaku.

Dasar cowok nggak tahu diri. Tapi aku pura-pura tersenyum dan malah mengucapkan terima kasih.

"Jangan bilang sama Sakha, aku chat kamu ya Flo. Ia orangnya posesif. Yang ada gue nanti dipecat jadi teman."

Aku tertawa dalam hati. Mana ada. Lama-lama aku geli dengan kepiawaian Kak Sakha dan teman-temannya. Mereka semua deretan Cogan di sekolah, tapi pada nggak ada akhlak.

"Flo, kita jadi kan belajar bareng di perpus?"

Tiba-tiba dari arah belakang bahuku, Fathir datang dan membuat wajah Kak Edwin berubah masam.

"Jadi dong. Aku sudah bawa bekal cemilan roti dari rumah. Yuk..."

Kami berdua berjalan berdekatan dan pergi meninggalkan Kak Edwin.

Aku dan Fathir kemudian tertawa terkikik, membayangkan Kak Ed akan mengabari Kak Sakha.

"Kamu pintar akting juga Flo. Nggak nyangka. Kayaknya kamu bakat buat jadi anak teater."

Fathir memuji.

"Lebay. Buruan ajarin aku pelajaran Fisika kemarin. Aku beneran nggak ngerti Pak Rudi nerangin apaan."

"Siap..."

Berdua kami berjalan masuk ke perpustakaan sampai jam istirahat berakhir.

Beberapa pasang mata memperhatikan kami. Mungkin tepatnya aku sih. Karena aku jarang masuk perpus, kalau nggak kepepet bikin tugas.

FLOWER OF LOVE (Tamat di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang