DUA BELAS

5.3K 705 113
                                    

Ulang tahun Ayah memang telah berlalu. Tapi rupanya mahasiswa Ayah yang baru saja wisuda tahun ini, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Mereka menyempatkan datang bersilaturahim. Terutama di momen ulang tahun Ayah.

Hari ini, hari Sabtu. Ibu khusus memasak hidangan istimewa dan menyiapkan bingkisan untuk murid-murid Ayah.

Selain berpraktek di rumah sakit dua kali dalam seminggu. Ayah masih membagi waktu untuk menjadi dosen tamu di Fakultas Kedokteran dan juga Fakultas Psikologi.

Ada dokter Bintang dan dan dokter Edo yang baru wisuda dokter dua pekan lalu. Ada Arsel dan Aria yang sudah lebih dulu lulus sarjana psikologi dua tahun lalu dan kini keduanya mendirikan lembaga konsultan bersama.

Aria berdehem ketika Tiara keluar dari dapur dan menyuguhkan makanan serta minuman. Bintang yang dari dulu menaruh hati pada Tia, menatap gadis itu hampir tidak berkedip.

Tahun ini Tia lulus SMA dan dokter Imran bercerita bahwa Tia ingin kuliah di fakultas kedokteran.

Tiara bergabung untuk mengobrol dan mendapat banyak motivasi dari Bintang yang lulus dengan predikat Cum laude.

Arsel tiba-tiba menerima telepon dari Mamanya. Ah dia lupa nanti malam Mama memintanya menemani kontrol untuk fisioterapi karena nyeri tulang belakang. Mama sudah janji dengan dokter Maryam di klinik daerah Kemang.

"Iya Ma, Insya Allah Arsel antar."

"Habis Ashar sudah sampai rumah ya Nak." terdengar suara lembut Ibunya di seberang.

"Siap Ma." Arsel menutup telepon dengan mengucapkan salam.

Tiba-tiba terdengar suara dua kucing bertengkar dan makhluk berbulu itu melompat ke arah kap mobil miliknya, sampai alarm mobilnya berbunyi. Cepat Arsel berlari ke dekat gerbang rumah dokter Imran untuk mematikan alarm sekaligus menggusah kucing itu.

Ck.. Ck... Rupanya bukan sedang bertengkar. Tapi kedua kucing itu sepertinya hendak kawin. Kucing saja punya waktu kawin, terus dia kapan. Arsel baru mau mengusir kucing itu, tapi dua makhluk itu sudah kabur.

Di saat itulah, Arsel melihat bayangan seorang gadis yang berdiri di depan gerbang rumah Ayah Imran dan sedang berbincang dengan seorang laki-laki muda.

Tiba-tiba saja ia tertarik mendengarnya dan bersembunyi di balik pohon mangga yang dekat dengan mobilnya.

Gadis itu... Apakah putri dokter Imran yang satu lagi?

Siapa ya namanya, Arsel lupa. Setiap ia dan teman-temannya main kesini, gadis ini sepertinya tidak pernah keluar kamar. Kata Ayahnya, putrinya yang satu lagi pemalu. Tapi yang sekarang Arsel lihat, gadis itu sudah tidak terlihat pemalu lagi, seperti dulu.

"Kak Sakha ngapain nunggu disini? Pulang Kak."

"Aku sudah jauh-jauh kesini, hari libur juga. Terus kamu minta aku pergi?"

"Terus Kakak maunya apa? Kakak harusnya fokus belajar buat ujian. Biar Kakak bisa lulus dan masuk kampus impian Kakak. Bukannya malah kayak begini. Lagian aku udah ilfil sama Kakak. Kakak orangnya nafsuan."

Nafsuan?

Demi apa, Arsel ingin tertawa mendengar ucapan gadis itu. Gejolak hormon testosteron, dopamin dan adrenalin laki-laki sedang tinggi-tingginya, di masa remaja. Butuh latihan kontrol diri mengendalikan hasrat biologis pada masa itu.

Pilar utamanya adalah kembali ke spiritualitas. Seharusnya persoalan ini sudah terlewati di usia 8 sampai 15 tahun. Sedangkan anak lelaki ini sepertinya masih SMA.

Kemungkinan ada ketidakhadiran sosok Ayah yang seharusnya menanamkan nilai-nilai agama dan lebih banyak menjadi pendengar untuk anak-anaknya.

"Aku sudah minta maaf berulang kali. Aku nggak akan ulangi lagi cium kamu sembarangan. Kamu mau sabar kan, nunggu aku lulus terus aku kuliah. Aku juga nanti akan nunggu kamu lulus SMA. Setelah itu aku akan lamar kamu jadi istri aku. Aku lega pas tahu kalau Mama kamu bukan mantan pacar Papa aku. Berarti kita halal buat nikah."

FLOWER OF LOVE (Tamat di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang