DUA PULUH

5.1K 664 144
                                    

Sudah tiga hari Maura tidak pulang ke rumah. Hal itu membuat Maya dan Yoga khawatir. Gawai milik putrinya juga tidak bisa dihubungi.

Mereka menghubungi Lyra dan Laras yang merupakan teman akrab Maura. Hasilnya nihil. Maya mulai panik dan akhirnya Yoga menghubungi polisi.

Belum selesai masalah di perusahaannya yang berujung pailit. Ia harus menghadapi ujian dari putrinya yang tiba-tiba menghilang.

Polisi masih terus melacak keberadaan Maura. Yoga bahkan sudah mengutus seseorang untuk membawa lelaki bernama Mark ke Indonesia.

Tapi rupanya Mark begitu licin bagai belut. Lelaki itu malah sedang merancang pernikahannya dengan foto model majalah dewasa sekaligus anak bankir di Amerika.

Di saat Yoga sedang duduk di ruang tamu menanti kabar baik dari pihak kepolisian, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara jeritan dari kamar atas.

Itu suara Maya.

Ya Tuhan...

Apalagi ini...

Yoga secepat mungkin berlari menaiki tangga ke lantai dua.

Bukan pintu kamarnya yang terbuka. Tapi kamar Maura.

"Ada apa Ma?"

Maya terduduk sambil menangis. Sekujur tubuhnya lemas dan bersandar di tembok.

"Maura, Pa. Maura anak kita."

Maya membuka seluruh tas milik putrinya. Berharap dia bisa menemukan jejak petunjuk tentang keberadaan Maura.

Tapi yang dia temukan adalah sebuah buku harian dan selembar print hasil USG kandungan.

Isi buku itu lebih banyak tentang kekecewaan terhadap Maya, Yoga dan juga Mark yang ternyata telah menghamili putri mereka.

"Astaghfirulloh..."

Yoga juga ikut terduduk dan memeluk istrinya.

Haruskah kebahagiaannya terenggut seperti ini. Haruskah Tuhan menghukum kesalahannya seberat ini.

Sebuah ketukan di pintu mengaburkan amarahnya, rasa sedih dan kecewa karena tidak bisa menjadi Ayah yang baik untuk Maura.

"Maaf Pak, bibik menganggu. Bapak ada tamu yang datang. Masih menunggu di luar. Bibik belum berani membukakan pintu."

Bik Nani masih berdiri di depan kamar Maura.

"Siapa Bik?"

Yoga masih menenangkan Maya yang menangis di pelukannya.

"Pakai seragam polisi Pak. Katanya barusan menghubungi Bapak, tapi tidak diangkat."

Ah... Ponsel milik Yoga, ia tadi meninggalkannya di meja ruang tamu.

"Mama yang tenang ya. Papa temui tamu dulu."

Maya menggeleng lemah.

"Mama mau ikut Pa. Mama harus tahu kabar baik tentang Maura."

Perasaan Yoga berubah tidak enak. Ada apa ini.

Akhirnya dia mengalah. Dibantu oleh Bik Nani, ia memapah istrinya menuruni tangga dan bertemu tamu mereka.

Pukul 11 siang.

Hari itu tepat hari ketiga Maura hilang dan Yoga sudah mengambil cuti sejak kemarin. Ia memasrahkan urusan perusahaan pada Melvin dan Rio, yang ia tunjuk sebagai wakil sementara.

Maya masih duduk di sebelah Bu Nani.

Yoga keluar lebih dulu menemui polisi bernama Briptu Iqbal yang membawa surat tugas.

FLOWER OF LOVE (Tamat di KBM dan Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang