Pintu poliklinik berwarna putih bersih dengan dinding bermotif wallpaper dua garis linear berwarna peach, membuat jantung Flo berdetak kencang.
Sejak tadi siang pulang sekolah dia sudah diajak Mama perawatan di klinik kecantikan "Serenade". Dokter Ines tampak terkejut ketika Mama memperkenalkan Flo sebagai putrinya.
Pasti Flo dianggap anak tiri atau anak angkat. Flo hanya mewarisi iris coklat dan bulu mata lentik milik Mama Ana.
Lalu Dokter Ines memeriksa pori-pori kulit wajah Flo dari balik kaca pembesar.
"Aduh, ini banyak banget komedonya. Kulitnya sebenarnya jenis yang normal sih. Nggak berminyak."
"Mbak Ine, Flo bisa mulai peeling sama masker vitamin C? Biar wajahnya lebih cerah."
Mama meminta dokter Ines melakukan perawatan wajah Flo. Lalu Flo dibawa ke ruangan yang banyak tempat tidurnya.
Semua karyawati disana menyambut ramah dan lengkap memakai masker serta gaun.
Lalu dimulailah ritual itu. Ketika wajahnya mulai dibersihkan dengan krim, lalu diperlihatkan kapas yang menempel. Dia jadi ngeri sendiri. Ternyata kapasnya berubah hitam.
Itu sepertinya tumpukan keringat dan debu selama bertahun-tahun menimbun di pori-pori wajahnya. Akankah setelah ini dia berubah jadi cantik.
Jreeeng...
Aww...
"Maaf ini akan sedikit perih. Kita mulai ya."
Aduh... Flo meringis. Ada cairan khusus yang dioles di wajahnya. Sementara kedua matanya ditutup oleh kassa atau kapas. Entahlah.
Setelah dibiarkan perih sesaat, barulah wajah Flo dikompres dengan air dingin. Ada sedikit rasa gatal, tapi kemudian hilang ketika wajahnya menjadi dingin.
Kesakitan berikutnya berlanjut ketika satu persatu komedo di wajah Flo dibersihkan. Berulang kali dia menitikkan air mata. Apalagi ketika area hidungnya dipencet-pencet. Mungkin dia memang yang belum terbiasa. Tapi ini beneran sakit.
Beginikah perjuangan untuk berubah jadi cantik? Belum-belum rasanya dia sudah ingin menyerah. Tapi kalau melihat Kak Tiara yang sebulan sekali ditemani Ibu, melakukan perawatan. Ternyata memang hasilnya sepadan dengan wajah Kak Tia yang selalu glowing.
Setelah merasa lapisan terluar kulitnya yang kotor, seperti dikelupas dan melambai pergi. Mbak Sita yang menjadi beautician siang itu, memberitahu bahwa Flo akan memakai masker vitamin C. Itu cukup lama. Selama 1 jam.
Alunan musik klasik membuat pikiran Flo rileks. Dia mulai memejamkan mata dan mengingat kejadian semalam. Mama mengajak Flo berkeliling di perusahaan yang memiliki gedung delapan lantai. Bisnis Mama di bidang parfum dan kosmetik.
Di lantai 7 Mama menerima tamu sekaligus interview beberapa majalah untuk keperluan promo. Karena kepulangan Mama dari Amerika juga bertujuan membuka beberapa cabang di Indonesia. Pantas saja Mama selalu tampil menawan dan wangi.
Kenyataan bahwa wajahnya tidak mirip Mama, seolah menampar Flo. Mungkinkah suatu hari nanti dia akan bertemu lelaki yang wajahnya mirip dengan dirinya. Dia tidak akan sanggup bertemu Papa kandung yang ia benci.
Mama selalu mengenakan blazer lengan panjang, bukan tanpa alasan. Itu pastilah untuk menutupi bekas luka akibat kekejaman mantan pacar Mama. Flo bergidik ngeri mengetahui bahwa dia terlahir dari lelaki itu yang enggan dipanggilnya Papa.
Sejak mendengar cerita Mama malam itu, Flo sudah bertekad dia tidak mau berpacaran. Dia khawatir bertemu laki-laki sadis seperti... Hiks... Dia bahkan selalu ingin menangis bila mengingatnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWER OF LOVE (Tamat di KBM dan Karyakarsa)
RomansaBercerita tentang seorang gadis yang kerap dicemooh teman dan lingkungan, karena penampilan fisiknya tidak sesuai namanya. Rumah dan keluarga yang penuh cinta, selalu membuatnya yakin bahwa Cinta sejati itu ada dan akan ada lelaki yang kelak bisa m...