11

1K 163 4
                                    

________________________________________

HATI-HATI TYPO BERTEBARAN DI MANA-MANA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA. DAN MOHON MAAF BILA GAYA PENULISAN YANG SAYA GUNAKAN SEDIKIT MEMBINGUNGKAN.
_________________________________________

22.00

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Nana merasa aneh karena sedari tadi ia tidak mendengar pintu kamar Jisung terbuka. Ia pun berinisiatif untuk mengecek keberadaan Jisung di lantai bawah.

Dan benar saja, Nana terkejut ketika melihat Jisung tengah menikmati sebotol Amer di pinggir kolam berenang yang berada tepat di samping ruang keluarga.

"Jisung? Kamu udah pulang?" Tanya Nana yang langsung menghampirinya.

"Eo? Kamu belum tidur?" Ucap Jisung dengan nada yang mulai memberat karena pengaruh Amer yang ia minum.

"Kamu mabuk?" Tanya Nana yang langsung duduk di sampingnya.

"Eo? Enggak, aku ga mabuk hihihi."

"Tadinya aku mau menyimpan beberapa botol Amer itu ke gudang. Tapi kamu malah udah meminumnya." Protes Nana kesal.

"Aku sangat beruntung karena uda meminumnya duluan."

"Apa ada masalah?" Tanya Nana yang mulai khawatir dengan keadaan Jisung.

"Ga ada."

"Emmm baiklah."

"Na." Panggil Jisung lirih.

"Emm?"

"Kamu udah menganggapku teman kan?"

"Emm."

"Kamu bilang, aku boleh cerita apapun sama kamu kan?"

"Emmm, apapun akan aku dengar walaupun mungkin aku ga bisa ngasih solusi ke kamu." Canda Nana.

"Hahaah dasar aneh."

"Hahaha."

"Sebenarnya, inilah sifat asliku. Aku liar, aku pendendam, aku yang menyedihkan, aku yang ga dipedulikan dan aku yang terburuk, ini semua karena kedua orang tuaku. Mereka terlalu sibuk sama semua bisnis yang mereka kelola. Dan aku? Aku cuma bisa nikmati kekayaan mereka tanpa kasih sayang sedikit pun. Aku bersyukur, karena saat itu aku bertemu dengan Chaerin. Sahabatku? Aku berusaha menutupi masalah ini dari mereka.

Aku merasa, Chaerin adalah malaikat yang dikirim tuhan untukku. Aku ga bisa menjelaskan kepribadiannya dengan jelas. Intinya dia wanita terbaik yang pernah aku temui untuk pertama kalinya di hidupku. Entah mengapa, aku merasa kalau sifatku perlahan berubah karena Chaerin yang selalu membuatku bahagia. Dan saat itu, aku dan Chaerin memulai hubungan ke arah yang lebih serius. Tapi Eomma, dia menentang hubungan kami karena Chaerin bukan dari keluarga yang berada. Chaerin kuliah juga karena beasiswa, dan itu membuat Eomma semakin ga setuju sama hubungan kami.

Awalnya Chaerin mau nyerah, tapi dia ga bisa karena aku selalu mengancam akan pergi membawanya tanpa restu dari mereka. Dan pada saat itu Eomma bilang, kalau Chaerin bisa lulus bekerja di kantor Appa, Eomma mungkin bakalan merestui hubungan kami. Dan pada saat itu aku sangat senang, karena Chaerin akhirnya bisa lulus karna hasil kerja kerasnya sendiri. Dia bekerja keras hampir setahun lamanya. Dia menunjukkan, kalau dia memang pantas buat aku.

Tapi Eomma, dia malah mengingkari janjinya. Waktu acara opening kantor barunya, Eomma mengumumkan pertunanganku yang bukan dengan Chaerin. Dan saat itu, aku benar-benar ngerasa hancur. Aku melihat Chaerin berusaha menahan tangisnya. Aku dan Chaerin pun terpaksa ninggalin acara itu karna Uda terlanjur kecewa. Disepanjang jalan, aku hanya terus berdebat sama dia. Dan kecelakaan itu..... hiks.

Waktu sadar, aku melihat orang-orang menatapku dengan wajah yang bahagia. Tapi entah kenapa, aku perlahan bisa membedakan mana senyuman yang tulus, dan mana senyuman yang palsu berkat Chaerin. Dan waktu aku tersadar, kalau Chaeri ternyata uda ga ada lagi di hidupku.

Flashback

"Chaerin dimana?"

"Di-dia....."

"Dia dimana?? Ya!!!!! CHAERIN DIMANA????!!!!!"

"Han-a tenanglah!!!!!"

"CHAERIN-A!!!!!!!"

Flashback off

Mereka mengatakan, kalau Chaerin udah tiada sejak sebulan yang lalu saat aku koma di rumah sakit hiks. Aku marah sama diriku sendiri hiks. Aku sama sekali juganga bisa membenci orang tuaku hiks. Aku merasa bersalah hiks. Dan saat itu juga,  aku mutusin buat menjauh dari orang-orang terdekatku. Aku selalu berusaha mencoba menyusul Chaerin dengan meminum beberapa pil tidur dengan dosis yang besar hiks, tapi percuma hiks aku semakin dihantui rasa bersalah hiks."

Nana yang menyadari Jisung sudah tidak bisa mengontrol perasaannya, seketika langsung memeluknya dengan sangat eratnya.

"Aku pembunuh Na!!!!!"

"Jangan mengatakan itu." Ucap Nana yang semakin mempererat pelukannya.

Nana benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa sekarang. Entah mengapa, ia merasa bersalah setelah mendengar apa yang Jisung katakan.













































"Entah mengapa aku merasa........
Kalau penyebab masalah ini semua... juga karena karena aku..." Batin Nana.

























TBC...

𝐈 𝐒𝐞𝐞 𝐌𝐞 𝐈𝐧 𝐘𝐨𝐮 || 𝐇𝐚𝐧 𝐉𝐢𝐬𝐮𝐧𝐠 𝐗 𝐘𝐨𝐮 [𝐄𝐍𝐃] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang