24. Arcane

62 18 2
                                    

ar·cane
/ärˈkān/

(adj.) understood by few; mysterious or secret.

*****

Mari kembali ke masa putih abu-abu.

Saat segala "terlihat" baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat segala "terlihat" baik-baik saja.

Jauh sekali. Jay tampak enggan untuk beranjak dari tempat duduknya. Tempat sakral yang tidak bisa diganggu oleh siapapun, kendati itu oleh sahabat-sahabatnya sendiri. Sulit sekali mendapatkan bangku di pojok samping jendela tempat ia bisa melihat lapangan dengan leluasa.

Melihat rimbunnya pohon mangga serta pohon beringin yang meneduhkan panasnya lapangan dari teriknya sang surya. Melihat anak-anak yang mendapatkan jatah olahraga mereka sedang berlarian di lapangan. Senyum yang tersemat lebar dengan gelak tawa yang samar-samar terdengar entah kenapa menjadi sebuah hiburan sendiri untuk Jeremy.

Seringkali Jay menghabiskan banyak waktunya di sana. Memilih mengistirahatkan kepala yang memanas kala harus berkutat dengan soal-soal matematika, menumpuknya stok hafalan biologi, rumitnya mencampur larutan-larutan pada soal kimia, ataupun luasnya konsep yang harus kembali ia pelajari di fisika. Membuat ia sesekali bertanya-tanya apakah ia sudah berada di jurusan yang tepat? Kendati itu semua seolah tidak begitu menyangkut dalam otaknya kecuali benar-benar Jay memaksa untuk belajar semalam suntuk seperti tadi malam.

Baru ia bisa benar-benar mengerti.

Tidak diberkahi otak encer layaknya Ryu ataupun relasi yang luas seperti Hobi membuat Jay harus bekerja dua kali lebih keras. Kendati dalam hati ia benar-benar bersyukur lantaran memiliki dua sahabat yang kerap kali ada di sampingnya untuk membantu semua kesulitannya.

Ah, berbicara masalah Ryu dan Hobi, terutama Ryu.

Jay tanpa sadar mematri senyum di bibirnya. Tak bisa mencegah tatkala kedua sudut bibir itu membentuk sebuah lengkungan sempurna sampai tulang pipi si adam merangkak naik. Kembali membentuk sebuah kurva indah lainnya di kedua netra sabit miliknya.

Dua iris cokelat itu serta merta mengikuti langkah Ryu yang tengah berjalan di pinggir lapangan. Berdua bersama dengan Hobi membawa dua tentengan kantung plastik yang Jay duga sebagai belanjaan mereka selepas dari kantin.

Sudah menjadi rutinitas, mereka berdua yang pergi berbelanja dan nanti Jay yang akan membersihkan sampah-sampah yang tersisa. Bukan maksud apa-apa, Jay hanya tidak begitu nyaman dengan keramaian.

Tidak setelah ia pasti akan mendengar kasak-kusuk perbincangan yang membuatnya ingin menutup telinga.

Ryu sudah tak lagi tampak, beberapa menit setelahnya Jay bisa mendengar kedua suara yang saling bersahutan itu memasuki kelas. Menarik dua kursi mengelilingi mejanya dan menaruh kumpulan makanan itu di atas meja.

Reasons  [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang