"Cantik. Cantik sekali."
Jay berujar lembut dengan dua tangannya yang meremat jemari Lamia. Berlutut untuk menyamakan posisinya dengan gadis itu yang tengah duduk. Satu cubitan ringan ia berikan di ujung hidungnya.
"Sudah siap?" tanyanya.
Gadis itu terkekeh, "Seharusnya La yang bilang begitu."
"Iya, aku deg-degan sekali. Makasih, ya sudah temanin aku sejauh ini."
Lamia mengangguk, "Belum boleh bilang makasih kalau belum ngomong sama Mama. Ingat? Kakak sudah janji akan sembuh."
Mengangguk dua kali tanpa menghilangkan senyumnya, Lamia bisa melihat bagaimana kedua mata itu menyipit dengan dua lemak pipi yang menaik dan garis-garis halus di sekitar matanya. Sebuah senyum manis Jay yang akan selalu menjadi kesukaan Lamia hingga detik ini. Membuat gadis itu tanpa sadar menekan-nekan lesung pipi kecil milik Jay yang terlihat di pipinya.
"Setelah ini," ucap Jay. Menatap Lamia lekat-lekat di manik matanya, "tidak perlu berjanji akan memberikan satu juta kebahagiaan. Aku juga nggak mau janji akan memberikan bahkan satu saja kebahagiaan itu."
Mengelus punggung tangan Lamia saat gadis itu masih sabar menunggu, Jay melanjut, "Ayo kita ciptakan kebahagiaan bersama. Tidak saling memberikan, tapi temukan bersama dan ... bahagia bersama."
Lamia tersenyum haru. Hatinya menghangat.
Sedang Jay mengangguk mantap dengan senyum yang mempertegas. Ia pada akhirnya beranjak bangun. Meraih tangan Lamia untuk digiringnya.Memasuki ruangan bernuansa putih dengan satu tubuh manusia yang terbaring lemah dibantu alat pernapasan dengan selang infus tertancap di punggung tangannya.
Lamia tersentuh, Ivan yang ada di sana menangis haru, sedang Jin yang ada di samping Ivan tersenyum lega. Tatkala sebuah pemadangan yang langka dan ditunggu oleh mereka selama ini pada akhirnya menjadi nyata. Tidak luput dengan Ryu dan Hobi yang juga berdiri dengan dua tangan yang saling bertautan. Jay bahkan menahan sudut bibirnya yang berkedut lantaran Ryu yang tengah menahan diri di saat air mata haru yang sudah meluruh.
Jay melangkah pasti. Setelah mengangguk sekali pada Lamia dan perlahan mulai melepas tautan tangan mereka. Tanpa takut dan tanpa ragu, ia menarik kursi. Mengambil tempat duduk di samping wanita yang tengah terbaring lemah itu. Satu tangannya bahkan menggenggam erat tangan ringkih wanita itu dengan sebuah kecupan ia hadiahkan di pundak kepalanya.
Ciuman pada punggung tangan itu berjalan cukup lama. Dengan satu tetes air mata haru yang mulai meluruh di sudut matanya. Mencoba menerima si masa lalu yang mulai kembali merangkak naik dalam benak. Seakan mengingatkan Jay bahwa dia tidak seharusnya berada di sini. Bahwa dia tidak seharusnya menerima kembali tawaran kesekian dari Kak Ivan. Bahwa dia tidak seharusnya memberikan seluruh cinta dan kasih sayangnya pada si wanita yang tengah terbaring lemah di sana.
Namun agaknya Jay sudah berjanji. Pada Lamia, pada Ivan, pada Jin, serta pada Hobi dan Ryu. Bahwa dia haruslah hidup. Dia harus bertahan dan tidak menyerah.
Kata Ivan, barangkali ini adalah balasan atas apa yang ibu mereka lakukan selama ini pada Jay. Sebuah rasa sakit yang juga kembali padanya setelah banyaknya luka yang dia goreskan bahkan sampai membekas hingga detik ini. Namun sekali lagi, Ivan berkata, bahwa biarlah semua ini menjadi takdir Tuhan atas kisah kehidupan si wanita tercinta yang tengah Jay cium punggung tangannya. Karena biar bagaimana pun, dia adalah wanita yang Jay hormati dan kasihi. Seseorang yang melahirkannya. Ibu kandungnya.
Sehingga manakala sebuah suara lirih mempertegas semuanya. Semua orang di ruangan itu tersenyum hangat. Perasaan lega dengan beban di pundak masing-masing yang terangkat. Suara yang menjadi jaminan bahwa Jay sudah benar-benar sembuh.
"Ma, Jeremy datang. Jeremy ada di sini. Mama bangun, ya. Jeremy sayang sama Mama."[]
[TAMAT]
Jangan Buru-buru pergi. Masih ada satu tambahan chapter. Khusus salam hangat dari Jay untuk kalian semua :)
Mari kita bertemu dengan senyum manisnya Jay selepas sedih-sedihan selama ini
Lamia : kak, ayo potoan dulu. Buat jadi bahan pamer.
Jay : Nanti aku dimarahin sama Hobi. Katanya jangan genit-genit sama kamu.
Lamia : Nggak apa-apa. Kak Hobi sama Kak Ryu juga sering nggak tau tempat
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons [END]✔️
Romance❝Cinta Jay. Cinta sekali❞ Selayaknya kisah-kisah cinta klise yang biasa dia baca. Jatuh cinta pada pandang pertama terhadap Jay membuat Lamia sudah macam bocah ingusan yang baru pertama kali jatuh cinta. Terus penasaran dan berusaha mencari tahu sia...