bland·ish·ment
/ˈblandiSHmənt/(n.) a flattering or pleasing statement or action used to persuade someone gently to do something.
*****
Sebelumnya, ada alasan yang membuat seorang Jeremy pada awalnya menerima secara sukarela semua kebaikan dari kedua sahabatnya. Sekalipun dalam hati benar-benar merasa berutang budi sampai-sampai tidak berpikir apa kira-kira hal yang bisa membayar semua kebaikan dua sahabatnya itu, sekalipun mereka enggan sekali jika Jay membahas tentang ini.
"Kadang, kita nggak butuh alasan untuk menolong orang. Kalau kamu ngerasa harus bayar kebaikan kita, maka lakukanlah satu hal. Sembuh."
Sekalipun, tidak lama setelah itu Jay bisa mendengar dengan jelas. Bagaimana keluarga Hobi berbincang satu sama lain saat Jay masih tinggal di rumah mereka. Kala itu, mereka mengira tubuh lemas Jay masihlah terbaring di kasur karena demam yang ia alami. Kendati kerongkongan yang kering membuat Jay terpaksa bangkit untuk sekadar meneguk air mineral.
"Mama kasihan sama dia. Lagipula dia orang yang nggak mampu. Kalau kita bisa bantu, kenapa nggak? Lagipula dia anak baik-baik. Pintar pula. Asalkan kita bisa didik dengan baik."
Jay tidak pernah tahu, kenapa banyak sekali orang-orang di luar sana yang sangat tidak suka dikasihani. Jay tidak tahu, apa hal yang membuat sebagian orang merasa tidak terima dengan ratapan dan tatapan mata saat seseorang mengasihani mereka. Jay juga tidak tahu, kenapa ego sebagian orang sepertinya teramat tinggi sampai-sampai menerima kebaikan dari orang lain pun segan dan memilih menjunjung tinggi harga dirinya. Sungguh, Jay sama sekali tidak tahu.
Karena tatkala mendengar itu, alih-alih tersinggung, Jay justru merasakan hal lain dalam dirinya. Perasaan menghangat yang merengsek secara perlahan memenuhi dada sampai-sampai membuat lelaki itu harus menutup mulut guna menahan tangis yang hampir saja keluar dari mulutnya.
Bukan. Ini bukanlah sesuatu yang menyedihkan ataupun hal yang membuatnya marah sampai-sampai menangis begitu.
Karena Jay merasakan hal yang lain. Disayangi dan dipedulikan.
Mendadak, perasaan menghangat itu semakin memenuhi dadanya. Membuat Jay merasa sesak sampai harus meraup udara sebanyak-banyaknya guna memenuhi pasokan udara dalam paru-paru. Pun di tengah tangisan harunya, seulas senyum tercipta. Bersamaan dengan itu, seorang wanita tak tampak terkejut ketika melangkah dan menemukan Jay berdiri di balik dinding.
Belum sempat berkata apa-apa, Jay menubruk dan merengkuh wanita itu. Membuat sosok paruh baya itu tampak sedikit terkejut dengan badan yang sedikit limbung, satu tangannya membalas ragu pelukan Jay lantaran masih bingung dan tidak tahu apa yang terjadi sampai membuat anak satu itu menangis.
"Jay? Kamu nggak apa-apa? Kenapa nangis? Mama kamu ganggu lagi?" Ia bertanya khawatir.
Ah, jadi begini rasanya dikhawatirkan oleh seorang Ibu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons [END]✔️
Romance❝Cinta Jay. Cinta sekali❞ Selayaknya kisah-kisah cinta klise yang biasa dia baca. Jatuh cinta pada pandang pertama terhadap Jay membuat Lamia sudah macam bocah ingusan yang baru pertama kali jatuh cinta. Terus penasaran dan berusaha mencari tahu sia...