stol·id
/ˈstäləd/(adj.) of a person) calm, dependable, and showing little emotion or animation.
*****
Layaknya bumi yang terus berputar, matahari yang terus terbit dan tenggelam, bulan yang senantiasa menjadi pengganti sang surya, gemintang yang memamerkan kerlap-kerlipnya malam, pun masa yang terus melaju.
Semuanya kembali seperti keadaan sedia kala. Hal-hal terus berjalan dengan semestinya. Seolah jauh sebelum ini, tidak ada tangis yang tumpah ruah, ancaman yang berdarah, dan hati yang teriris parah.
Benar-benar kembali seperti semula.
Sudah berapa lama, ya kira-kira? Jay menghitung, barangkali sudah sekitar nyaris dua minggu. Tidak pernah ada teriakan antusias yang menyapanya, tidak ada lagi seseorang yang membuka pintu restoran dengan senyum lebar dengan sorot mata cerahnya, tidak ada lagi yang meributkan para rekan kerja untuk memanggil Jay melayani gadis itu, pun tidak ada lagi cerita-cerita pengantar tidur setiap malamnya.
Tidak apa-apa, toh selama ini Jay bisa menjalani semua ini sendiri dengan baik.
Namun agaknya, eksistensi Lamia dalam kehidupannya seolah sudah diatur sedemikian rupa. Sehingga manakala gadis itu tak jua menampakkan batang hidungnya, Jay merasakan sesuatu yang entah mengapa sangat amat enggan dia akui.
Kehilangan.
Sudah cukup lama menghabiskan waktu bersama. Pun gadis itu teramat sering mengunjunginya, sehingga mau tak mau Jay jadi semakin bisa untuk mengadaptasikan diri akan tiap tingkah laku Lamia yang sedikit merepotkan juga suaranya yang berisik.
Namun, bukankah ini terlalu tenang sekarang?
Hobi bukanlah orang yang memendam amarah terlalu lama. Setelah menghajar Jay habis-habisan, lelaki itu kembali. Mengucapkan beribu maaf dan penyesalannya, mungkin juga didukung oleh Ryu. Lamia bukanlah orang yang sembarangan, anak itu sudah bersama dengan Hobi dan Ryu cukup lama. Jadi, tidak heran Jay memaklumi. Terutama saat tahu bagaimana kedekatan antara Hobi dan Lamia, menganggap gadis itu sebagai adik kandungnya dan kejadian dua minggu lalu hanyalah naluriah seorang kakak untuk melindungi adiknya.
"Jaga sikapmu, sama seperti aku menjaga sikap padamu, Jay. Bagaimana pun, Lamia hanya bermaksud baik, dia melakukan semua ini dengan tulus. Dia bukan sekadar iba atau kasihan. Dia benar-benar peduli sama kamu."
Jay menghela napas. Pergerakannya yang tengah mengelap meja makan dengan pola melingkar itu terpaksa terhenti tatkala pikirannya kembali teringat ucapan beberapa hari yang lalu.
Well, tidak bisa disampingkan bahwa Jay juga merasa sedikit bersalah. Biar bagaimana pun, Lamia yang posisinya seorang perempuan tidak sepantasnya diperlakukan seperti itu. Jay terlalu kasar, memang. Hanya saja ia juga tidak bisa menampik bahwa dia sangat tidak suka jika seseorang yang asing tiba-tiba masuk dan mengusik kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reasons [END]✔️
Romance❝Cinta Jay. Cinta sekali❞ Selayaknya kisah-kisah cinta klise yang biasa dia baca. Jatuh cinta pada pandang pertama terhadap Jay membuat Lamia sudah macam bocah ingusan yang baru pertama kali jatuh cinta. Terus penasaran dan berusaha mencari tahu sia...