Chapter 30

650 50 146
                                    


"HAAHH!!!"

Tubuhku berkeringat, nafasku memburu. Aku.. Mimpi buruk.

Jam berapa ini?

Dimana Eunha?

Aku meraih ponselku yang terletak di atas nakas. Sekarang pukul...––10 Pagi?!

Astaga! Mengapa Eunha tidak membangunkan ku tadi pagi!! Lebih baik sekarang aku mandi dan bersiap ke kampus.

.
.

Aku keluar dari kamar dengan tergesa-gesa tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mengejutkan ku.

"Mau kemana?"

Ah..suara itu..

"Ke kampus" Balasku sambil memakai sepatu.

"Ada rapat?" Tanya Eunha.

Aku berhenti sejenak untuk mencerna ucapan Eunha. Aku menoleh lalu menatap gadis itu.

"Ini hari apa?" Tanyaku.

"Minggu"

"Ah...hehe..aku salah ya" ucapku sambil cengengesan.

Gadis itu hanya menggeleng kemudian ia berjalan ke arah pantry dan menggambil apron berwarna biru langit lalu memakainya. Dia mengambil beberapa bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin. Aku hanya memperhatikannya dan tidak berniat untuk membantu.

Karena merasa bosan akhirnya aku memutuskan untuk menonton televisi sambil menunggu Eunha selesai memasak.

2000 years later...

Mengapa acaranya membosankan sih? Mengapa juga Eunha memasaknya sangat lama sekali.

Tidak tahu apa jika aku sudah sangat kelaparan.

Lebih baik aku hampiri saja ya..

Aku melihat jika Eunha masih fokus memotong sayuran, seketika aku tersenyum melihatnya sedang memasak seperti ini. Kirain cuma bisa makan doang. Hehe..

Tapi...dia tidak bisa memakai apron ya? Atau tangannya tidak sampai untuk mengikat talinya ke belakang?

Akhirnya aku mendekat ke arah Eunha yang masih sibuk dengan masakannya itu.

"Kalau pakai apron tuh yang bener" ucapku sambil mengikat tali apron yang sedang ia pakai.

"Masak apa?" Tanyaku.

"Apa aja yang penting bisa dimakan" balasnya yang masih fokus pada masakannya.

"Tau nggak...-"

"Nggak"

Aku mendengus kesal. "Kan belum selesai ngomongnya sayang" ucapku kesal.

Eunha tersenyum "Iya kenapa?".

Aku memeluknya dari belakang, menghirup aroma tubuh Eunha yang selama ini aku rindukan. Mencium pipinya walaupun dia masih sibuk memasak. Anggap saja sebagai penyemangat dariku.

"Kalau kamu gini terus nanti masakannya gak selesai" protesnya.

"Selesai kok.."

Eunha tetap melanjutkan kegiatannya sedangkan aku sedari tadi hanya diam sambil memeluknya.

"Kalau kayak gini tuh berasa udah punya keluarga sendiri ya" ucapku.

"Pantes aja banyak yang suka, ternyata kalo ngomong suka gembel".

Aku mengerutkan kening, "Haha..gembel. Kalau gembel masa aku punya segalanya? Itu cocoknya buat Sinb".

"Lepasin dulu, ini makanannya udah selesai" suruh Eunha.

LINE [Wonha]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang