0.4 : trust him

984 247 155
                                    

- ending fairy -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ending fairy -

Dari tadi, Jeje hanya diam sambil memandang jengah boneka kesayangan milik Jiji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari tadi, Jeje hanya diam sambil memandang jengah boneka kesayangan milik Jiji. Walaupun dia sangat jengkel pada pemuda itu, tapi dia tidak bisa marah pada boneka ini. Benda mati itu tidak bersalah sama sekali.

"Jiji tidak tahu harus ke mana kalau ada di dunia manusia."

"Jiji cuma kenal kamu di dunia ini, jadi boleh ya aku tinggal di rumah Jeje?"

Bruh.

Jadi, beginilah akhirnya. Jiji tinggal di rumah Jeje sementara. Atensi gadis itu kini beralih pada pemuda tersebut yang sedang mencoba membuka kompor. Jeje memijat pelipisnya pelan sambil menghela napas, sejak Jiji berada di dalam rumah ia selalu saja penasaran dengan setiap inchi yang ada di rumah ini.

"Wah, keren sekali. Di bangsaku, kita hanya pakai kekuatan kita dan api akan muncul. Tapi, di sini ada alatnya," gumam Jiji dengan binar di kedua matanya.

"Sung, aku membiarkan dirimu tinggal di rumahku. Bukan membiarkanmu melakukan eksperimen aneh di sini!" seru Jeje yang mematikan kompor tersebut.

"Oh, kamu bilang kamu ada kakak. Di mana kakakmu?" Saat itu juga, Jeje menyeringai tipis.

"Kau mau bantu aku?" Jiji mengangguk.

"Ayo ikut aku." Perempuan berambut pendek itu segera menarik lengan Jiji, masuk ke dalam kamar Jaehyun. Setelahnya, ia membuka lemari Jaehyun untuk mencari sebuah benda yang sangat amat dicintai oleh sang kakak—lightstick.

"Kau bisa melukis? Ayo kita ubah sedikit polanya."

"Wah, ini tongkat sihir? Bentuknya sedikit mirip dengan—"

"Bukan, bodoh! Semua yang ada di duniaku belum tentu ada di duniamu juga. Ayo cepat kita hancur—warnai benda ini," seru Jeje dengan sumringah. Ia beranjak dan mengambil cat akrilik serta kuas dari meja belajar Jaehyun.

Dengan sangat cekatan, Jiji mencampur beberapa warna agar menghasilkan warna baru, lalu memoleskannya ke lightstick tersebut. "Wah, keren sekali. Di bangsaku, kita harus mencari bahan-bahan untuk membuat warna. Tapi, di sini berbeda ternyata."

"Sudah kubilang, dunia kita itu berbeda. Satu hal lagi, kau tidak boleh membicarakan tentang bangsamu pada orang lain selain aku, mengerti?" Jiji mengejapkan matanya beberapa kali—lucu.

"Kenapa? Kalau kata penasehat Doyoung, dunia manusia itu kejam. Jadi, kalau aku mengatakan hal tentang bangsaku apakah kalian akan berlaku kejam padaku?" Jeje menepuk jidatnya. Ia lupa kalau pemuda yang ada di hadapannya itu terlalu ... polos—bodoh.

"Benar sekali! Dunia itu kejam. Kalau mereka sampai tau kau adalah seorang peri dan mempunyai kekuatan, mereka akan memanfaatkan dirimu untuk mencelakai orang lain. Kita tidak pernah tau apa yang ada di pikiran mereka, jadi lebih baik kau menutup mulutmu kalau tidak mau jadi budak," jelas Jeje yang mampu membuat Jiji bergidik ngeri.

"Kejam sekali. Lalu, apakah kamu bakal manfaatin aku? Kamu kan tau—"

"Tentu saja, tapi dalam hal yang baik. Jadi, kau tenang saja, Sung. Kau bisa percaya padaku sepenuhnya," tukas Jeje sambil tersenyum bangga. Jiji terkekeh pelan dan kembali melanjutkan aktivitasnya—melukis.

Melihat tingkah Jiji seperti itu, membuat Jeje tertawa penuh kemenangan di dalam hatinya. Sungguh dia tidak sabar melihat bagaimana reaksi Jaehyun saat tahu benda kesayangannya sudah ... hancur.

"Astaga, aku lupa satu hal." Jiji menoleh.

"Kau tidak boleh ada di rumahku. Kakakku bisa mengusir dirimu nantinya!" seru Jeje dengan raut wajah panik. Lihatlah bagaimana ia bisa lupa dengan keberadaan sang kakak. Dia juga tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Jiji jika sampai Jaehyun tahu keberadaannya.

"Kenapa? Jiji tidak jahat, kok."

"Bukan itu! Kakakku itu sangat posesif, Renjun saja pernah diusir dari rumahku dengan cara dibanting. Kau bisa bayangkan itu?! Dibanting woy!" pekik Jeje sambil menjambak rambutnya sendiri—frustrasi.

"P-po ... ppoppo?" ulang Jiji yang tampak kebingungan.

Sekali lagi, Jeje menepuk jidatnya sendiri.

"Posesif! Bukan ppoppo! Dasar kau ini."

"Ah iya itu maksudku. Memangnya posesif itu apa?" Tatapan polos milik Jiji membuat Jeje harus ekstra bersabar menghadapi makhluk tersebut. Untung saja tampan, jika tidak ....

"Posesif itu ketika kau sudah menyayangi seseorang, maka kau akan menjaganya dari orang lain. Tapi, secara berlebihan. Kau akan melarang orang itu untuk berdekat—"

"Bukankah itu bagus?" sela Jiji.

"Hah? Bagus apanya?"

"Aku juga akan jadi posesif mulai sekarang. Jeje tidak boleh jauh dari Jiji, oke? Aku tidak mau kamu pergi ke mana-mana." Jiji meraih pergelangan tangan Jeje dan menggenggamnya dengan erat. Gadis itu tercengang, sekali lagi dia merasa menyesal telah mengatakan sebuah istilah asing pada Jiji.

Pemuda itu terlalu bodoh—polos.

"Asli ya, Sung. Aku tidak mengerti apa yang ibumu makan saat mengidam? Kenapa kau ... bo—polos sekali, huh?" Jeje mengusap kasar wajahnya sambil menyenderkan punggungnya ke tembok. Pemuda itu tersenyum canggung seraya menggaruk tengkuknya sendiri.

"Ibuku katanya mengidam sup jahe, kangkung bakar, kepiting saus tiram, asinan jamur, kue rumput liar, telur—" Ucapan Jiji berhenti ketika sebuah telunjuk berada tepat di depan bibirnya.

"Cukup. Cukup. Aku tidak peduli apa yang ibumu makan saat hamil," desis Jeje.

"Tapi, tadi kamu tanya makanan ibuku saat hamil. Jadi, aku jawab apa yang dikatakan oleh ayahku padaku."

"Yayaya, terserah dirimu. Sekarang bagaimana—"

"Tunggu, tadi Jeje bilang apa? Aku polos?" sela Jiji.

"Heol, jadi kau mau disebut apa? Bodoh? Masih mending aku menyebutmu polos." Jeje terperanjat kaget ketika pemuda itu menindih tubuhnya, dengan kedua tangan sebagai penopang.

"Kau yakin aku sepolos itu, Nona?"

- TBC -

Nah kan, macem-macem sih ma Jisung :v

Semoga aja kalian betah ye sama nih cerita sampai tamat, wkwkwk. Makasi juga buat yang udah mampir ke chapter kali ini gais, luv yu semuaaa

Bubay👁️👄👁️❤️

Ending Fairy | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang