3.9 : before

404 103 8
                                    

- ending fairy -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ending fairy -

Flashback.

Jiji yang tadinya tak sadarkan diri, kini membuka kedua matanya perlahan. Dia terbatuk sebentar, dan mengubah posisinya menjadi duduk. Kepalanya terasa sedikit pusing, ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ini di kamarnya.

"Kau sudah sadar rupanya, Pangeran." Jiji menoleh mendapati Doyoung yang datang dengan nampan di kedua tangannya.

"Ya, aku merasa lebih baik sekarang. Kak Doy, apa kau bisa katakan padaku apa yang terjadi saat aku tidak sadarkan diri?" Doyoung diam, jika saja dia mengatakan yang sebenarnya maka itu bisa berakhir buruk nantinya. Namun, alasan apa yang harus dia gunakan untuk menutupi kebenaran?

Jung Jeje sudah diambil ingatannya kemarin. Doyoung sendiri tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Jiji jika mengetahui hal ini. "Kak?"

"Tidak terjadi apapun saat kau tak sadarkan diri. Semuanya baik-baik saja," alibi Doyoung sembari menampilkan deretan gigi putihnya pada Jiji.

"Jadi, ayah tidak tau kalau aku sudah punya kekasih di bumi? Wah, aku bisa kembali lagi ke sana, kan?" Doyoung langsung menggeleng cepat.

"Jangan. Kau tidak boleh kembali ke bumi lagi, dirimu baru pulih. Yang Mulia pasti tidak akan mengizinkan dirimu ke sana," selanya. 

"Benar juga ya."

"Pangeran, kau harus makan dulu. Istirahatlah setelah itu, jangan sampai Raja kembali khawatir," tutur Doyoung yang kini duduk di tepi kasur besar itu sambil memberikan nampan berisi makanan pada Jiji.

"Baik. Tenang saja. Oh ya, di mana Chenle? Tolong panggilkan dirinya, ada yang mau kubicarakan padanya." Doyoung mengangguk, ia berangsur pergi dari kamar Jiji dan segera memanggil Chenle.

Ceklek!

"Akhirnya, kau sudah sad—"

"Jangan basa-basi, katakan padaku apa yang Kak Doyoung sembunyikan? Apa yang terjadi saat aku tidak sadarkan diri?" tukas Jiji sambil menatap tajam orang yang ada di hadapannya begitu intens.

"Tidak ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak ada. Kita hanya mengkhawatirkan dirimu saja," jawab Chenle yang kini mendekat ke arah temannya.

"Benarkah? Lalu, bagaimana kondisi Jeje sekarang? Aku rasa, kau pasti menemuinya, kan?" tebak Jiji yang membuat Chenle terdiam di tempatnya.

"Sung—"

"Chenle, katakan yang sebenarnya padaku."

"Maaf." Lontaran kata dari Chenle membuat Jiji mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Kenapa?"

"Aku ... Yang Mulia memberiku perintah untuk menghapus ingatan Jeje akan dirimu. Jika aku tidak menyetujuinya, maka Jeje dihukum ke gelanggang petir," ungkap Chenle sambil menunduk—merasa bersalah.

Ia benar-benar menyalahkan dirinya atas masalah ini. Belum lagi jika Chenle mengingat kembali tatapan penuh harap Jeje padanya kala itu. Dia semakin merasa bersalah.

"A-apa? Kau tidak bohong, kan?"

"Tidak."

Dunia Jiji seakan-akan runtuh begitu saja. Sesuatu yang tajam seolah-olah menikamnya berkali-kali hingga menimbulkan rasa perih di hati. Itu berarti, sekarang Jeje sudah melupakan dirinya? Lalu, kenangan mereka? Semuanya hilang begitu saja? Ketidakadilan macam apa ini?

"Tidak boleh seperti ini. Jeje tidak bersalah sama sekali, kenapa dia yang dihukum? Aku yang menggunakan tanda Schutz, bukan Jeje," ucap Jiji.

"Chenle, cepat buatkan aku ramuan untuk mengembalikan ingatan Jeje. Aku butuh itu," pinta Jiji sambil menepuk pelan pundak Chenle.

"T-tapi—"

"Anggap saja kesalahanmu aku maafkan jika kau membuat ramuannya untukku." Chenle menghela napas kemudian mengangguk. Ia kini pergi dari sana dan langsung menjalankan apa yang diperintahkan oleh Jiji.

"Aku harus menemui ayah," gumam Jiji.

Ia menyingkirkan nampan tersebut, kemudian berangsur dari kasur. Dia berlari kecil sebelum sampai ke aula kerajaan. Jiji membungkuk untuk memberi hormat pada sang raja. "Putraku—"

"Kenapa Ayah melakukan ini padaku?" potong Jiji.

"Maksudmu?" Jiji berdecak.

"Kenapa Ayah menghilangkan ingatan Jeje? Aku yang salah dalam hal ini, dan aku yang harusnya mendapatkan hukuman itu. Bukan dia," papar Jiji seraya menghela napas kasar. Joo Won yang tengah duduk di singgasana miliknya kini tersenyum tipis.

"Nak, saat itu kau bahkan tidak sadarkan diri. Bagaimana bisa aku menghukum dirimu?" Jiji terdiam.

"Lagipula hanya ingatannya yang aku ambil, aku masih berbaik hati karena tidak membiarkan dirinya ke gelanggang petir," ucap Joo Won.

"Satu hal lagi, bukankah kau sudah tau konsekuensi dari ini semua? Kenapa kau melanggar?" Jiji diam di tempatnya. Rahangnya kini mengeras disertai dengan tangannya yang mulai mengepal. Ia tidak terima jika Jeje yang dihukum atas kesalahan yang dia buat.

"Ayah benar. Tapi bukankah Ayah sendiri yang bilang bahwa sejarah tidak boleh terulang?" Joo Won kini mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Aku tidak akan melakukan apa yang Ayah lakukan dulu. Aku akan memperjuangkan cintaku, bukan membiarkannya menderita," desis Jiji sambil menatap tajam ke arah sang Ayah. Ia benar-benar tidak peduli lagi jika yang ada di hadapannya ini Raja dari bangsa Vion.

"K-kau—"

"Hukum aku. Ambil semua kekuatan yang kupunya, hapus jabatanku, dan juga asingkan aku ke dunia manusia. Jika itu masih kurang, Ayah boleh menghukumku ke gelanggang petir," sela Jiji dengan suara yang lantang dan juga tegas. Saat itu pula, Joo Won tercengang.

Dia tidak bisa menghukum putranya menjadi manusia biasa ke bumi.

"Tidak. Aku tid—"

"Lakukan itu, atau aku akan mengakhiri hidupku saat ini juga," ancam Jiji.

Joo Won tak habis pikir dengan putranya sendiri. "Ayah, kumohon hukum aku juga."

"Baiklah, jika itu maumu." Joo Won menghela napasnya.

"Pengawal, bawa dia ke bukit Ares. Umumkan juga pada masyarakat kalau putra mahkota akan diasingkan ke dunia manusia," titah Joo Won dengan begitu berat hati. Ini pilihan yang sulit, di mana peran Ayah dan juga Raja di dalam dirinya harus bisa seimbang.

"Terima kasih, Ayah."

- TBC -

🌚🌝

Jadi, udah jelas ye kenapa Jisung bisa ketemu sama Jeje di dunia manusia😗❤️

Tengkyu yg udah baca chapter kali ini, semoga kalian suka yess💚💚💚

Ending Fairy | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang