3.6 : hurt

452 107 20
                                    

- ending fairy -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ending fairy -

"Je, kau yakin tidak apa-apa? Dari tadi—"

"Aku baik-baik saja, kalian pulang saja. Tidak perlu membuang waktu kalian untuk diriku," potong Jeje. Dia kembali menenggelamkan kepalanya di bantal yang ia peluk. Sudah seminggu lamanya Jiji meninggalkan dirinya. Luka yang pemuda tersebut torehkan masih sangat membekas di lubuk hatinya.

Namun sayangnya, air mata Jeje sudah kering. Ia tidak bisa menangis lagi sangking tersakitinya dia. Renjun, Yera, dan Sunji membuang kasar napas mereka bersamaan. "Kau harus makan, jangan sampai kau sakit nantinya. Tubuhmu semakin kurus tau!"

"Iya, nanti aku makan." Sunji mendengus.

"Heh, ini udah sore! Kak Jaehyun bilang kau belum makan dari pagi! Sekarang kau harus makan ini," seru Yera. Jeje melirik tak selera ke arah makanan yang dibawa oleh ketiga temannya. Ah sungguh, dia benar-benar tidak kelaparan sama sekali. Bahkan perutnya terasa kenyang walau belum makan seharian.

"Iya, aku akan makan ini kalau kalian pulang. Sana pergi!" ketus Jeje tanpa melirik sedikit pun ke arah mereka bertiga.

"Oke, kita pamit." Renjun, Yera, dan Sunji kini beranjak dari kamar Jeje. Hening pun melanda kamar milik Jeje.

Atensinya beralih pada jendela kamar, ia memandang ke pemandangan luar—mendung. Seperti hatinya sekarang. Kehilangan Jiji, benar-benar menyiksa hati setiap detiknya. Jeje seakan-akan dibuat semakin bersalah. Dia tertegun, tangannya kini terangkat menyentuh jendela itu.

"Jiji," panggilnya pelan.

Perlahan, kedua bahu itu bergetar hingga isakkan kecil terdengar. Jeje menangis lagi, entah untuk ke berapa kalinya ia menumpahkan air mata. Semua kenangan manis kembali berputar di dalam ingatannya. Senyuman pemuda itu, dan juga perlakuan hangat Jiji.

"Maafkan aku," parau Jeje. Ia pun mengambil boneka bebek kesayangan Jiji dan memeluknya erat. Air mata masih terus mengaliri pipinya, Jeje enggan untuk beranjak sedikitpun dari kamarnya.

Ceklek.

Jaehyun mendekat, ia melirik sekilas ke arah nampan yang berisikan makanan. Jeje masih belum makan rupanya. Pria tersebut kini duduk di tepi kasur sang Adik sambil mengusap surai hitam Jeje. "Hei, jangan menangis lagi. Aku tau ini sangat sulit bagimu, kan?"

"Kau harus tegar, mengikhlaskan dirinya." Jeje menyeka air matanya dan segera menoleh ke arah Jaehyun.

"Aku yang membuatnya seperti itu, harusnya sejak awal aku tidak membiarkan dirinya masuk dalam kehidupanku. Kak, aku bersalah. Setiap detik, perasaan itu selalu menyerang pikiranku. Aku tidak bisa setegar itu, ini sangat sulit," papar Jeje.

Jaehyun tersenyum kecil, dia pun menarik Adiknya ke dalam dekapan. Tangannya menepuk-nepuk punggung Jeje untuk menenangkan gadis tersebut. "Kau pasti bisa menghadapi ini semua. Kau juga tidak boleh menyalahkan dirimu, semua yang ada di dunia ini sudah ditentukan oleh takdir. Jika dia pergi, bukan berarti hidupmu juga berakhir, bukan?"

"Lihat itu, dia memberimu bonekanya. Kau tau apa artinya? Itu berarti, dia ingin kau merawat boneka itu seperti kau merawatnya selama ini. Jeje yang Kakak kenal tidak pernah sampai sebodoh ini, kembalilah seperti dulu, ya?" Tatapan hangat yang diberikan oleh Jaehyun, membuat Jeje tersenyum tipis.

"Jeje sayang Kakak. Aku akan coba untuk merelakan dirinya seperti yang Kakak minta." Jaehyun mengangguk kecil.

"Ayo makan dulu, jangan sampai pipimu kempes nantinya," cibir Jaehyun sambil terkekeh kecil.

"Ih, apa sih, Kak! Eh iya, habis ini Kakak kerja lagi? Jeje bantu ya?" Jaehyun menggeleng.

"Di rumah aja ya? Soalnya setelah tutup toko nanti, Kakak ada urusan lain. Oh ya, mungkin pulangnya akan telat sedikit." Jeje mengangguk paham.

- ending fairy -

Joo Won tampak begitu sedih saat putranya kembali lebih cepat dari waktu yang ia berikan untuk Jiji. Namun, di luar dugaan. Dia pikir putranya baik-baik saja, tapi tidak sama sekali. Tanda Schutz di tangan Jiji sudah menghilang, itu berarti kondisi anaknya kritis.

Tubuh Jiji terbaring di atas ranjang tersebut dan ditutupi oleh selimut tebal. Wajahnya masih pucat, seperti kondisi saat dia pulang. Joo Won berdecak kesal, dia benar-benar tidak terima dengan kondisi anaknya sekarang. Jiji menggunakan tanda itu pasti karena alasan tertentu, tidak mungkin hanya karena masalah kecil.

"Doyoung, panggilkan Chenle ke sini."

"Baik, Yang Mulia," jawab Doyoung.

Sambil menunggu sang penasehat kembali. Joo Won kini menggenggam erat tangan putranya itu. "Kau tenang saja, mereka yang menyakitimu akan mendapatkan balasan yang setimpal juga."

"Siapapun itu, dia harus mendapatkan hukuman."

"Yang Mulia," sapa Chenle sambil memberikan hormat pada Joo Won.

"Katakan padaku apa penyebabnya? Kurasa kau tau apa yang kumaksud, bukan?" Chenle terdiam, ia masih setia menunduk dan enggan mengatakan sesuatu. Dia sudah berjanji pada Jeje agar tidak membiarkan mereka berdua mendapatkan imbasnya.

"Zhong Chenle, aku mengutusmu ke sana untuk mengawasi anak ini. Apa saja yang kau dapatkan di sana?" tanya Joo Won sekali lagi, kali ini jauh lebih tegas nadanya dari yang tadi.

Chenle masih menunduk, kini dia harus memutar otak mencari sebuah alasan yang masuk akal untuk sang Raja. "Maaf, Yang Mulia. Saya lalai dalam me—"

"Chenle, aku tidak semudah itu untuk dibodohi. Aku tau sangat pasti kalau kau menyembunyikan sesuatu, katakan padaku sejujur-jujurnya jika kau tidak mau Jiji mendapatkan hukuman yang berat," tegas Joo Won.

"Itu ...."

"Coba aku tebak, apa ini ada kaitannya dengan perempuan?" sambar Joo Won.

"I-itu—"

"Zhong Chenle, katakan nama dan juga tempat tinggalnya sekarang juga. Keselamatan Jiji ada di tanganmu, kondisinya sudah parah. Jangan sampai kau menambah bebannya." Sorot mata yang tajam dan juga tegas itu membuat Chenle bergidik ngeri.

"Doyoung, temani Chenle pergi ke bumi. Lalu, kembalilah dengan membawa gadis itu bersama kalian."

- TBC -


Huaa aku upnya terlalu lama gak sih? T_T maaf ya soalnya aku suka lupa kudu up cerita ini:')

Jadii, gimana chapter kali ini? 🌚🌝

Next tydak? Wkwkwk

Oke mungkin segini aja dulu, bubay kalian!!! Have a nice day✨

Ending Fairy | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang