4.9 : sweet

365 90 6
                                    

- ending fairy -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ending fairy -

Jisung menggenggam erat tangan Jeje yang kini sedang terbaring di atas bangsal. Gadis itu belum sadar sampai sekarang. Helaan napas gusar terus saja keluar dari empunya, Jisung sangat khawatir. Apalagi ketika dia mengingat tentang penyakit asma yang diidap oleh Jeje.

Napas perempuan itu begitu teratur, jemarinya tiba-tiba bergerak membuat Jisung langsung terperanjat. "Kau sudah sadar? Aku panggil dokter dulu."

Jeje langsung menarik lengan Jisung untuk menghentikan pemuda itu beranjak dari sana. Gadis itu kini menatap Jisung dengan lekat, perlahan dia mengubah posisinya menjadi duduk. "Jangan bilang apapun pada kak Jaehyun kalau aku di sini," pintanya.

"Aku mengerti. Kau lebih baik istirahat. Oh ya, kau perlu sesuatu? Aku akan—"

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja sekarang, terima kasih ya sudah menjagaku. Maaf kalau aku merepotkan dirimu." Jeje mengukir senyum tipis di wajahnya. Jisung mengangguk, kini suasana menjadi hening kembali. Jeje memandang kosong di hadapannya disertai dengan wajah lesu.

Jisung ingin sekali bertanya kenapa, tapi entahlah. Dia sulit untuk mengungkapkannya.

"Seseorang mengatakan padaku ... jika kenangan itu masih ada, maka benang merah di antara mereka akan terus hadir," ucap Jeje tiba-tiba. Iris mata itu kini bergulir menatap sosok pemuda tampan di hadapannya.

"Seseorang juga mengatakan padaku kalau dia takut aku sakit." Jisung memilih untuk diam di tempatnya sambil mendengarkan ucapan Jeje. Ia tahu kalau yang diucapkan oleh gadis itu adalah perkataannya di masa lalu. Jujur saja, Jisung merasa sesak sendiri di dadanya. Entahlah, perasaan itu selalu datang kala mengingat masa lalu.

"Maaf." Jisung menggelengkan kepalanya.

Jeje menunduk. Kedua matanya mulai memanas dan siap menumpahkan air matanya kapanpun itu. "Maafkan aku yang sudah melupakan kenangan itu. S-semua kenangan yang sudah kita lalui ... aku minta maaf karena melupakannya," ujar Jeje.

Mata berkaca-kaca, dan hidung yang memerah. Jeje tampak begitu menyesal di hadapan Jisung. "K-kau—"

"Aku sudah mengingat semuanya. Kenangan kita, saat kau datang ke dunia ini untuk pertama kalinya. Di atas bianglala itu, dan juga ... perpisahan kita." Suara Jeje mulai serak, air matanya kini mengalir hingga membentuk sungai kecil di pipinya. Jeje merasa sangat bersalah pada Jisung, dia sudah melupakan pemuda itu dan bahkan memulai hubungan baru dengan seseorang yang ... mengkhianatinya.

"Jiji ... maaf," parau Jeje. Bibirnya bergetar seraya menatap nanar ke arah Jisung yang kini bungkam seribu bahasa. Dia tidak menyangka kalau obat dari Chenle bisa sebesar ini dampaknya. Jeje sudah mengingat semuanya dalam waktu dua hari(?).

"Aku, maksudku ... kau pasti sangat kecewa padaku yang sudah melupakanmu. Bahkan, aku juga sudah—" Jeje terdiam kala sebuah jari telunjuk berada tepat di depan bibirnya. Dengan perlahan, ibu jari Jisung kini menyeka jejak air mata di wajah Jeje.

"Aku mengerti. Kau tidak bersalah," ujar Jisung.

"Ini salah takdir, jangan pernah menyalahkan dirimu lagi. Yang terpenting, kau baik-baik saja sekarang, dan mengingat semuanya. Itu sudah lebih dari cukup bagiku, Je." Jeje menggenggam tangan Jisung yang ada di pipinya. Sungguh, ia benar-benar bahagia ketika tahu kalau Jisung tidak marah sama sekali padanya.

"Aku yang mau berterima kasih padamu karena sudah menunggu diriku. Kau pasti mengalami beberapa kesulitan, bukan?" Jeje menggeleng.

"Jangan berterima kasih padaku. Tapi, takdir yang sedang berbaik hati pada kita. Aku ... mencintaimu, Jiji." Senyuman di wajah Jisung kini merekah, panggilan itu ... sudah lama sekali dia tidak mendengarnya langsung dari Jeje.

Ia pun mendekap tubuh Jeje dan menghirup aroma candu pada ceruk leher Jeje. Detak jantungnya terus meningkat, Jisung terlampau bahagia hari ini. Jeje sudah mengingat kembali kenangan mereka, kini tidak ada lagi yang bisa menghalangi keduanya untuk menjalin sebuah hubungan.

Dan, Jisung berjanji pada dirinya sendiri kalau impian kecilnya harus bisa terwujud. Mempunyai keluarga kecil dengan Jeje, dan hidup hingga tua nanti. "Jiji juga cinta Jeje."

"Jangan khawatirkan apapun lagi setelah ini, kita akan baik-baik saja. Hubungan ini akan terus berlanjut, sampai selamanya," bisik Jisung sambil mengecup singkat daun telinga milik Jeje. Pelukan itu semakin erat, Jisung benar-benar merindukan gadis-nya.

"Kenapa kau baru datang? Aku harusnya tidak perlu menunggu selama itu."

"Maaf," ucap Jisung.

"Jeje, kita pacaran lagi kan?" Tatapan polos yang Jeje rindukan kini ditunjukkan oleh Jisung. Pelukan mereka sudah terlepas. Kini Jeje mengulum bibirnya sendiri—gugup.

"Iya." Keduanya saling melempar senyum. Jisung sangat senang, akhirnya semua penantian kini telah berakhir. Ah belum, masih perlu satu langkah lagi—menikahi Jeje. Ia pastikan kalau hal itu akan terjadi beberapa saat lagi, atau mungkin ...

Sekarang.

"Je, ayo menikah."

Jeje membelalakkan kedua matanya. Irama jantung gadis itu kini tidak beraturan, rasa terkejutnya kini tak terbendung. Jisung melamarnya? Saat ini juga? Di rumah sakit? Astaga, benar-benar mendadak.

"H-hah?"

"Aku serius. Aku mau menemani dirimu sampai tua nanti, aku ingin melindungimu setiap saat. Kau mau, kan? Ayo kita menikah," tutur Jisung dengan tatapan berharap pada Jeje. Bahkan, binar di kedua mata pemuda itu berhasil membuatnya tambah menggemaskan.

"Terlalu mendadak. Apalagi ini di rumah sakit, kau aneh Sung. Setidaknya bawa aku keluar dari rumah sakit dulu, baru melamarku." Jeje terkekeh kecil.

"Jadi, kau menolakku?" Jeje menggeleng.

"Tentu, aku mau. Ayo kita menikah."

Jisung mendekat, dia duduk di tepi bangsal Jeje dan menatap lamat-lamat gadis itu. "Aku akan meminta restu dari kak Jaehyun nanti, setelah itu ... kita akan bersama nantinya sampai kapanpun itu."

Jeje mengangguk. Kini, Jisung mengikis jarak di antara mereka berdua. Kedua tangannya menangkup wajah cantik milik Jeje. Perlahan, kedua bibir mereka menyatu. Jisung memejamkan matanya sebelum menggerakkan bibirnya di sana.

Jeje tersenyum kecil, ia pun mengalungkan tangannya pada leher Jisung dan membalas ciuman itu. Pemuda tersebut menciumnya dengan lembut, penuh kasih sayang dan tanpa tuntunan sama sekali.

"Love you, Jeje."

- TBC -

Hehe🌚🌝🔫

Kangen ga sih sama akuh? Wkwkwk

Btw ini tinggal 3(?) chapter sebelum ending :(, berat banget rasanya buat anuin ceritanya T_T

Eh iya, kabar kalian gimana nih? Moga baik-baik aja yes, janlup jaga kesehatan dan stay strong💚💚💚✨

Dah ah, bubay!!🌚🌝💚

Ending Fairy | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang