- ending fairy -
'Walaupun Romeo dan Juliet tidak bisa bersatu di dunia ini, tetapi ikatan benang merah diantara mereka tidak terputus sampai kapanpun, walau kematian menghalangi.'
"W-wah," ucap Jiji penuh takjub dengan buku yang dia baca.
Tenang, bukan buku milik Yera ataupun milik Renjun.
"Kau baca apa?" Jeje langsung meraih buku yang ada di tangan Jiji.
"Cerita Romeo dan Juliet. Ini seru sekali, Jeje mau baca?" Gadis itu tampak mengerutkan dahinya.
"Kau dapat buku ini dari mana?"
"Chenle suka baca buku, dia yang kasih buku ini padaku. Oh iya, Jeje punya benang merah tidak?" tanya Jiji.
"Seharusnya sih ada, coba nanti aku cari di kamar Kak Jaehyun. Emangnya kenapa?" Jiji segera menegakkan tubuhnya, kedua mata itu kini berbinar-binar menatap Jeje.
"Cepat ambilkan saja! Ayo cepat!" titah Jiji sambil mendorong pelan tubuh pendek gadis itu. Jeje mendengus sebal, ia pun melangkahkan kakinya pergi ke kamar sang kakak. Ah ya, Jaehyun sendiri sudah pergi bekerja tadi. Jadi, hanya ada mereka berdua di rumah ini.
Kedua tangan Jeje kini mengacak laci meja sang kakak untuk menemukan benang yang diminta oleh Jiji. "Entah apa yang ada di pikiran anak itu, untuk apa coba benang ini? Dasar aneh," gerutu Jeje.
Setelah menemukan gulungan benang yang dicari, Jeje pun berangsur pergi dari kamar Jaehyun dan langsung memberikan benang itu pada Jiji. "Heh, bocah. Ini."
Jiji terkekeh kecil sambil menerima gulungan benang itu. Jeje mengerutkan dahinya ketika Jiji menarik benang tersebut. Belum lagi saat tangan Jiji meraih jemarinya. "Dih, mau ngapain?" tanya Jeje.
"Ssstt, Jeje diam dulu, ya?"
"Nah, udah jadi!" seru Jiji, ia pun mengangkat kelingkingnya ke udara sambil menatap bangga tangannya.
"Apa yang kau lakukan? Lep—" Jeje mengatupkan bibirnya kala telunjuk Jiji menyentuh bibirnya. Pemuda tersebut tersenyum manis sambil mengacak pelan rambut pendek milik Jeje.
"Jiji mau kisah kita seperti Romeo dan Juliet, tapi bukan berarti kita harus tiada dulu. Di buku itu, ditulis kalau benang merah diantara mereka tidak akan terputus. Jadi, Jiji mau ikatan benang merah kita ini juga gak terputus, sampai kapanpun."
Jeje menahan tawanya mendengar ucapan dari Jiji. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang Jiji pikirkan sampai dia melakukan hal ini. Unik sih, tapi ... kelihatan bodohnya.
"Sung, benang merah yang dimaksud bukan benang ini. Tapi, cuman perumpamaan. Itu hanya kata kiasan aja," ucap Jeje sambil tertawa kecil. Kini dia mencoba membuka simpul benang yang mengikat jari kelingkingnya.
"Udah ya, sekarang—"
"Tunggu dulu. Jadi, cara membuat benang merah itu bagaimana?" tanya Jiji. Jeje menekuk kedua alisnya hingga saling bertautan, jujur saja dia juga bingung.
"Benang merah itu seperti jodoh(?). Jadi, kau harus mencari jodohmu dulu, maka benang merah diantara kalian akan ada begitu aja," jawab Jeje.
"Begitukah?" Jeje menggaruk kepalanya sambil mengangguk ragu.
"Kayaknya sih."
"Itu berarti, kita punya benang merah, kan?" Jeje tercengang.
"H-hah?"
"Kita udah berjodoh, itu berarti diantara Jeje dan juga Jiji ada benang merahnya, kan? Kita bakal jadi kayak Romeo dan Juliet?" Jeje mengejapkan matanya berkali-kali, sepertinya dia salah bicara, lagi.
"Anu ...."
"Jeje, ayo kita berhubungan!" seru Jiji sambil menatap penuh harap pada gadis itu.
"S-Sung, kau tidak salah bicara?"
Jeje hanya takut salah paham.
"Tidak, bukannya wajar kalau perempuan dan laki-laki berhubungan? Jeje mau kan berhubungan sama Jiji?" sahut Jiji. Perempuan berambut bahu kini mengejapkan matanya beberapa kali, asli dia takut salah tangkap dengan ucapan Jiji yang sedikit ... ambigu.
"H-hubungan apa?" cicit Jeje.
Jiji tersenyum, dia pun mendekat dan mencengkram pelan kedua bahu Jeje. "Cinta."
"H-hah?" beo Jeje.
"Ih, Jeje dan Jiji kan saling cinta. Jadi ayo berhubungan! Jeje pasti mau, kan?" Jeje meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah. Sungguh, jantungnya kini berdebar begitu cepat kala Jiji menatapnya seperti itu.
"Maksudku, hubungan f-fisik atau perasaan?" cicit Jeje sambil membuang mukanya ke arah lain untuk menyembunyikan rona merah di pipinya. Dia benar-benar malu ketika menanyakan hal yang tidak masuk akal pada Jiji.
"Memangnya ada hubungan secara fisik? Wah, apa itu seperti yang ada di buku Renjun?"
Renjun sialan.
"Enghh, bukan. Tidak, lupakan saja. Jangan diingat, itu tidak baik untuk otakmu. Oke? Semua yang tertulis di buku—"
"Jiji mau coba, dengan Jeje," tukas Jiji seraya mengusap pipi Jeje dengan pelan.
"H-HAH? KAU GILA?!" Jiji tersentak kaget di tempat kala Jeje membentaknya begitu kencang. Untung saja dia tidak sampai terjatuh ke atas lantai.
"Renjun dan Yera itu otaknya sedikit bermasalah! Kau jangan mengikuti mereka, Sung! Ih," gerutu Jeje sambil bersidekap dada serta mengerucutkan bibirnya sendiri.
"Tapi—"
"Sung, tolong ya. Yang ada di buku itu bisa merusak otakmu, jangan sampai kau benar-benar jadi seorang idiot nantinya," sela Jeje.
"Bukannya buku itu jembatan ilmu?" Jeje menepuk jidatnya sambil menghela napasnya—pasrah. Sungguh, rasanya ingin sekali ia menghajar oknum yang bernama Huang Renjun sekarang juga. Andai saja saat itu buku laknat tersebut tidak tertinggal, maka Jiji tidak akan seperti ini.
"Ada buku yang memberi dampak negatif pada otak, contohnya buku Ren—"
"Kenapa Renjun tidak jadi idiot? Bukannya dia punya banyak buku seperti itu?" tukas Jiji.
Skakmat.
"Kenapa Jeje bisa tau buku itu isinya negatif? Oh, apa Jeje sudah pernah baca buku-buku itu?" tanya Jiji sekali lagi.
Jeje skakmat untuk kedua kalinya.
"Huang Renjun anjim," umpat Jeje pelan.
- TBC -
Hai kalian, apa kabar?? Maaf ya aku agak telat buat upnya, makasih banget buat kalian yang udah baca chapter kali ini, semoga suka dan betah sampe akhir🌚🌝🤙
Next tydak??
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Fairy | Park Jisung✓
FanfictionTentang Jiji, si peri bodoh-polos yang masuk dalam kehidupan Jeje secara tak sengaja. Slow Update #1 in sweet boy 19 March 2021 #7 in peri 23 May 2021 #9 in fandom 31 May 2021 #4 in fandom 1 June 2021 #9 in nctff 9 June 2021 #2 in truefanfiction 2...