HTN : 17

38.6K 6.9K 1.6K
                                    

Pria yang baru pulang setelah 2 hari melakukan perjalanan bisnis di luar kota itu sungguh tak menyangka saat kepulangannya yang nyaris tengah malam di kediaman sang ibu disambut oleh adiknya, Fio yang berdiri di ruang tamu dengan tangan berlipat di bawah dada dan bibir mengerucut lucu.

Itu mengingatkannya pada muncung bebek yang ia asingkan itu.

Mendesah, tahu jika dirinya tak akan segera beristirahat, Akira tersenyum pada Fio sebelum menjatuhkan bokong di salah satu sofa.

"Kenapa?"

Tak mau mengulur waktu, Akira lantas bertanya. Dia ingin menyelesaikan semua urusan entah apa pada adiknya lalu istirahat dengan tenang.

Semua wanita memang sama. Tak hanya yang di sini, yang ia asingkan, mantannya, lalu para karyawan dan temannya. Selama itu wanita dan jika terlibat sedikit eror saja, Akira pasti akan direpotkan dan disusahkan.

Paham sang kakak menebak dengan cepat adanya masalah yang harus diselesaikan di antara mereka, tanpa sadar jika raut wajahnya sendiri seakan berkata, ayo kita berkelahi, Fio lantas membuka suara yang membuat Akira berhenti melakukan aktivitas membuka sepatu untuk membebaskan kakinya dari rasa pengap.

"Kakak putus dari Lian, kan?! Dan nggak tau kalau sekarang dia bahkan nggak tinggal di rumahnya lagi dan sangat susah dihubungi! Masalah apa sebenarnya, sampai kakak mengabaikan dia begitu?!"

Eh ... Sebentar. Pertanyaan sang adik tak salah?

Yang sulit dihubungi adalah Berlian, mantan kekasihnya, dan yang dikatakan mengabaikan adalah dirinya?

"Seperti kata kamu. Setelah putus dia sulit dihubungi." Tidak, Akira baru tahu hal ini dari Fio malah, karena Akira sendiri memang tak pernah menelepon Berlian lebih dahulu setelah meteka putus hubungan.

Ini dikarenakan Akira sedang tak mau terlibat emosi dengan orang yang sama dan diakibatkan masalah yang sama pula.

Berdebat untuk kesekian kali dengan Berlian hanya karena wanita itu meminta untuk dinikahi. Akira tahu, kembali hanya akan membuat wanita itu tersakiti karena Akira pasti belum bisa memenuhi tuntutan Berlian.

"Dan kakak nggak mencoba cari tahu?! Dia ... Ya ampun!" Menyugar rambutnya ke belakang, lalu mendesah susah Fio berjalan hilir mudik seolah putusnya hubungan sang kakak dengan Berlian, sosok yang ia jadikan teman setelah menjadi kekasih Akira adalah masalahnya. "Dia kasian banget! Dia kurus dan agak kucel."

Tetap cantik. Berlian yang akhirnya bisa ia temui setelah sekian hari baru membalas direct message-nya di Instagram, tetap cantik. Namun ada yang berbeda.

Berlian tampak lebih kurus, dengan rona pucat di wajahnya. Bahkan wanita itu begitu kusam, seakan wajahnya telah berbulan-bulan tak disentuh oleh perawatan rutin yang biasa Berlian lakukan di salon kenamaan dan mahal.

Akira yang mendengar informasi dari adiknya tentang Berlian lantas mengernyit dan menerka.

Mantan kekasihnya itu pasti mengalami masalah lagi dengan ayahnya. Seperti yang ia tahu, Berlian tak akur dengan Harry.

Mengangguk-anggukan kepala, Akira menatap Fio yang menanti responnya. Namun sebelum ia berkata apapun deham dari arah samping mengalihkan perhatiannya dan suara sang ibu kemudian terdengar menyapa.

"Sudah pulang, nak,"

Wanita dengan kerudung panjang itu baru keluar dari salah satu pintu di samping tangga dan dengan senyum menenangkan mendekati dirinya yang segera mengangguk.

"Mama belum tidur?"

"Suara Fio ganggu ya, Kira?"

Langsung tertawa geli karena sang ibu menyindir adiknya yang mendengkus kesal, Akira berdiri menghampiri Venita dan mencium punggung tangan wanita yang tetap terlihat sangat cantik bagi Akira yang mewarisi wajah sang ibu.

Hold The NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang