A Day with You

7.3K 578 5
                                    

Javaka POV

Aku melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 11.30. Sudah molor 30 menit namun Orchid belum juga merespon pesan bahkan panggilanku. Aku memutuskan keluar mobil dan menuju pos satpam disana.

"Permisi pak. Saya mau bertanya unit atas nama Orchidia Alana Bramanto di lantai berapa ya?" Tanya ku pada salah seorang satpam yang memberi tatapan curiga. Tentu saja.

"Maaf pak tapi kami tidak boleh memberitahu informasi yang bapak inginkan" jawab satpam yang sepertinya seumuran dengan ku itu.

"Saya kakak dari Orchidia, Sativa Morgan Bramanto" ucapku memperkenalkan diri sebagai Morgan. Sorry bro. Batin Java. Namun sepertinya dua satpam itu masih belum percaya. Aku berinisiatif mengeluarkan dompetku. Tapi sebelum selesai membukanya, si satpam yang lebih tua dan tambun itupun memberi tahu apa yang aku inginkan.

"Bapak bisa ke lantai 12 dengan unit nomor 105" ucapnya.

"Terimakasih pak" aku bergegas ke atas menuju unit Orchid. Entah kenapa aku merasa debaran jantungku tak seperti biasanya. Setelah mencari nomor 105, cukup lama aku berpikir haruskah aku mengetuk pintu di depanku ini? Bahkan otakku menertawakan keraguan dan kegugupanku ini. Sial. Batinku. Tekadku bulat.

Tok tok tok

Aku mengetuk tiga kali. Aku menunggu sebentar. Sampai akhirnya pintu itu terbuka dengan si pemilik dibaliknya.

Shit. Rutukku dalam hati melihat penampilan Orchid di depanku. Dengan rambutnya yg asal-asalan dia cepol, kaos putih kebesarannya yang menjulur sampe setengah pahanya. Damn. She's so fucking hot. Aku menelan ludahku sendiri dengan kasar. Dia bahkan hanya melongo dengan kedatanganku. Aku memecah kebingungannya yang terlihat di wajah cantiknya.

"Saya sudah beberapa kali menelpon dan mengirim pesan kalau saya sudah di bawah. Tapi gak ada respon dari kamu. Jadi saya berinisiatif tanya ke satpam" jelasku tanpa Orchid minta. Bukannya merespon dia malah menunduk. Entah apa yang dipikirkan. Aku pun bertanya.

"So, kita jadi keluar?" Pertanyaanku berhasil membuat Orchid mendongak dan mengarahkan pandangannya pada ku.

"Jadi kok. But wait. Saya harus ganti baju dulu. Mau tunggu di dalam aja?" Orchid menawarkan.

"Jika kamu tak keberatan saya masuk" aku hanya berharap bisa menahan diriku untuk tidak menerjang gadis ini selama di dalam sana. Kuatkan aku Tuhan.

Sesampai di dalam aku bisa melihat beberapa kertas tersebar di sofa dan mejanya beserta macbook yang masih menyala. Seakan tau arah pandanganku, Orchid secara cepat membereskannya tanpa menutup macbooknya dan mempersilahkan aku untuk duduk.

"Sorry berantakan. Mau minum apa?" Tanya Orchid tanpa melihat ke arahku.

"Air putih saja" balas ku. Orchid pun langsung menghilang ke pantrynya untuk mengambil air putih.

Sepeninggalan Orchid, aku melihat sekeliling dan tanpa sengaja membaca sederet kalimat pada layar macbook Orchid. Pun tak luput dari draft skripsi yang penuh dengan coretan di sana. Lagi-lagi aku tersenyum karena alasan yang tak aku sendiri ketahui. Namun terdengar suara kaki yang mendekat, aku beralih memainkan ponselku sendiri. Orchid meletakkan air putih itu di meja berdampingan dengan macbook dan kertas-kertas milikknya.

"Thanks" ucapku dengan berusaha menampilkan senyum tipis.

"Btw sorry. Saya lupa kalau ada janji tadi" Orchid membuka suara tanpa berani menatapku. Aku merasa gadis ini gugup saat di dekatku sekarang ini.

"Rencananya saya mau mengajak makan siang" aku mengatakan tujuanku setelah meminum air putih yang Orchid sediakan.

"Apa mau sekarang aja keluar. Biar saya ganti baju sebentar" tawar Orchid memberi solusi. Aku tak langsung mengiyakan.

Wonder To Be Loved By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang